1 - The Name

9.1K 330 18
                                    

1 - The Name

---

  Bak ninja Hatori, aku melompat dan langsung mengumpat di balik tembok.

  Celinguk kanan. Celinguk kiri. Tatap ke depan. Mata berkeliling mengawasi segala penjuru—dari tempat-tempat duduk yang terbuat dari semen, ujung ke ujung semua koridor di lantai satu, jalan menuju tangga sampai ke tiap sudut lapangan.

  Sangat mudah membuat kesimpulan bahwa semua orang yang sedang berlalu lalang di lantai satu ini adalah murid kelas 10. Selain dari seragam putih yang bagian kerahnya masih sangat kaku dan warnanya yang begitu kinclong serta rompi abu-abunya, wajah-wajah mereka pun tak ada yang terasa familier sama sekali.

  Aman!

  Aku pun mulai kembali berjalan. Gesit, namun harus nyaru dengan murid lain agar tak terlihat mencurigakan.

  Bukan. Sekarang ini aku bukan sedang dalam misi bersembunyi dari incaran buronan berbahaya atau semacamnya.

  Atau mungkin memang begitu.

  Jika boleh membuat perumpamaan, anggap saja begini:

  Aku, seorang yang tak berdosa, sedang berusaha menghindar sejauh mungkin dari tiga buronan berbahaya yang jika mereka menangkapku, aku akan langsung dilempar ke dalam goa singa yang belum makan selama setengah tahun.

  Ya, kira-kira seperti itu.

  Makanya, aku harus serba hati-hati agar tak tertangkap oleh tiga buronan bodoh nan menyebalkan tersebut.

  Dan kini yang bisa kulakukan hanyalah berharap semoga secepatnya kakiku bisa meraih tangga menuju ke lantai dua sebelum semuanya sia-sia dan terlam—

  "BAAA!!"

  Aku mengerjap seperti pasien sawan begitu mendapati salah satu dari tiga buronan yang entah dari mana datangnya kini sudah ada di hadapanku.

  Merasa masih punya kesempatan lain, aku pun membalikkan tubuh dan hendak kabur, namun malah bertemu dengan dua buronan lainnya yang juga telah siaga tepat di belakangku. Keduanya sama-sama menyeringai penuh kepuasan.

  "Sumpah ya, sampe lo bertiga berani ngulah lagi kayak tahun kemarin,—"

  "MILLA!! WE MISSED YOU!!" seru Chiko, buronan yang pertama kali muncul, sambil mendekapku erat dari belakang. Bahkan aku bisa merasakan ia sedang tersenyum manis ketika dagunya bersandar di pundakku.

  Matilah sudah.

  "Chiko.. lepasin." ancamku dengan nada yang sepelan bisikan namun tetap meninggalkan kesan menyeramkan.

  "Apa? Lo juga kangen sama kita? AWWW! Group hug, boys!"

  Aku tertawa mengenyeh. Untuk orang se-'cool' Kenzi atau se-'hot' Rhesa, mereka tak akan mungkin mau melakukan itu di tengah publik seperti ini. Mulutku hampir saja mengucapkan 'Lo pikir ini Telletubies?' ketika dua buronan yang lain mengambil posisi di serong kanan dan kiriku kemudian ikut bergabung bersama Chiko dan memelukku erat sambil tertawa geli tanpa suara. Bahu mereka bergetar-getar hebat.

  I'm done.

  Dengan tubuhku yang dikerubungi lalat-lalat sialan ini, aku tak bisa menundukkan kepala agar wajahku tak terlihat. Dan walaupun aku sudah menutup kedua bola mataku, aku tetap yakin bahwa kini semua orang sedang fokus menonton adegan Telletubies ini.

  Suasana sekelilingku yang tiba-tiba saja hening inilah yang membuatku yakin.

  Aku hampir bersujud syukur ketika mereka secara bersamaan melepas pelukan mereka dariku. Kulempar sinisan mautku pada tiga idiot ini, namun mereka membalasnya dengan tetap menyengir lebar.

Philophobia [On Hold]Where stories live. Discover now