Bab 18 Curiga? (bagian 1)

465 8 0
                                    

Mobil honda brio kuning memasukki pelataran rumah agak besar, kediaman Dominic dan Arabelle sejak tujuh tahun lalu. Dulu rumah ini tak sebesar sekarang. Tapi, karena mereka berdua pekerja keras dan selalu menabung bagaimana pun kondisinya, sedikit demi sedikit dilakukan renovasi bertahap.

Arabelle bangga pada dirinya sendiri saat ingat bagaimana perjuangan di awal menikah dulu dengan Dominic. Mulai dari makan satu bungkus mie berdua demi membayar kontrakan dan menabung untuk masa depan, sampai menjual sebagian perabot karena persediaan beras habis. Tapi, sekarang kehidupan mereka semakin membaik.

Langkahnya pelan berjalan menuju pintu kayu kokoh di depannya. Pintu itu berwarna cokelat tua yang berbahan dasar kayu jati. Sedang dinding rumah mereka resmi diganti beton semua saat Dominic mulai sukses di bidang wedding organizer. Sebetulnya Arabelle rindu ingin bekerja di kantor atau sekadar jualan dari rumah. Meski uang bulanan dari Dominic lebih dari cukup, tapi hidupnya kini merasa membosankan. Terlebih usia Elia semakin besar. Cukup diperhatikan saja dan diberi nasihat sesekali jika melakukan kesalahan.

"Mama!" Terdengar suara teriakan dari belakang punggung Arabelle. Suara itu nyaring, cempreng dan dia tahu betul siapa si pemilik suara. Ya, Elia.

Gadis kecil itu berlari dengan senyum merekah di bibir. Dahi penuh keringat dan seluruh badannya bau matahari. Dia baru saja pulang sekolah TK dijemput oleh Mbak Rani.

"Hai, Sayangku," sapa Arabelle sambil merentangkan tangan, menyambut Elia untuk mendapatkan peluknya.

Gadisnya itu merupakan duplikat Dominic sembilan puluh lima persen. Dimulai dari warna kulit kuning langsat, lesung pipi di kiri dan kanan, rambut bergelombang, tatapan matanya yang teduh dan bahu yang agak lebar. Kecuali hidung, mirip dengan Arabelle.

Arabelle mengangguk pada Mbak Rani, mengajak semua orang untuk masuk ke dalam rumah. Langkah mereka bertiga beriringan. Rumah yang sudah lama ditinggalkan itu tak banyak berubah. Hanya sedikit berdebu di beberapa bagian sudut. Pasti Dominic menggunakan jasa orang untuk beberesih, karena dirinya pun selalu melakukan hal yang sama.

Mulai dari baju sering keluar-masuk penatu, makanan berat sering membeli di warung makan dekat rumah dan perihal beberes pun masih menyewa jasa orang. Baik Arabelle atau Dominic tak ingin ambil pusing atau berdebat karena hal-hal seperti ini.

Tugas Arabelle hanyalah berbahagia di dalam rumah tangga mereka, begitu ucap Dominic berulang kali. Pria yang manis bukan?

Arabelle membuka beberapa oleh-oleh yang dibawa dari Bandung. Salah satunya kartika sari bakery. Elia mulai memilah mana yang akan dibuka terlebih dahulu di antara banana roll, pisang bolen, brownies panggang spesial mocca, brownies kukus keju, atau brownies panggang mede.

Selagi Elia memilih, Arabelle membawa bungkusan lain yang berisi bolen pisang dan brownies panggang spesial tiramisu untuk Mbak Rani.

"Makasih lho, Mbak. Berkat Mbak Rani saya bisa beristirahat dengan tenang tanpa khawatir mikirin Elia sama Mas Dominic," ucapnya sembari memberikan bungkusan itu.

"Repot-repot banget lho, Bu. Terima kasih banyak, ya," jawabnya dengan air muka senang.

Perempuan berusia tiga puluh satu tahun itu tersenyum, mengangguk beberapa kali. Elia yang mulai bosan bergaul dengan ibu-ibu, membawa kotak makanan itu berjalan menjauh, "Aku mau makan di kamar sambil main boneka," ucapnya.

Arabelle hanya menjawab Elia dengan anggukan singkat.

"Eh, Mbak. Aku mau nanya, deh." Arabelle mengecilkan suara televisi, matanya memandang hati-hati Mbak Rani.

Mbak Rani yang sejak tadi tengah memotong brownies dengan hati-hati, mendongak memandang Arabelle. Kemudian tersenyum dan menyelesaikan potongannya. "Kenapa toh, Bu?"

Arabelle seakan bingung harus bertanya mulai dari mana. Tangan kanannya memainkan rambut yang sejak tadi menghalangi pandangan, menyelipkan di belakang telinga dengan hati-hati.

"Pas aku nggak ada, Mas Domi ngapain aja ya, Mbak?" Suara Arabelle semakin kecil, tapi Mbak Rani masih bisa menangkap sinyal yang diberikan.

***

Hai, ikuti terus kisah Pelakor Sedarah setiap hari, ya.
Dukung terus karya aku dengan cara follow, vote dan komen, yaaa.

Buat kalian yang mau baca ngebut, boleh berkunjung ke Karya Karsa aku. Di sana sudah sampai Bab 61, lho. Gunakan voucher dengan kode Noorm01 agar dapat diskon 20%
Aku tunggu lho.

Salam,

Author 🧡

Pelakor SedarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang