Bab 11 Hampir Saja (bagian 1)

814 8 0
                                    

Akhir semester telah tiba. Aileen mendapatkan libur dua bulan. Dia bilang akan pulang ke Bandung sekitar satu atau dua minggu untuk mengistirahatkan pikiran. Pun sambil menjenguk ibunya.

Arabelle merasa tertarik ikut, sudah lama sekali dia tak pulang ke Bandung. Setidaknya ingin berkeliling mencari jajanan dan menghirup udara malam di sana. Tapi, itu pun jika Dominic mengizinkan.

Di sisi lain, pekerjaan Dominic tengah sibuk-sibuknya. Pernikahan yang akan dilangsungkan ada dua lagi dengan jeda satu minggu. Sedang di kantornya, biasa saja. Tugasnya sama setiap hari, hanya mengawasi produksi produk kecantikan.

"Terus Elia gimana, Sayang?" Dominic membelai rambut Arabelle hangat. Mereka berdua tengah menonton berita sore di ruang tengah. Duduk mesra di atas sofa empuk berwarna putih.

Arabelle tampak merenung sesaat. Menimbang-nimbang semua perkara. "Hm, Elia bisa izin, sih."

Dominic melepaskan dekapannya pada Arabelle, dia mengambil kacang goreng yang selalu setia bertengger di dalam stoples. Memasukkannya satu persatu ke dalam mulut. Keningnya tampak mengerut.

"Oh, kalo pakai jasa Mbak Rani lagi, gimana?" Dominic memberikan solusi.

Rani adalah baby sitter Elia dulu. Usianya sudah tiga puluh delapan tahun sekarang. Beliau biasa bekerja dari pagi sampai sore. Saat Elia masih bayi sampai usianya tiga tahun, mereka memakai jasa Mbak Rani. Bayarannya harian, jadi tak membebani si pemilik jasa atau pun si pemilik rumah yang risi dengan kehadiran orang lain.

Arabelle sontak memeluk Dominic erat. Pria itu memberikan solusi yang sangat bagus. Jujur, kegiatannya sebagai ibu rumah tangga sangat membuatnya jenuh. Sekali-kali dia ingin pergi sendiri, setidaknya beberapa hari saja, mengenang masa gadisnya dulu saat Dominic dan Elia belum menjadi prioritas utamanya.

Ketika Arabelle tengah bermanja ria dengan Dominic, Aileen melewati mereka. Matanya seakan memandang Dominic tajam. Perempuan itu baru saja menerima paket yang datang.

"Paket dari siapa, Ai?" Arabelle tak merubah posisi, tetap ada dalam dekapan Dominic.

Aileen menarik napas pelan, berusaha tak terlihat berlebihan atau cemburu di depan kakaknya. "Novan kayaknya, Kak."

Arabelle penasaran, dia menegakkan cara duduknya, memandangi kotak yang dibungkus bubble wrap bening.

"Apa isinya, Ai? Kakak penasaran banget." Arabelle memajukkan badannya, melepaskan tubuh dari dekapan Dominic.

Kesempatan, Aileen duduk tepat di samping Dominic. Sangat dekat, bahkan kulit mereka saling bergesekan. "Aku buka aja, ya, Kak." Aileen membuka paket itu perlahan.

Dominic yang merasa dihimpit dua orang perempuan tak bisa melakukan apa-apa. Dia diam tak bergerak. Terkadang pria itu merasa Aileen menjawil pinggang atau sengaja meniup kuping sebelah kanannya saat Arabelle sibuk membuka gulungan bubble wrap. 

"Nanti malam, ya, Mas." Aileen berbisik di sela-sela suara televisi yang keras.

Dominic berdeham, mulai salah tingkah.

"Haidku sudah selesai," lanjut Aileen.

Dominic menggerakkan tubuhnya tak tenang, beberapa kali melihat reaksi Arabelle. Aman. Dia tak mendengar apa pun yang dikatakan oleh Aileen.

"Mm, sebentar. Mas mau ambil semangka di kulkas." Dominic keluar dari barisan. Berjalan menjauh mendekati dapur.

Mengatur jantungnya yang sedari tadi tak karuan. Sepertinya dia mengalami pubertas kedua di usia yang baru saja tiga puluh empat tahun. Tapi, Aileen adalah sesuatu yang susah untuk ditolak.

***

Halo-halo terima kasih sudah menjadi pembaca setia Pelakor Sedarah, yaa.
Ini Aileen lama-lama ngelunjak ngeselin banget 😭🙈

Buat kalian yang mau baca cepet alias ngebut dan tanpa jeda iklan, bisa berkunjung ke karya karsa aku dengan akun Fitria Noormala yaa. Di sana sudah Bab 37 💕

Salam,

Author

Pelakor SedarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang