2 - Guy's Business, My Ass

4.1K 244 22
                                    

2 - Guy's Business, My Ass

---

Setelah 5 menit berlalu, keadaanku pun mulai membaik. Well, sebenarnya belum membaik secara keseluruhan, tapi setidaknya aku tak lagi kelimpungan mencari nafasku.

Thanks to my bestfriends. Jika bukan karena mereka, 5 menit saja tak akan cukup untuk memulihkan penyakitku.

Setelah satu tahun, kurasa mereka sudah sangat terbiasa akan hal ini. Pada awalnya tentu saja mereka panik luar biasa karena tak tau harus melakukan apa, namun sekarang sudah tak lagi. Walaupun mereka bersikap sangat santai saat mencoba menenangkanku, aku tau mereka juga khawatir, bisa kulihat dari cara mereka menatapku.

Kini Kenzi sedang mengelus punggungku dengan lembut dan Rhesa memijat bahuku dari belakang sementara Chiko sedang pergi menuju kantin karena Kenzi memintanya untuk membeli sebotol air mineral untukku.

Ketika aku membuka kedua mataku yang sedaritadi tertutup, tatapanku langsung bertemu dengan si anak baru. Kukira ia sudah pergi entah ke mana karena aku tak mendengar suaranya sama sekali, namun ternyata ia masih berdiri di tempatnya tadi, dan kini menatapku dengan tatapan yang tak kupahami apa artinya. Entah itu kekhawatiran, kebingungan, kekagetan, aku tak tau.

Dan aku tak peduli.

Ketidak-sukaanku pada orang ini sudah bertambah menjadi 30% berkat satu kata yang keluar dari mulutnya itu. Satu kata yang paling tak ingin kudengar. Satu kata yang seharusnya tak boleh disebut. Dan dengan lancangnya ia menyebut nama itu dengan cengiran lebar di wajahnya. Aku mual mengingatnya.

Why did he called me that name? Apa ia melakukannya dengan sengaja?

"Nih, minum dulu."

Tunggu. Tak mungkin ia melakukannya dengan sengaja. Ia baru mengenalku, kan? Untuk hal seserius ini, aku percaya pada tiga sahabatku. Sebawel-bawelnya Chiko, aku tau ia tak akan tega menceritakan tentang itu juga padanya.

Berarti si bodoh itu memang hanya asal menyebut saja.

Aku makin yakin bahwa Tuhan memunculkan orang ini di sini untuk kubenci.

"Mil?"

Tatapanku langsung beralih pada Kenzi yang barusan memberi tepukan kecil di punggungku. "Eh, iya. Kenapa?"

Ada sebuah kerutan kecil di keningnya. "Ngga usah mikir yang aneh-aneh, deh. Ini minum dulu." ujarnya seraya menyodorkan sebotol air mineral yang tutupnya telah dibuka padaku.

Kuputar kedua bola mataku malas dan mengambil beberapa tegukan air masuk ke dalam perut. "Siapa yang mikir aneh-aneh, sih," kukembalikan botol air mineral itu pada Kenzi. Kenzi tak menyahut karena ia tau itu bukan pertanyaan. Ia, Chiko dan Rhesa hanya menggelengkan kepala mereka melihatku.

"Tadi itu dia kenapa?"

Tampang nyolot dan kedua alisku terangkat seraya menoleh pada si bodoh. "Oh, lo bisa ngomong?"

Ia melirik dan menyamakan ekspresiku. "Was I talking to you?"

I. Fucking. Hate. Him.

Philophobia [On Hold]Where stories live. Discover now