Bab 8 Darah (bagian 1)

1.3K 11 0
                                    

Matahari tengah tinggi-tingginya saat Arabelle sampai di pelataran rumah. Sekarang pukul dua siang. Dia datang bersama Elia, setelah membeli berbagai camilan, perempuan yang selalu berpikir positif itu menjemput putrinya di taman kanak-kanak pukul sepuluh kurang lima belas menit. Mereka berdua berkunjung ke rumah teman Arabelle yang baru saja melahirkan tiga hari lalu, namanya Annisa.

Saat memasuki rumah, hening seperti biasanya. Tapi, sebelum dia memasukkan kunci ke lubang, ternyata pintunya tidak terkunci sama sekali. Berarti sudah ada orang rumah yang kembali sebelum dirinya.

Sepeda motor matik bertengger di depan halaman secara acak, tidak rapi seperti biasanya. Sebagian rangkanya lecet ringan, kemudian sebelah spionnya pecah. 

"Aileen." Arabelle setengah panik saat berteriak memanggil nama adiknya. Dia berjalan cepat ke kamar si empunya nama. Hatinya tak karuan setelah melihat kondisi motor. Perasaan sang kakak tak baik.

Saat pintu kamar terbuka, adiknya tengah tertidur pulas. "Hei," panggil Arabelle lembut.

Perlahan mata Aileen terbuka, kemudian menguap alami. "Hm," jawabnya sambil memandang polos kakaknya.

Arabelle duduk di sisian ranjang diikuti Elia yang masih memakai seragam. 

"Kamu kenapa?" tanya Arabelle sambil melihat keseluruhan tubuh adiknya dari atas ke bawah. Ada beberapa memar di bagian paha dan betis, kemudian lecet di sikut dan dengkul. Luka ringan. Kemudian tak jauh dari sana ada kotak P3K yang belum tertutup sempurna. 

"Jatoh sih, Kak. Cuman nggak apa-apa." Aileen memosisikan dirinya menjadi duduk, bersandar pada kepala dipan. Bibirnya penuh dengan senyum peredam kekhawatiran. "Aku beneran nggak apa-apa lho, Kak. Tadi udah diobatin juga sama Ma--" Kalimatnya berhenti mendadak, "sama aku, maksudnya." Segera Aileen mengoreksi.

Arabelle yang tak begitu memerhatikan gerak bibir Aileen tak terlalu paham kata atau kalimat yang diulangi kembali. Mata ibu satu anak ini fokus pada bagian kamar yang agak berantakan. Bahkan letak guling dan bantal sebagian di lantai. Beberapa barang di nakas agak miring bahkan jatuh telungkup. Kemudian yang paling menyita perhatian adalah tempat sampah.

"Tisu bekas apa itu, Dek, banyak amat?" Arabelle berjalan ke arah tempat sampah di ujung kamar dekat dengan meja belajar.

Aileen agak panik, "I-itu bekas lap luka aku, sih, Kak. Nanti aku buang." 

Sebelum Arabelle benar-benar memerhatikan, dia sudah berputar kembali ke dipan. Beberapa tisu mungkin ada bercak darah, tapi sebagian besar tidak. Seperti ... ah sudahlah. Pikiran Arabelle terlalu buruk pada Aileen jika memikirkan hal yang tidak-tidak.

Kamar milik adiknya ini pun terasa bau apek, tidak segar, bahkan seperti bau amis. Sebelum Arabelle curiga karena kening terus mengerut sambil menjajah kamar Aileen dengan sudut matanya. Perempuan yang baru saja menikmati cinta sesaat dari kakak iparnya ini lantas berusaha bangkit.

"Kakak beli camilan, nggak? Aku rasanya pengen ngemil gitu sambil nonton di ruang tengah. Gimana?" 

Arabelle berhenti menyelisik, sejenak memandang Aileen. Gadis berusia dua puluh satu tahun itu berdiri dengan susah payah, terlihat dari raut wajahnya yang agak meringis menahan nyeri. Bercak darah nampak jelas di salah satu area seprai. Sadar pandangan kakaknya fokus ke sana, Aileen segera menarik kain itu sampai membentuk gulungan sembarang.

"Nanti aku cuci, ya, Kak." Sambil membenarkan anak-anak rambut, Aileen menatap kakaknya agak takut.

Arabelle menoleh sekali lagi pada seprai, keningnya masih berkerut. Tapi, di detik berikutnya tangan mulus itu memegang kenop pintu kamar. Membukanya lebar-lebar.

"Ya udah, ayo. Kakak tadi beli donat di jalan. Elia sih, yang mau." Arabelle berjalan lurus ke arah ruang tengah.

***

Terima kasih sudah setia membaca Pelakor Sedarah. Nantikan terus update-nya setiap hari, ya 😍🙏

Yuk, dukung aku dengan tinggalkan vote dan komen biar makin semangat buat nulisnya 😘🔥

Oh, iya. Bagi kalian yang mau baca wush wush wush tanpa iklan dan super ngebut. Bisa mampir ke www.karyakarsa.com dengan nama akun fitriaanoorm atau Fitria Noormala, ya. Di sana sudah sampai Bab 25.

Salam,

Author

Pelakor SedarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang