18 - Good Mood? (Part II)

1.6K 138 2
                                    

---

Setibanya kami di depan pekarangan rumah Kenzi yang hanya berjarak satu blok dari rumahku, Vita pun membunuh mesin mobilnya lalu kami bersama-sama keluar dari mobil.

Di depan mobil Vita juga ada Yaris putih susu milik Chiko, namun aku tak melihat ada mobil Rhesa sehingga aku membuat asumsi ia ikut bersama Chiko menggunakan mobilnya.

Yang membuat kedua alisku terangkat karena terkejut adalah saat kulihat sebuah motor sport hitam yang sangat familiar di mataku terparkir di teras rumah Kenzi.

Of course he would be here.

Setibanya di depan pintu utama, aku tak membuang waktu untuk langsung membunyikan bel rumah Kenzi beberapa kali hingga cukup untuk sampai di telinga sahabatku itu.

Aku memang sudah akrab dengan keluarga Kenzi sejak aku masih kecil, tapi itu bukan berarti aku bisa dengan seenaknya masuk ke dalam rumah tanpa membunyikan bel atau mengetuk pintu. I still have my manners, you know.

"MY PIZZA IS HERE!" suara teriakan Chiko serta derap larinya dari dalam rumah membuyarkan lamunan kecilku. "PIZZA, PIZZA, PIZZA, PIZZ--"

Seruan bahagianya berhenti seketika begitu ia membuka pintu rumah Kenzi dan malah menemukan aku dan Vita, bukan kurir pengantar pizza. Cengiran amat lebarnya pun dalam sekejap langsung berubah menjadi mimik super malas.

Ia lalu mengeluarkan geraman kerasnya. "UGH WHERE'S MY PIZZA?!"

"Don't yell at me, idiot." ucapku sambil berpura-pura melempar mimik kesalku pada Chiko.

Setelah itu, sahabat terbodoh yang pernah kumiliki ini melakukan hal yang benar-benar membuatku ingin mengambil telur busuk dan menimpuknya tepat ke kepalanya.

He close the door.

Dengan helaan nafas kesalnya, ia langsung masuk kembali ke dalam rumah Kenzi dan menutup pintu lalu menguncinya.

This dumbass had the nerve to closed the door and locked it without letting me and Vita in first.

"What the fuck?" tanyaku entah pada siapa. "Chiko Nayo, you better open this goddamn door before I choke my hands down your throat, you stupid asshole!" seruku sambil beberapa kali menggedor-gedor pintu dengan kuat.

"Oh God, did he really just closed the door at our faces?" aku menolehkan kepalaku pada Vita yang kini menutup rapat-rapat bibirnya seakan menahan sesuatu.

Namun sepertinya ia sudah tak bisa menahanya lebih lama lagi karena beberapa detik kemudian, tawaan kerasnya langsung meledak keluar dari mulutnya. Ia tertawa begitu geli sampai harus menutup mulutnya saking kerasnya ia tertawa.

Sementara aku yang masih tak percaya dengan perbuatan Chiko yang sebentar lagi akan kucekik, menatap Vita dengan keheranan. "There's seriously nothing funny in that, Vi! Dia masuk lagi ke dalem, nutup pintu tanpa ngebiarin kita masuk!" tuturku gemas.

Philophobia [On Hold]Where stories live. Discover now