27 - A Simple 'Nothing'

1.7K 155 88
                                    

27 - A Simple 'Nothing'

---

   Satu minggu sudah berlalu sejak kunjunganku ke Esprezzo Coffee House.


  Beberapa hari belakangan ini tak banyak yang terjadi. Semua berjalan biasa-biasa saja--group kecil kami masih berkumpul bersama di kantin sekolah, pada akhir pekan kami menghabiskannya di rumah Chiko, siswi-siswi kelas 10 masih sering memelototiku dan Vita namun seperti biasa, kami mengabaikannya. Rhesa dan Vita serta Rhesa dan Chiko masih suka memperdebatkan topik yang sangat sepele--semuanya berjalan normal.

  Yang membuatku lebih bersyukur lagi, pikiranku tak lagi dipenuhi dengan bayang-bayang kejadian yang datang melalui mimpiku itu atau apa yang hendak Zaskia katakan. Tentu, rasa takut serta penasaran itu masih ada, namun sampai sejauh ini aku masih bisa mengatasinya, tentu saja berkat bantuan para sahabatku, Vita dan Marco yang selalu membuatku sibuk seakan tak mengizinkanku untuk melamun walau hanya tiga detik saja. So far, it's all good.


  Well, except for today.

  Sepanjang hari ini tiga sahabatku bertingkah sangat aneh. Di perjalanan menuju sekolah bersama Kenzi tadi pagi, di setiap kesempatan yang ada ia pasti mengecek iPhone-nya dan sibuk mengetik sesuatu di sana. Itu adalah sesuatu yang aneh karena Kenzi paling tak suka, kuulangi, tak suka memainkan gadget jika sedang menyetir. Lalu di kelas, ia juga tak memperhatikan guru yang mengajar karena terus fokus pada iPhone-nya. Dan bukan hanya Kenzi saja, Chiko dan Rhesa pun begitu. Di jam istirahat, mereka bertiga tak banyak mengeluarkan suara saat kami berkumpul di kantin karena masih sibuk pada gadget masing-masing. Dan sekarang, mereka bahkan sampai tak sadar bel pulang sudah berbunyi saking ansos-nya memainkan HP.

  I'm getting sick of this.


  "Back to the world, guys!" seruanku masih tak menyadarkan mereka. Yang menengok malah Marco dan tatapan amusement-nya. Kuabaikan itu dan menggebrak meja dengan kedua telapak tanganku, dan dengan itulah aku menangkap perhatian mereka.

  "What the--hey, where's everybody?" tanya Chiko setelah ia akhirnya menyadari suasana kelas yang hanya tinggal beberapa murid saja.

  "Bel udah bunyi sejak 5 menit lalu, Chiko."

  Chiko membuat bentuk O pada mulutnya kemudian memasang senyuman sheepishly-nya. "Oops, my bad," tuturnya sebelum memasukkan buku pelajaran yang tak ia sentuh daritadi ke dalam tasnya.

  "Kalian tuh sibuk ngapain sih? Seharian mainin HP mulu," ucapku kesal.

  Rhesa dan Chiko yang duduk di depanku sempat saling bertatapan melalui sudut mata mereka sebelum kembali melanjutkan membereskan meja.

  Memutar kedua bola mataku malas karena tau kedua idiot itu tak akan menjawabku, aku pun menolehkan kepala pada satu-satunya orang yang tersisa.

  Kenzi mengangkat bahunya santai, dan sembari menggantung tasnya di pundak, ia bangkit berdiri dan menyebut satu kata yang paling tak pantas untuk dijadikan sebuah jawaban, yang membuatku harus menahan diri untuk tak menyerang ketiga sahabatku ini secara bersamaan;

Philophobia [On Hold]Where stories live. Discover now