13 - Introducing Vita

1.9K 168 12
                                    

13 - Introducing Vita

---

  "PAK, CHIKO NIH MELUKIN SAYA MULU!"

  "ABIS SAYA KANGEN MILLA, PAK!"

  "JANGAN TERIAK DI KUPING GUE, BEG"

  "Languange, kid!" Pak Aziz memotong kalimatku dari depan kelas.

  "HA! In your face, Mil!" seru Chiko tepat di telingaku. Lagi.

  "That doesn't mean I defended you, Chiko. Get off of her."

  "But"

  "Now." Pak Aziz kini mengirim tatapan you-can't-argue-with-me-I'm-your-teacher pada Chiko. Dengan itu Chiko pun menghela nafasnya kesal lalu melepaskan pelukannya dariku.

  Oh, thank God!

  Kuangkat dua jempolku tinggi-tinggi pada Pak Aziz, the coolest teacher on the planet, yang ia balas dengan menggelengkan kepalanya namun sambil tetap tersenyum kemudian kembali mengurusi kertas-kertas di mejanya.

  Semalam, aku memutuskan untuk menghubungi the boys melalui group chat kami. Aku meminta maaf karena telah mengabaikan mereka dan tak lupa juga meminta maaf karena secara tak langsung akulah penyebab dari hukuman yang kami terima hari Senin kemarin.

  Needless to say, capslock Chiko jebol di tiap pesan yang ia berikan semalam.

  Lalu pagi tadi, saat aku sudah siap berangkat ke sekolah, aku malah menemukan ketiga sahabatku itu sudah duduk manis di ruang tamu bersama Papa. Aku langsung dipeluk erat secara bersamaan oleh ketiganya. Kenzi dan Rhesa terlihat cukup puas dengan pelukan yang mereka berikan, tapi beda lagi ceritanya tentang Chiko.

  I swear, setiap lima menit sekali Chiko pasti tiba-tiba menyerbuku dengan pelukannya. Di perjalanan menuju ke sekolah (aku kembali berangkat bersama mereka), di sekolah hingga di kelas-di mana ada guru mengajar, ia pasti memelukku. Kadang memeluk dari depan, kadang dari samping, intinya kedua lengannya itu tak berhenti merengkuhku hari ini. Anak itu bahkan sampai meminta Kenzi untuk pindah ke bangkunya agar ia bisa duduk bersamaku.

  Koreksi. Menyuruh, bukan meminta.

  That boy needs help. Seriously.

  Ia berani terus-terusan melakukan itu mungkin karena ia juga sudah tau masa periodku bulan ini sudah selesai hari ini.

  Tapi after all, aku senang kami berempat sudah kembali seperti biasa sekarang. Tiga hari mengabaikan mereka ternyata tak semudah yang kubayangkan, I missed them like crazy.

  Saat di perjalanan tadi, aku juga memberitahukan pada mereka tentang masalahku dengan Marco. Hanya saja aku tak memberi detail pastinya, aku cuma mengatakan ia mengisengiku seperti biasa, namun karena aku tak sedang dalam mood yang bagus untuk bercanda, aku pun menamparnya.

  At least I wasn't lying.

  Ekspresi mereka sangat terkejut saat tau aku menampar Marco, namun mereka tak berkomentar apa-apa karena setelah itu aku menambahkan bahwa aku sudah meminta maaf padanya.

  Kriiiiiiiiiiiing!

  Bunyi bel pertanda istirahat mengembalikanku pada realita. Aku hampir lompat kegirangan mendengarnya. Don't get me wrong, aku sangat suka pelajaran Pak Aziz, guru Bahasa Inggris sekaligus wali kelasku di kelas 12 ini. He's the coolest teacher on the planet, I said that before, right? Dan aku sungguh-sungguh mengatakan itu. Selain tampan dan umurnya masih terbilang muda untuk menjadi seorang guru, beliau juga sangat membaur dengan para muridnya, asyik diajak bercanda, sangat jarang mengomel-bahkan tak pernah, memiliki metode mengajar yang menyenangkan pula. Asal kami mengerti tema pelajaran yang ia berikan, jika melihat kami makan, meletakkan kaki di atas meja atau berteriak di kelas pun ia takkan menggubris.

Philophobia [On Hold]Where stories live. Discover now