≿━━━━༺❀༻━━━━≾
"Saya ingin bertemu dengan Yang Mulia Putra Mahkota."
Count Abraham yang merupakan ksatria ajudan Putra Mahkota menunjukkan keengganannya untuk berpaling dan melakukan kepada Putra Mahkota. Ia baru saja datang dari ruangan Putra Mahkota, lantas terkejut oleh kedatangan Duke Luther yang ingin bertemu tanpa prosedur resmi.
"Duke, Anda tidak bisa bertemu tanpa prosedur resmi," kata Count Abraham santun.
Theroz memicing. Menggunakan prosedur resmi hanya akan memperpanjang waktu.
"Saya datang sebagai saudara."
Count Abraham masih terlihat enggan. "Yang Mulia baru saja datang dari persidangan, saat ini beliau sedang berkutat pada pekerjaannya. Jadi mungkin Anda bisa bertemu dilain waktu."
Theroz mengernyit tajam. "Oh, Anda kah yang menentukan itu?"
Count tersentak sesaat. Ia segera merunduk meminta maaf atas ucapannya.
"Tanyakan padanya, apakah beliau mau bertemu sekarang," kata Theroz lagi.
"... Namun, belia-"
"Jika Anda pergi dan kembali dengan mengatakan dia butuh istirahat, saya akan percaya. Namun jika Anda mengatakan tanpa melaporkan, saya ragu. Apakah saya ditolak Putra Mahkota, atau Anda?"
Count itu terdiam. Kini tidak ada lagi kata untuk mencegah Theroz. Pada akhirnya, Count menurut dengan menampilkan senyuman paksa. "Baik, saya akan menyampaikan pesan. Saya harap Anda tidak kecewa dengan jawabannya."
Theroz tak perduli dengan ucapan yang tersirat akan keangkuhan. Ia hanya diam ketika pria itu melenggang pergi. Tak berapa lama, Count kembali. Wajahnya terlihat cukup baik dengan keramahan, seakan menunjukkan kemenangan sebelum diumumkan.
"Beliau menolak pertemuan." Count tersenyum. Senyuman yang ditafsirkan Theroz sebagai ejekan.
"Katakan, saya bersama Duchess Luther."
Count terlihat heran. Pasalnya tiada sosok Duchess Luther di samping Duke. Selain itu entah mengapa Duke menunjukkan keyakinan luar biasa seakan Putra Mahkota akan menerima pertemuan jika menyebut keberadaan Duchess Luther.
"Duke, seperti yang sudah saya sampaikan—"
"Katakan saja," sergah Theroz. Matanya memicing tajam menunjukkan ketidak sukaannya.
Count bergidik ngeri. Aura intimidasi dari Theroz seakan menyentil dinding keberaniannya. Dinding itu seakan rapuh dengan ledakan kecil yang ditimbulkan Duke. Sekejap, ia merasa lelah akan pekerjaan ini.
"Baik, akan saya sampaikan lagi."
Selagi menunggu Count menyampaikan lagi pesannya. Theroz merasa sangat kesal. Ia tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa ia bersama istrinya meskipun memang benar. Namun, ia berpikir bahwa menunjukkan keberadaan istrinya akan membuat Javiero bak anjing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duchess Wants Have to Children
Romance"Saya ingin memiliki anak." Theroz bergeming memandang retina tajam Isalynne. Penuturan tegas sarat makna tuntutan dari Isalynne sedikit membuat Theroz terkejut. Ini adalah kali pertama istrinya mengatakan sesuatu untuk ia lakukan. Theroz menghela...