Frasa Spesial

202 15 9
                                    

Alinea mengernyit saat menemukan Kristal yang baru pulang sekolah justru misuh-misuh. Sembari melepas sepatu dan kaos kaki, bocah perempuan yang baru duduk di kelas 1 SD itu menampilkan ekspresi dongkol.

"Dasar nyebelin! Ngapain sih dia sekolah di sana juga? Enggak ada sekolah lain apa? Dari PAUD sampai SD, ketemunya dia lagi dia lagi. Mana usilnya enggak sembuh-sembuh!" Saking semangatnya misuh-misuh, bocah perempuan berambut ikal sepunggung itu sampai lupa membawa tas bekal ke dapur. Menggeletak begitu saja di sofa ruang tamu yang segera menarik atensi Alinea.

"Tas bekalnya, Kristal."

Kristal yang hampir mencapai ruang keluarga mendadak berhenti lantas berbalik. Tidak melenyapkan sedikit pun ekspresi sebalnya. Tanpa menyahuti koreksian Alinea, Kristal kembali melenggang ke dapur setelah membawa tas bekal yang hampir ditinggal begitu saja; Meletakkan tas sekolah di salah satu kursi; Mengeluarkan kotak makan dari tas bekal yang langsung dicuci sendiri.

"Cuci muka. Biar setannya ilang." Alinea masih memperhatikan dari meja kerja di ruang keluarga. Spot yang bisa menjangkau tatapan ke ruang tamu maupun dapur.

"Setan apa sih, Bunda? Wong Kristal enggak kesurupan, kok." Gadis belia itu kembali mencangklong tas. Hendak masuk ke kamarnya yang tidak jauh dari ruang makan.

"Kalau enggak ada setannya, ngapain itu muka ditekuk begitu? Ngomel-ngomel enggak jelas pula."

"Aku tuh sebel, Bunda!" Dia tidak jadi masuk. Malah duduk di salah satu sofa dekat meja kerja Alinea. Menyilangkan kedua tangan di dada dengan bibir cemberut.

Gelagat yang Alinea sadari jika anak gadisnya bersiap curhat. Maka disudahilah dokumen-dokumen kerja siang itu. Ada satu makhluk Tuhan yang perlu didengarkan terkait kisah menyebalkannya selama di sekolah.

Alinea mengambil duduk di samping Kristal setelah men-shut down komputer. "Kenapa? Siapa yang bikin kamu sebel?"

"Tuh, si Pasai!"

"Pasai?" Alinea mengernyit lebih dalam. Nama yang disebutkan Kristal adalah anak sulung kawan lamanya.

Seorang anak laki-laki manis dengan potongan rambut yang selalu cepak. Sudah saling kenal dengan Kristal maupun Ruby sejak PAUD.

"Iya, Bunda. Pasai Si Usil Menyebalkan."

Hampir-hampir Alinea menyemburkan tawa. Merasa deja vu mendengar keluhan Kristal. Bukankah dulu pun dia suka memanggil ayahnya Pasai dengan Si Cepak Menyebalkan? Ya, sebetulnya sampai sekarang pun masih suka memanggilnya begitu.

"Kenapa dengan Pasai?" Alinea membenahi poni Kristal yang sudah panjang. Hampir-hampir menusuk mata. Agaknya, sore nanti akan dia potong sedikit agar tidak mengganggu pandangan gadis kecilnya.

"Ya, gitu. Usil. Suka banget narik-narik kepangan aku. Katanya, rambutku kayak mi rebus. Keriting. Jelek. Enak aja dia bilang rambutku jelek. Wong kata Ayah, rambutku cantik, kok. Tebel. Hitam legam pula. Dia tuh yang rambutnya jelek makanya dipotong cepak mulu sama Tante Ita."

"Mungkin, niat dia bukan ngusilin kamu. Pengen temenan sama kamu, tapi enggak tahu caranya gimana."

"Temenan apanya? Kalau mau temenan ya temenan aja, Bunda. Enggak perlu pake usil. Enggak usah pake narik-narik kuciran aku. Emang dasarnya nyebelin tuh si Pasai." Wajah Kristal menggelembung. Pipinya kemerahan, entah karena betulan marah atau efek sehabis terpanggang matahari.

Alinea mengulum senyum. "Kalau ke Ruby, gitu juga, enggak?"

"Enggak, tuh. Dia enggak pernah usil kulihat kalau ke Ruby. Entah, deh. Aneh anak itu. Ke temen cewek lain enggak pernah ngacak-ngacak rambut atau narik-narikin kuciran. Eh, giliran ke aku malah tingkahnya nyebelin gitu. Emang harus dilelepin ke kolam lele di belakang sekolah, tuh!"

Frasa AlineaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang