— Φ —
Ini sudah hari keempat sejak kepergian Mashiho dan Doyoung untuk menjemput teman-teman mereka yang ada di dunia manusia, berarti ini hari ketiga dalam hitungan hari manusia yang berarti seharunya mereka telah sampai. Namun, baik Jihoon, Tuan Steven, atau yang lain belum mendengar kabar kepulangan mereka semuan. Hal itu cukup membuat Jihoon khawatir.
Sebab mereka semua sudah tahu, Mashiho dan Doyoung merencanakan kembali di hari keempat dalam hitungan dunia immortal. Namun sampai hari berubah menjadi gelap pun, Jihoon tidak mendapat kabar sama sekali tentang mereka. Tetapi yang mereka bisa lakukan hanya menunggu sekalipun Jihoon ingin sekali pergi ke dunia manusia saat ini juga.
Keesokan harinya, hari kelima sejak kepergian mereka, Jihoon bisa bernapas lega ketika Hyunjin mendapat kabar dari salah satu kepercayaan Mashiho yang memang ditugaskan untuk menjemput tuannya dan yang lain. Katanya, mereka sedang dalam perjalanan menunju kediaman Mashiho untuk sementara.
"Jihoon,"
Jihoon yang saat itu sedang berbicara dengan Hyunjin pun menoleh kala melihat Tuan Steven lah yang masuk ke dalam ruangannya. Ia pun kemudian meminta Hyunjin keluar sejenak kemudian mempersilahkan Tuan Steven duduk.
"Mereka telah kembali?"
"Sudah, paman, dini hari tadi kepercayaan Mashiho mengabari Hyunjin. Saat ini, mereka dalam perjalanan menuju kediaman Mashiho untuk semetara. Mungkin sekarang mereka sudah tiba karena jarak Gerbang Mort dengan wilayah Elf berdekatan."
"Yedam dan yang lain akan tinggal di mana?"
Menurut Tuan Steven, ini masalah serius karena menyangkut keselamatan mereka dan hal ini belum mereka diskusikan sebelumnya. Ia tak ingin memeritah seenaknya karena yang tahu betul situasi tegang saat ini hanya Jihoon.
"Tidak mungkin di wilayah penyihir, terlalu jauh dari jangkauanku dan lagi, wilayah Penyihir Hitam sedang tidak kondusif karena kekosongan kekuasaan. Di wilayah Penyihir Putih, pun, tidak bisa, karena Asahi bukan lagi seorang pemimpin di sana," Jihoon memberi jeda sambil ia berpikir keras, "wilayah elf terlalu beresiko karena dekat dengan Gerbang Mort, apalagi wilayah duyung, mereka tidak bisa tinggal lama di lautan."
"Opsinya antara kediamanmu atau Yoshi," sambung Tuan Steven, "tapi Yoshi sedang sibuk-sibuknya, begitupun dengan kau. Bangsawan dari klanmu mungkin akan curiga, dan lagi, dugaan sementara juga pemberontak itu dari kaummu, kan? Bukan paman menuduh kaummu, tapi kita menghindari kemungkinan yang buruk di sini."
Karena terlalu banyak hal yang harus ia urus, dia sampai lupa memikirkan hal ini. Tempat tinggal merupakan hal penting yang harus dipikirkan baik-baik karena kembali lagi, tujuan utama ia membawa teman-temannya ke dunia immortal karena keselamatan mereka. Sewaktu-waktu, bisa saja musuhnya atau pemberontak itu mengincar mereka untuk membuatnya lemah dan Jihoon tidak mau hal itu terjadi.
Tapi, sekarang, ia tidak terpikirkan satu tempat pun untuk menjadi tempat tinggal mereka.
"Bagaimana dengan Istana Rimson?" Ucap Tuan Steven menyampaikan usul.
"Istana Rimson?" Benar, kenapa ia tidak terpikirkan tempat itu.
"Wilayah Rimson kini di bawah pengawasan Hyunsuk secara resmi, kan? Paman rasa, tidak salah menjadikan Istana Rimson sebagia tempat tinggal mereka, ada aku di sana sebagai penanggung jawab istana juga, kau dan Hyunsuk bisa mengirim beberapa orang kepercayaan kalian untuk menjaga sekitar istana. Tidak banyak kaum klan lain yang datang ke sana, bahkan selama aku ada di sana untuk penelitian, tidak pernah ada yang datang selain kalian. Lagipula, mereka juga sudah tidak asing dengan wilayah Rimson karena pernah tinggal di sana selama perang."

KAMU SEDANG MEMBACA
[iii] Become A King
FanficSejak ditunjuknya ia sebagai raja, Jihoon telah bertekad tak akan seperti ayahnya atau pemimpin terdahulu ketika memimpin. Tak ada yang berhak mengaturnya kecuali rakyatnya sendiri, sekalipun itu para bangsawan. Immortal Kingdom Series III Become A...