24 - Girls

2.1K 135 24
                                    

24 - Girls

---

  "Sekarang gue ngerti kenapa waktu itu Rhesa manggil lo nerd." itulah kalimat pertama yang keluar dari mulutku setelah aku menapakkan kakiku tepat di dalam kamar luas milik Vita.

  Wait, no. This is not a bedroom.

  It's more like a freaking library to me.

  Karena tepat di belakang kasur, berdiri sebuah rak besar yang tingginya mencapai langit-langit ruangan. Lebar rak itu sendiri memenuhi satu sisi dinding. Kepalaku langsung sedikit nyeri membayangkan apabila Vita telah membaca semua buku yang ada di sana. Bahkan motif dari seprainya pun berisikan kutipan-kutipan yang aku yakin tak akan bisa dibaca oleh orang yang sedang mabuk. Aku yang sadar saja tak bisa membacanya!

  Tapi terlepas dari itu, aku akui kamar Vita adalah salah satu kamar ternyaman yang pernah kukunjungi. Suasananya menenangkanku. Ditambah lagi dengan suara musik instrumental yang terputar dalam volume rendah dari macbook yang ada di meja belajar Vita yang menghadap ke jendela.

  "Just because I read, doesn't mean I'm a nerd. And even if I was, then I would be the hottest nerd on the planet, don't you think?"

  Ia, yang sebelumnya hendak mengganti baju di depan lemari, memutar tubuhnya menghadapku dengan kibasan rambut yang didramatisir, lalu bertolak pinggang bak model profesional. Dan untuk mendukung kalimat angkuhnya, ia melakukan itu dalam kondisi dimana ia hanya memakai bra hitam serta skinny jeans-nya saja, memamerkan lekukan tubuhnya.

  Kami sempat sama-sama tertawa sebelum aku kembali menyahutinya. "Yeah, whatever, nerd. Now put some shirt on, you're hurting my eyes,"

  Ia memutar kedua bola matanya malas namun tetap menurutiku. Kembali menghadap lemari, ia mengambil oversized t-shirt berwarna putih dengan lambang band Nirvana kemudian mengenakannya. Ia lalu melepas celananya, membiarkannya tergeletak asal di lantai. Tanpa ada niat untuk memakai celana rumahan lagi, Vita langsung bergabung bersamaku yang sudah terlentang di atas kasur empuknya.

  Kami terdiam beberapa saat. Kupakai kesempatan itu untuk menutup kedua bola mataku, membiarkan diri merasa lebih tenang berkat alunan instrumental yang kali ini terdengar familier di telingaku, River Flows in You milik Yiruma. Aku langsung jatuh cinta pada instrumen ini ketika Kenzi memperdengarkannya beberapa tahun lalu saat aku menginap di rumahnya.

  "So, want to talk about it?"

  Vita memecahkan keheningan, membuatku refleks membuka mata dan menoleh padanya. Tapi ia tak menatapku, matanya tetap tertuju pada langit-langit kamarnya. Kegugupan mulai muncul di diriku mendengar pertanyaannya itu.

Philophobia [On Hold]Where stories live. Discover now