"Satu vote dari readers sangat berharga bagi author."
Malam yang mencekam ini akhirnya selesai. Tempat yang tadinya penuh suara desingan peluru, saat ini hanya meninggalkan kesunyian terkecuali suara kendaraan di jalan raya yang masih terdengar. Semua orang kini telah meninggalkan pelabuhan London, kecuali Alson dan Stella.
"Apa hanya ini ?" tanya Alson yang kini sedang melilit perban pada luka di sekitar baru kiri Stella.
Stella hanya mengangguk sembari tersenyum kearah Alson yang bersimpuh disampingnya.
"Kenapa, kau menatap ku begitu ?" tanya Alson menyadari bahwa Stella dengan menatap wajahnya.
"Ah maaf, melihat mu seperti itu jadi mengingatkan ku pada seseorang yang sangat aku sayangi, tapi dia telah pergi dan tak akan pernah bisa kembali," jawab Stella dengan suaranya yang terdengar bergetar.
Pandangan Alson kemudian beralih menatap wajah Stella. Ketika itu matanya mulai berbinar seakan ingin turun hujan. "Kalau boleh tau, siapa orang yang kamu maksud ?"
"Dia mendiang ayah ku yang meninggal 3 tahun lalu."
"Ayah mu sakit ?"
Stella menggelengkan kepalanya, "Tidak, dia dibunuh oleh seseorang."
"Begitu ya. Ayah mu juga anggota organisasi ?"
"Iya. Kalau mendengar ceritanya, ayah juga kepercayaan orang itu, sama halnya dengan Stout dan Raki."
"Apa kamu tau siapa orang yang membunuh ayah mu ?"
"Aku sendiri tidak tau siapa pelakunya. Waktu aku tau ayah tewas karena hal mengenaskan seperti itu, aku sempat melaporkan pada polisi tanpa membuka identitas aslinya. Namun percuma, sepertinya polisi tau siapa ayah. Jadi, mereka tidak mau menyelidiki kematian ayah dengan alasan tidak ada cukup bukti."
"Lalu, apa kau tidak menyelidikinya lagi?"
"Saat ini aku sedang menyelidikinya. Tujuan aku bergabung dengan organisasi adalah untuk menyelidiki kematian ayah. Sekian waktu aku bergabung, Orang itu memberitahu ku bahwa pelaku pembunuhan ayah ialah salah satu agent MI6."
Sontak Alson terkejut dengan apa yang dikatakan Stella. Setahu dirinya, semenjak dia bergabung dengan MI6, tidak ada kabar ataupun berita mengenai salah satu agent yang membunuh anggota organisasi. Hal ini tentu mengundang tanya dan rasa penasaran bagi Alson.
"Aku mengerti, kamu pasti sangat terpukul dengan kejadian itu. Jika kamu berusaha semaksimal mungkin, aku percaya kamu akan menemukan jawabannya."
Stella tersenyum lebar kearah Alson dengan matanya yang masih berbinar, "Ya, aku juga berharap begitu."
***
Pagi pun tiba dengan langit biru disertai gradasi awan yang sangat indah. Angin sepoy - sepoy membuat suasana London menjadi lebih sejuk. Suara burung yang merdu terdengar kesana kemari.
Prakkk...
Suara pukulan meja yang berasal dari ruangan Hodgins. Tapi suara itu bukan dibuat karena ulahnya, akan tetapi karena Aidan yang masih tak habis pikir dengan tindakan Alson semalam.
"Ada apa dengan Alson semalam ? Dia terlihat seperti benar - benar serangga Vastator," gerutu Aidan penuh emosi.
"Mungkin dia memang punya strategi sendiri untuk menghancurkan organisasi. Sebagai teman akrabnya, kau seharusnya tau itu," timpal Owain yang juga ada disana.
"Aku tau dia orangnya seperti itu, tapi bukan begitu maksud mu," ujar Aidan.
"Lalu ?"
Aidan mengingat kembali sedikit adegan ketika Alson menatap matanya sebelum akhirnya dia pergi darisana. "Tatapan matanya, itu membuat ku ragu. Aku tak merasa bahwa dia berpihak pada kita," sahut Aidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSON : Genius In 113
ActionMenjadi agen badan inteligen negara bukanlah pekerjaan yang bisa disepelehkan. Begitulah Alson, agen MI6 yang tinggal di rumah dengan nomor 113 itu dikatakan sebagai lelaki jenius sehingga di juluki dengan Genius In113. Suatu ketika, dia diharuskan...