Bab 33 Gagal Liburan

239 3 2
                                    

Arabelle dan Dominic sudah sepakat akan pergi berlibur selama satu hari satu malam di daerah puncak. Mereka akan merawat cinta, mengenang masa lalu dengan keindahan. Pernikahan selama tujuh tahun pasti terasa jenuh dengan aktivitas itu-itu saja. Bahkan mereka sibuk dengan kesibukan mereka sebagai orang tua, pengelola rumah tangga dan pencari kehidupan, melupakan satu peran sebagai pasangan.

"Aku panggil Mbak Rani lagi aja kali, ya?" tanya Arabelle dengan wajah berbinar. Mereka hendak menitipkan Elia pada beliau saat pergi berlibur nanti. Tak lama, hanya satu hari, satu malam.

Dominic mengangguk setuju.

Saat Arabelle tengah menekan nomor Mbak Rani. Mobil innova hitam terlihat berhenti di depan gerbang rumah mereka. Kebetulan memang Arabelle dan Dominic tengah menikmati sarapan di depan rumah sejak tadi; bubur ayam panas dengan kuah kaldu melimpah.

Tak lama Aileen dan Novan keluar dari dalam mobil bersamaan. Sang pria berjalan lebih dahulu untuk membuka pagar, lalu  menyalami Arabelle dan Dominic bergantian.

"Nggak nginep sekamar berdua, kan?" tanya Arabelle sambil tertawa. Memastikan.

Novan pun membalasnya dengan tawa renyah. "Enggak, Bu. Aman sama saya mah."

Setelah basa-basi sebentar, Novan undur pamit. Karena sejak tadi ibunya menyuruh untuk segera kembali ke rumah.

Setelah berbincang kilat, Aileen dengan santai berjalan ke kamar untuk beristirahat. Sesekali dia memandang cincin yang melingkar di jari manis sebelah kiri tangannya yang putih dan lentik. Cincin lamarannya.

Jelas-jelas aku biasa aja sama Novan. Tapi, kenapa saat Novan menahan diri aku jadi kecewa, ya? Aileen sibuk dengan pikirannya sendiri.

Saat dia tengah selonjoran di atas ranjang dengan nyaman, Arabelle memutar kenop kamar adiknya perlahan. Kepala kakaknya itu melongok sebentar, memastikan aktivitas Aileen yang sedang bersantai.

"Gimana jawabannya, Dek?" tanya Arabelle sembari memosisikan dirinya duduk di sisian ranjang.

“Aku jawab iya.”

Terlihat seringai bahagia dari raut muka Arabelle. 

Kemudian Aileen memandang balik kakaknya. Napasnya terdengar panjang dengan membawa beban.

"Novan orangnya gimana, Kak?" tanyanya.

Arabelle terdiam sebentar, ujung bibirnya melepaskan senyum geli. "Kamu yang jalanin dan rasain, malah nanya ke kakak," jawab Arabelle. "Kalo tanya Mas Dominic ... baru kakak bisa jawab."

Aileen tersenyum hambar. Memang benar.

Kemudian tiba-tiba Arabelle menguarkan aura yang sangat bahagia. Sangat kentara sekali.

"Oh iya Dek, kakak nitip rumah ya, besok satu hari satu malem."

Aileen mendelik, memiringkan tubuh ke arah kakaknya. Dengan raut penasaran Aileen bertanya balik, "Mau ke mana emang?"

Arabelle memegangi dua pipinya dengan gemas. "Mau liburan berduaan sama Mas Dominic," jawabnya sambil tersipu.

Aileen tersenyum ambigu, “Ciye, semoga Elia cepet punya adik, ya.”

Arabelle tersipu tak karuan dengan kalimat Aileen barusan.

Ada sesak di dada Aileen. Meski di depan Arabelle dia menggoda dan mendoakan agar segera diberi anak kedua. Tapi, batinnya tak rela jika Dominic harus berduaan dengan Arabelle terlalu lama.

Setelah itu Arrabele keluar dari sana, merasai banyak kupu-kupu yang sedang beterbangan dalam hatinya. Seperti gema cinta pertama? Benar-benar hari yang sempurna.

Pelakor SedarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang