5 - "I saved your ass two times. Where's my kiss?"

2.6K 200 8
                                    


5 - "I saved your ass two times. Where's my kiss?"

---

Tok, tok, tok..

  "Wey, udah siap belom?" suara Kenzi terdengar jelas dari luar pintu kamarku.

  "Belom. Masuk aja dulu, kamar ngga gue kunci." jawabku.

  Tak perlu berdiri lebih lama di depan sana, Kenzi pun langsung menampakkan wajahnya dan berjalan ke arahku yang masih berleha di kasur. Ia melemparku tatapan malasnya begitu melihat keadaanku sekarang.

  "Kok lo masih tidur-tiduran sih?" tanyanya begitu ia duduk di kasurku.

  "Bentar, rebahan dulu 3 menit. Gue masih rada ngantuk. Gue cuma tinggal pake seragam kok, tadi udah mandi."

  "Emang lo udah sarapan?"

  "Males," jawabku singkat.

  Kenzi tak mengatakan apa-apa, dan kuanggap itu sebagai persetujuan atas permintaanku. Bahkan tak lama kemudian pun ia ikut merebahkan dirinya di kasur. Aku tersenyum kecil melihatnya.

  "Cuddle, dong." pintuku yang tanpa ada aba-aba langsung mendekatkan tubuh dan menyandarkan kepalaku di dadanya.

  Ia hanya menjawabnya dengan tertawa kecil seraya mengelus rambutku dengan pelan.

  Tolong jangan berpikir macam-macam. Aku sudah biasa melakukan ini dengan Kenzi, begitu juga dengan Chiko dan Rhesa. Sejak kecil memeluk seseorang saat hendak tidur adalah satu dari beberapa hal favoritku. I mean, who doesn't like that? Bisa merasakan kehangatan yang lebih dari sebuah selimut bisa berikan, mendengar detak jantung seseorang yang membuat pikiran lebih tenang, menghirup wangi khas orang tersebut dan perasaan nyaman ketika rambut kita dielus lembut adalah hal indah, bukan? And the boys knows that this thing are one of my favorite things in the world. Jadi aku tak perlu takut dicap yang aneh-aneh karena mereka juga sudah biasa akan sikapku.

  Aku juga tak perlu khawatir jika Papa atau Mama tiba-tiba masuk ke dalam kamarku dan menemukan posisi kami seperti ini. Seperti yang kubilang, sejak kecil aku sudah biasa melakukan ini bersama Kenzi atau dua sahabatku yang lain. Bagi Papa dan Mama, mereka bertiga sudah dianggap seperti bagian dari keluarga sendiri, Papa dan Mama sudah percaya seratus persen pada tiga sahabatku. Bahkan mereka pun diberikan kunci cadangan rumah yang dipegang oleh Kenzi, alasannya untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi padaku.

  "Udah tiga menit, nih. Sana ganti baju." suara Kenzi mengembalikanku pada realita.

  "2 menit lagi deh."

  "Mau bangun sekarang atau gue foto posisi kita dan gue suruh Chiko nyebarin ke anak-anak kelas 10?"

  Ancamannya barusan sukses membuatku bangkit dari posisi tidurku dan melempar Kenzi dengan wajah tak percaya-ku. "Rese banget, ah!"

  Ia tertawa nyaring sampai membuat kedua matanya tertutup. "Gila, ampuh banget! Besok-besok ngancemnya kayak tadi lagi aja." gumamnya disela-sela tawaannya.

  Kuambil bantal kepalaku dan menimpuknya dengan benda empuk itu tepat di wajahnya. "Monyet." balasku sambil merangkak turun dari kasur dan berjalan menuju meja belajar, tempatku meletakkan seragamku.

Philophobia [On Hold]Where stories live. Discover now