"Satu vote dari readers sangat berharga bagi author."
Perjalanan masih terus berlanjut. Kini Alson masih mengendarai mobilnya sembari menunggu telepon masuk dari Iris.
Tring...tring...
Alson menjawab panggilan telepon yang berasal dari Iris. "Jadi, apa yang kau temukan ?" Tanyanya.
"Sama seperti katamu tadi, file itu berisi data - data beberapa anggota organisasi. Semuanya lengkap dengan identitas mereka, seperti nama asli, codename, tempat tanggal lahir, tanggal bergabung, dan masih banyak lagi," sahut Iris.
"Bagus, seperi yang aku duga. Coba kau cari, adakah dari mereka yang memiliki nama asli dengan nama belakang Palmer." Perintah Alson pada Iris.
Dengan cepat dan teliti, Iris membaca nama - nama anggota organisasi yang tertera di layar monitor dengan sangat jelas.
"Aku menemukannya Als."
Alson tersenyum sinis. "Bacakan identitasnya !"
"Zergan Palmer dengan codename Brandy. Usia 48 tahun. Lahir di Birmingham, 7 Maret 1964. Bergabung di organisasi sejak Agustus 1990."
"Apakah ada fotonya ?"
"Ada, mau ku kirimkan ?"
"Ya, tolong secepatnya."
Pada saat itu juga, Stella langsung mengcopy foto yang diminta dan dia kirimkan pada Alson.
Alson menatap fotonya secara seksama. "Dia mirip dengan Stella. Tidak diragukan lagi," Alson bergumam di dalam hatinya.
"Ah ya Iris, terima kasih atas bantuannya. Aku berhutang jasa dengan mu," ujar Alson sembari tersenyum simpul.
"Santai saja ... ini memang tugas ku. Terima kasih juga karena telah mempercayakan ku untuk membantu mu. Alson ..."
"Ya, kenapa ?"
"Jaga dirimu..."
"Tenang saja. Ya sudah, sekali lagi terima kasih ya. See you."
"See you..."
Iris yang baru saja memutuskan panggilan telepon dengan Alson, masih menampakkan wajah sumringahnya, sampai - sampai Millie yang ada disampingnya jadi menatap Iris heran.
"Ekhemm..." celetuk Millie.
Iris sontak menoleh, "Apa ?" Tanyanya polos.
"Gimana ? Vibesnya masih sama gak sih kayak dulu ?" Canda Millie.
Iris tersenyum tipis. "Sama sekali berbeda," jawab Iris lalu kembali menatap layar monitor untuk melanjutkan pekerjaannya.
~~~
Setelah menyelesaikan urusannya dengan Iris, Alson langsung meluncur ke rumah milik Stella yang alamatnya baru saja di bagikan beberapa menit lalu karena dia memintanya.
Alson sengaja mendatangi kediaman Stella secara langsung untuk memeriksa sesuatu terkait kasus yang sedang dia selidiki. Selagi semuanya belum terlambat. Dia juga beranggapan bahwa kasus ini sebentar lagi akan terungkap karenanya.
Ting...tong...
Mendengar suara bel rumahnya berbunyi, Stella yang sedang bersantai sembari membaca buku novel di lantai 2 rumahnya, dengan cepat berlari menuju pintu depan. Dia sudah menduga kalau Alson yang datang menghampirinya.
"Hi, welcome ! Silahkan masuk !" Pintah Stella setelah membukakan pintu rumahnya untuk Alson.
Alson mengangguk lalu masuk. Layaknya seorang detektif pada umumnya, matanya tersorot begitu tajam kesemua arah.
"Kamu tinggal sendirian ?" Tanya Alson.
"He'emm..." Stella hanya menjawabnya begitu. "Silahkan duduk ! Kau mau minum apa ?" Tanyanya.
"Apa kau punya blackcoffee ?"
"Tentu, kau mau itu ?"
"Iya, itu saja."
"Baiklah. Tunggu sebentar !"
Kemudian Stella meninggalkan Alson seorang diri diruang tamu. Ada beberapa foto Stella bersama kedua orang tuanya yang terpajang di atas meja hias juga dinding. Hal itu tentu manarik perhatian seorang Alson.
Tangannya merogoh saku sepannya untuk mengambil handpone. Ketika dia telah menemukannya, Alson langsung membuka foto yang tadi dikirimkan oleh Iris. Tentu saja Alson membandingkan kedua foto tersebut.
Alson tak mengatakan apapun, namun alisnya terlihat mengkerut dengan sebuah senyuman sinis yang menandakan bahwa dugaannya selama ini benar. Bukan hanya itu, Alson juga membalik bingkai foto yang terpajang di meja hias dan dia menemukan petunjuk lain yang menguatkan asumsinya.
"Ethan, kopinya aku letakkan di meja ya. Aku mau keluar sebentar untuk membuang sampah," ujar Stella ketika meletakkan kopi yang dia bawa diatas meja. Dia lalu pergi setelah Alson mengiyakannya.
Demi menghargai Stella, Alson lalu duduk di sofa dan meminum kopinya dslam beberapa tegukan. Persoalan mengenai kasus ayah Stella masih terus mengalir di benaknya. Bahkan sampai saat ini juga.
Walau dirinya sudah mendapat banyak bukti yang semakin menguatkan asumsinya, Alson belum bisa menyimpulkan siapa pelaku sebenarnya. Dia merasa telah melewatkan suatu hal penting yang ternyata hal itu adalah kuncinya.
Suara knok pintu terdengar yang menandakan kalau Stella telah kembali.
Stella menghampiri Alson. "Bagaimana ? Apa kau menemukan sesuatu ?" Tanyanya berharap.
Alson terdiam sejenak, meletakkan gelas kopi yang dia pegang ke atas meja. Pandangannya beralih perlahan ke arah Stella. "Kalau boleh tau, siapa nama asli mu ? Stella itu codename-kan."
"Elora—Palmer." Jawaban Stella yang begitu singkat, nyatanya memberikan banyak kepusaan untuk Alson.
Aku memang tidak pernah salah dalam berasumsi.
"Apa ayah mu punya marga Palmer juga ?"
"Iya. Namanya Zergan Palmer."
"Oh begitu ya. By the way, Elora ... nama yang indah," ucap Alson sambil tersenyum. "Kalau begitu, aku panggil kamu Elora saja ya. Sama halnya kamu memanggil ku Ethan. Boleh ya ?" Alson lanjut bertanya.
Stella terkekeh. "Of course you can, why not ? "
"Duo E, Ethan dan Elora. Keren juga."
"Yes, yes ..." ucap Stella sembari tertawa kecil.
Melihat Stella tertawa begitu, Alson kembali merasakan sesuatu yang pernah dia rasakan sebelumnya. Kecantikan Stella membuat seorang mantan detektif ini jadi terpanah dan hendak terus memandangi wajah itu.
Namun, bukan sekedar memandang, Alson juga merasa bahwa dirinya mulai tertarik pada Stella. Rasanya mulai muncul setelah insiden di port London malam lalu. Entah kenapa, hal itu bisa terjadi.
Tapi Alson sadar bahwa masih ada suatu misi yang lebih penting dari masalah hatinya. Hanya karena dia menyukai salah satu anggota organisasi, tak mungkin dia harus mengorbankan misi yang sangat penting.
Professional is the mainthing, especially for an Intel.
Bersambung...
"Satu vote dari readers sangat berharga bagi author."
See you in chapter #11
![](https://img.wattpad.com/cover/336041054-288-k999613.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSON : Genius In 113
ActionMenjadi agen badan inteligen negara bukanlah pekerjaan yang bisa disepelehkan. Begitulah Alson, agen MI6 yang tinggal di rumah dengan nomor 113 itu dikatakan sebagai lelaki jenius sehingga di juluki dengan Genius In113. Suatu ketika, dia diharuskan...