Frasa Keenam Belas

69 15 2
                                    

Frasa baru selesai mandi saat ponsel di atas nakas bergetar panjang. Sebuah panggilan dari nomor yang sangat dia kenal. Milik seorang gadis yang sangat suka telat masuk sekolah.

"Iya, Lin?"

"Hari ini sibuk enggak, Sa?" Suara di seberang panggilan terdengar sangat ceria.

"Enggak. Kenapa?"

"Jam lima sore aku tunggu di halte dekat SMA, ya? Yang biasa aku nunggu angkot itu, loh. Tahu, 'kan?"

"Tahu, sih. Tapi, buat apa? Mau ngapain emang?"

"Ada, deh. Pokoknya, dateng aja kalau mau tahu aku mau ngapain. Harus dateng, Sa! Aku bakal tunggu sampai kamu datang. Oke, Sa?"

"Iya, iya. Aku dateng."

"Oke. Sekali lagi kuulangi. Aku tunggu di halte dekat SMA jam lima sore."

"Iya, Alinea. Aku dengar dan aku ingat dengan baik."

"Coba ulangi kalau begitu!"

"Ketemuan di halte dekat SMA jam lima sore."

"Oke, good. Itu baru anak pinter. See you!"

Frasa menatap sebentar layar ponsel yang menggelap; memiringkan kepala karena merasa aneh. Tumben sekali Alinea mengajak bertemu saat weekend?

Dia mengangkat bahu lantas mengembalikan ponsel ke posisi semula. Gadis itu meminta bertemu pukul lima sore. Tepat setelah jam bekerjanya.

***

Beberapa novel yang akan dia hadiahkan kepada teman semeja sudah terbungkus rapi di dalam kotak berbalut kertas kado bercorak kelinci berwarna dasar tosca. Senyum membingkai wajah bulatnya saat melihat bungkusan kado yang sangat rapi dan cantik. Lebih senang lagi karena isi kado tersebut akan sesuai dengan wishlist teman semejanya.

Diraihnya selembar kertas dari dalam laci yang sengaja diselipkan dalam buku binder. Sebuah catatan riwayat hidup yang beberapa minggu lalu dia buat. Tentang seseorang.

"Makanan favoritnya bakso dengan bihun, ya?" Gadis itu sedang mengingat-ingat di mana dia bisa menemukan penjual bakso yang memakai bihun sebagai topping.

Pasalnya, sepanjang dirinya tinggal di sana, belum pernah sekalipun menemukan penjual bakso menggunakan bihun. Kebanyakan atau malah semua penjual bakso, dari yang gerobakan maupun warungan, menggunakan sohun sebagai topping tambahan. Jelas berbeda dengan selera temannya.

Berarti, setiap makan bakso, dia enggak pernah pakai sohun, ya? Atau jangan-jangan, dia enggak pernah makan bakso karena topping yang disediakan penjual sini pakainya sohun? Waduh!

Coba saja di Jakarta. Dia akan dengan mudah menemukan penjual bakso yang menggunakan bihun sebagai topping. Bahkan mungkin, semua penjual bakso di ibu kota memang memakai bihun, kecuali tukang bakso malang. Mereka biasanya menggunakan sohun.

Lagian, kenapa dia enggak suka sohun dan lebih memilih bihun? Bukannya sama saja? Hm, nantilah kutanyain orangnya.

Gadis itu beranjak keluar kamar. Hendak menanyai orang rumah. Barangkali ada yang tahu penjual bakso mana yang memakai bihun sebagai topping. Masih ada beberapa jam sebelum bertemu dengan pemilik kado. Dia masih sempat berkeliling mencari hadiah tambahan. Kebetulan, orang rumah sedang berkumpul di ruang keluarga menikmati weekend.

"Ada yang tahu enggak penjual bakso yang pakainya bihun?" Dia berdiri di ujung tangga bawah, menatap satu per satu manusia yang duduk-duduk santai sambil menikmati tahu dan tempe goreng buatan Bunda.

Frasa AlineaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang