— Φ —
"Hei, Jeongwoo."
"Park Jeongwoo."
"Jeongwoo bangunlah!"
"Kau tidak mati, kan? Oh, kalau kau mati, aku tidak akan bisa berbicara denganmu. Oke, itu tak masuk akal."
"Astaga, Park Jeongwoo! Kenapa sulit sekali menyadarkanmu?"
"PARK JEONGWOO!"
Matanya mengerjap begitu kesadaran mengambil alih dirinya. Namun saat matanya terbuka sempurna, hanya gelap yang menyambutnya saat ini. Ia tidak bisa menangkap apapun yang ada di depannya karena tidak ada satupun cahaya yang dapat meneranginya. Perlahan dengan sekujur badan yang baru terasa sakitnya, ia memaksakan diri untuk bangun dari posisi tidurnya dan mendudukkan tubuhnya.
Sepi, gelap, kosong. Ia bingung, di mana dirinya sekarang.
Ingatannya terakhir kali jatuh pada kejadian di mana ia, Junghwan, dan Doyoung sedang berada di hutan Magard lalu tiba-tiba mereka diserang oleh sekelompok werewolf yang entah bagaimana bisa mereka masuk ke wilayah terdalam kaum vampir.
Tunggu, ia ... di serang werewolf?
Buru-buru ia langsung memeriksa satu luka yang ia yakin sekali akan berakibat fatal pada tubuhnya karena dia terkena gigitan salah satu dari wolf yang saat itu mengepung dan menyerangnya. Namun, saat ia melihat ke kakinya, tidak ada luka yang dia temukan di sana. Seingatnya, daging betisnya sempat terkoyak dan terluka parah, tapi tak ada satupun luka di sana.
Bahkan saat ia memeriksa tubuhnya, ia baru menyadari kalau saat ini dia dalam keadaan baik-baik saja. Indra perabanya tak ada merasakan bekas luka di kulitnya dan dia pun tidak merasakan perih di bagian tubuh manapun.
"Sudah selesai memeriksanya?"
Ia tersentak saat mendengar suara lain yang ia rasa tak jauh dari radarnya saat ini. Suaranya terdengar cukup berat namun tidak menyeramkan, malah terdengar menjengkelkan? Entahlah ... hanya saja Jeongwoo mendengarnya seperti itu.
"Aku tepat di belakangmu, kenapa kau malas sekali untuk berbalik?"
Setelah hanya memutar-mutar badannya saja, Jeongwoo baru balik badan begitu seseorang yang berbicara dengannya tadi memerintah.
Tapi, bukan wujud manusia yang dia dapati saat berbalik, melainkan sosok wolf putih sedikit kehitaman dengan mata birunya yang sejernih air sungai saat terang bulan purnama. Ukuran tubuhnya sedikit besar dan ia menawan untuk seukuran serigala. Wujudnya muncul seolah ia merupakan sosok jiwa yang sedang terlepas dari raganya, tubuhnya sedikit samar tapi dia bersinar terang.
Sosok Wolf itu berhasil memikat Jeongwoo hanya dengan sekali lihat. Kehadirannya benar-benar menyinari ruang gelap yang saat ini menjadi tempat mereka bertemu.
"Ternyata aku semenawan itu, ya?"
Ia mengerjapkan kedua bola matanya begitu lamunannya buyar, "kau ... bisa berbicara?"
Sosok wolf itu berjalan mendekat ke arah Jeongwoo yang masih terduduk, kemudian ia duduk dengan jarak sedikit dekat di hadapan Jeongwoo yang masih menatap bingung sekaligus terpesona ke arahnya. "Aku bukan wolf biasa asal kau tahu, Jeongwoo."
Matanya membola, "bahkan kau tahu namaku?"
"Ya, karena kau telah berbagi raga denganku."
"Maksudmu berbagi raga?"

KAMU SEDANG MEMBACA
[iii] Become A King
FanfictionSejak ditunjuknya ia sebagai raja, Jihoon telah bertekad tak akan seperti ayahnya atau pemimpin terdahulu ketika memimpin. Tak ada yang berhak mengaturnya kecuali rakyatnya sendiri, sekalipun itu para bangsawan. Immortal Kingdom Series III Become A...