Frasa Ketiga Puluh

76 12 0
                                    

Sore yang ramai di kediaman Alinea. Bunda dan Sastra sibuk di dapur menyiapkan bahan-bahan untuk barbeque sembari menunggu kedatangan Ibu yang akan menambahi menu untuk acara malam nanti. Ayah, Aksara, dan Alinea kebagian menata kursi di halaman samping.

Yang pertama kali muncul, tentu saja, keluarga Ibu plus Aldara. Rupanya, Ibu nebeng ke Aldara karena Frasa sudah dengan Narasi. Mereka menenteng kantong-kantong belanjaan penuh muatan. Alinea yang melihat kedatangan mereka langsung ikut membantu. Mengambil kantong dari pelukan Narasi lantas mengarahkan mereka ke dapur.

Berikutnya, wajah Dirga, Lika, dan Puspita yang akan meramaikan malam Tahun Baru mereka. Bunda memang meminta Alinea untuk mengajak teman-temannya kalau mereka tidak memiliki agenda masing-masing. Saat dihubungi dan tahu keluarga Alinea mengadakan barbeque-an, mereka menyambut gembira. Kapan lagi makan barbeque gratis? Begitulah yang dipikirkan Lika dan Puspita.

Motif Dirga lain lagi. Selain tidak memiliki agenda khusus dan sudah terlalu sering berkumpul dengan keluarga besar, cowok yang masih mempertahankan kecepakan kepalanya itu ingin lebih dekat dengan Alinea. Ya, memang sih dia masih menolak untuk dijadikan pacar. Namun bagi Dirga, sekali ditolak bukan berarti harus mundur selamanya. Toh, Alinea tidak terlibat hubungan dengan cowok lain yang artinya dia masih punya kesempatan. Jangan patah semangat!

Lepas Isya, mereka bersiap di halaman. Bubi dan Bibu sengaja dikeluarkan dari kandang. Puspita dan Narasi-lah yang getol menjaga kedua anak bulu itu agar tidak mendekati tumpukan daging dan ikan. Padahal sudah mendapat jatah tersendiri, tetapi namanya kucing. Mengendus aroma yang mengundang selera tentulah membuat mereka kembali mendekat.

"Mereka lucu-lucu. Narasi jadi pengin pelihara kucing juga." Remaja putri itu sibuk mengelus-elus Bubi dalam pangkuannya.

"Kenapa enggak miara?" Puspita di sampingnya, melakukan hal yang sama.

"Enggak boleh sama Ibu."

"Ibu punya alergi?"

Narasi mengangguk.

"Kalau mau main sama kucing, mampir aja ke rumah Mbak Alin, Na." Alinea baru kelar mengeluarkan kardus minuman; menyusunnya di salah satu meja agar mudah diambil.

"Boleh memang?"

"Boleh, dong. Tinggal minta antar Mas Frasa. Kamu ke sini setiap hari Minggu pun enggak masalah."

"Itulah masalahnya. Setiap Minggu, Mas Frasa malah full di toko buku." Remaja itu meringis.

"Hm ... kalau begitu, biar Mbak Alinea aja yang jemput. Bagaimana?"

"Wah, mau!" Narasi tak bisa menyembunyikan binar bahagia di matanya.

"Atau biar aku aja yang jemput. Nanti, kita main bareng di rumah Mbak Alinea. Gimana?" Dirga muncul sembari menaikturunkan alis, meminta persetujuan kepada Narasi.

"Itu sih emang maumu! Huh!" Puspita melempari cowok itu dengan batang rumput. "Alasan aja nemenin Narasi main ke rumah Alinea padahal mau PDKT sama yang punya rumah."

"Itu yang namanya sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui."

Alinea menatap malas kepada cowok yang belum juga mau mundur padahal sudah ditolak sekali. Satu hal yang dipahami Alinea soal Dirga sekarang. Tipe keras kepala.

Selain acara barbeque, Bunda mengusulkan untuk menonton beberapa film, di antaranya yang ramah remaja mengingat ada Narasi dan Aksara. Perlengkapan menonton diletakkan di teras samping. Jaga-jaga barangkali hujan turun tiba-tiba. Setidaknya, jika diletakkan di teras, DVD dan perangkat lainnya jauh lebih aman; tidak langsung kena guyur hujan.

Frasa AlineaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang