22 - For Food's Sake

1.9K 200 25
                                    

22 - For Food's Sake.

---

  "No."

  "Gue bahkan belum ngomong apa-apa!"

  Aku mengangkat bahuku santai. "Tapi gue udah tau duluan apa tujuan lo ke sini. And my answer is no."

  Clara, si ketua kelas, mencondongkan bibir bawahnya ke depan setelah menggumam sesuatu yang tak bisa kudengar.

  Walau sudah dua tahun lebih bersama, aku tak begitu dekat dengan teman-teman kelasanku. I mean, sure, aku memang kenal dan setiap hari juga ada basa-basi kecil, but that's all. Kedekatanku dan murid kelasanku tak sama dengan keakrabanku dengan the boys.

  Sama halnya dengan si ketua kelas, Clara, kami pun saling kenal namun satu-satunya hal yang membuat kami harus bercakap adalah jika ada sesuatu yang menyangkut tugas sekolah.

  Jadi aku otomatis langsung merasa ada yang tak beres begitu kulihat ia, out of nowhere, tiba-tiba menghampiri mejaku dan duduk di bangku Kenzi yang kini berada di kantin bersama Chiko, Rhesa dan Marco. Dengan sapaan terlalu ramah serta senyuman super lebarnya, kecurigaanku makin besar dan hanya satu tebakanku atas kelakuannya ini, yang membuatku langsung mengatakan 'tidak' padanya.

  Dari reaksinya terhadap satu kata itu, tebakanku memang akurat.

  "Coba, emang gue mau ngomong apa?" tanyanya menantang.

  Kuputar kedua bola mataku malas. "Lo mau calonin gue sama Marco jadi Queen dan King JBE kan?"

  Ia mengedipkan sepasang bola matanya beberapa kali, menganga tak percaya mendengar jawabanku. Aku menyeringai melihat ekspresinya. "Bukan itu kok.."

  Aku mendengus keras. "I smell bullshit." bahkan nada jawabannya saja terdengar sangat tak meyakinkan.

  It was so obvious, really. Dari keanehan Pak Aziz yang tiba-tiba menyebut namaku dari depan kelas kemarin aku sudah mengira ini akan terjadi. That man benar-benar harus dibuat sadar bahwa dirinya adalah guru, bukan seorang cupid.

  "Okay, okay, lo bener, emang itu tujuan gue ke sini."

  "Dan gue juga udah kasih jawaban gue," sahutku.

  "But why not??" tanyanya gemas.

  "Because I'm not going."

  "You're not going?"

  Pertanyaan itu bukan keluar dari mulut Clara, melainkan seseorang dari arah depan kelas. Kutolehan kepalaku dan menemukan Marco berdiri di daun pintu sembari mengerutkan keningnya menatapku.

  Ia mulai melangkah memasuki kelas, tak memutuskan kontak mata denganku. Bukannya duduk di bangkunya sendiri, ia malah menempati tempat duduk Rhesa yang ada di depanku. Kedua tangannya ia letakkan di atas mejaku.

Philophobia [On Hold]Where stories live. Discover now