Well, chapter ini bikin aku flashback saat aku nulis The King. And hopefully, kalian masih bisa ngerasain emosi dalam ketikan aku yaa. Tapi, part ini nggak seberat scene di The King kok, jadi masih bisa nikmatin sambil santai.
Happy reading!
— Φ —
Changbin tengah duduk di meja kebesarannya dengan segelas anggur merah yang tak pernah absen menemaninya di segala situasi. Dengan memutar-mutar gelasnya lalu menghirup aroma anggur itu sebelum ia menyesapnya sedikit menunjukkan bahwa ia benar-benar mencintai minumannya.
Sedangkan Liam dan Hangyul ada di hadapannya, berdiri dan menunggu tuannya bersuara lebih dulu. Beberapa menit yang lalu mereka dipanggil untuk menghadap karena Changbin ingin membahas sesuatu yang amat penting. Lain Liam, lain pula Hangyul. Keduanya memberikan reaksi yang berbeda-beda begitu mengetahui mereka akan membahas sesuatu yang sudah jelas akan bermuara ke mana pembicaraan mereka nanti.
Liam sangat semangat, karena sebentar lagi tuannya akan bertindak. Sebenarnya, tidak ada alasan khusus mengapa ia berani melakukan ini semua. Changbin adalah tuannya sejak lama, bahkan sebelum Hangyul muncul, Liam sudah menjadi orang paling dipercaya tuannya itu. Dia telah mendedikasikan hidupnya hanya untuk Changbin dan oleh sebab itu, dia tidak keberatan untuk mengikuti alur pembalasan dendam tuannya itu.
Sedangkan Hangyul, ia sudah tak ingin lagi ikut campur ke dalam masalah ini. Dia mengenal Changbin dengan sengaja. Awalnya, ia hanya seorang prajurit baru yang mulai bekerja setelah perang di istana pusat Klan Magard. Tak sengaja ia mendengar percakapan Changbin dan Liam yang sedang membahas rencana pembalasan dendam. Merasa hal itu bisa menjadi kesempatan emas, Hangyul muncul dari persembunyiannya dan memberikan rencana lain yang bisa langsung diterima Changbin. Mulai saat itu, Changbin membawanya ke istana kediamannya dan dia bekerja sebagai pengawal Changbin.
Karena selalu memberi saran berupa rencana yang terdengar menarik baginya, Hangyul diangkat menjadi tangan kanannya bersama Liam.
Jangan dikira Hangyul melakukan ini memang karena berpihak pada Changbin, tidak. Ia melakukannya untuk menjalankan rencananya bersama Renjun, Yuna, dan sepupunya. Meskipun ia harus bekerja sebagai seseorang di balik semua rencana Changbin yang merugikan itu, Hangyul rela menahan diri agar misi menyamarnya berjalan sukses.
Tapi sekarang, ia merasa sudah cukup. Hangyul sudah tidak tahan berada di dekat Changbin dan Liam yang hanya memanfaatkannya. Dan juga, ia sudah tidak mau memberi ide-ide penyerangan lagi karena itu akan semakin membahayakan situasi. Rasa bersalahnya semakin hari semakin besar ketika Changbin mulai menjalankan rencananya satu per satu yang sudah lama ia ajukan.
Dia akan berhenti hari ini. Ia sudah tidak peduli lagi apakah Changbin nantinya akan curiga padanya atau tidak, Hangyul tidak ingin menyamar menjadi orang jahat lagi.
"Sejauh ini, persiapan rencana utama kita sudah seberapa siap?" Changbin bersuara setelah sempat lama bungkam dan hanya menikmati minumannya saja.
"Semuanya sudah siap, Tuan. Anggota tim juga sudah dipersiapkan sematang mungkin dan rencana sudah disampaikan kepada mereka. Mereka sudah mempersiapkan strategi penyerangan masing-masing. Kami hanya tinggal menunggu perintah penyerangan dikeluarkan," suara Liam menjawab pertanyaan tuannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[iii] Become A King
FanfictionSejak ditunjuknya ia sebagai raja, Jihoon telah bertekad tak akan seperti ayahnya atau pemimpin terdahulu ketika memimpin. Tak ada yang berhak mengaturnya kecuali rakyatnya sendiri, sekalipun itu para bangsawan. Immortal Kingdom Series III Become A...