CHAPTER 22 : So What Are We?

89 29 56
                                    

Chapter ini lebih panjang dari chapter sebelumnya. Pastikan waktu readers benar - benar luang ketika hendak membaca.

***

Sejak identitasnya diketahui oleh organisasi The Vastator, Alson memutuskan untuk tidak lagi kembali ke rumahnya. Hingga sementara ini dia memutuskan untuk tinggal bersama Owain. Bisa dibilang, keberadaannya sekarang sudah aman karena The Vastator tidak akan bisa melacak keberadaannya. Bukan hanya itu, berdasarkan informasi yang Alson ketahui, The Vastator sendiri tidak suka muncul dihadapan publik karena itu terlalu mencolok bagi mereka.

Walaupun dirinya sudah lumayan aman, Alson tentu saja tidak akan melupakan keadaan teman seperjuangannya di organisasi The Vastator, Stella. Perempuan itu tetap kembali ke rumahnya tanpa menghiraukan statusnya sebagai buronan organisasi. Ada alasan lain yang juga mendukung tindakan yang diambil oleh Stella, seperti petinggi organisasi yang tak pernah mengetahui tempat dimana dia tinggal.

"Wain-kamu punya kendaraan lain tidak, selain mobil yang kamu pakai ?" tanya Alson yang sedang memanggang roti di dapur.

"Ada sepeda keranjang di dalam garasi, kenapa memangnya ?" sahut Owain sembari meracik kopi untuk dirinya dan juga Alson.

Alson mengangkat rotinya dan meletakkannya diatas sebuah piring. "Bolehkah aku meminjamnya ? aku punya urusan dengan seseorang sekitar jam 9 nanti."

Owain lantas mengangguk. "Boleh, lagipula itu sepeda milik kakak perempuan ku yang sudah tidak pernah lagi dipakai sejak dia menikah dan pindah bersama suaminya," pungkasnya.

Obrolan itu berakhir bertepatan dengan Alson yang telah menyajikan roti bakar buatannya di atas meja makan dan Owain yang selesai membuat 2 gelas kopi. Kedua agen intel ini bukan hanya hebat dalam urusan mata - mata dan mengumpulkan informasi, urusan membuat sarapan pun sudah jadi keahlian mereka. Bisa dibilang bakat terpendam yang muncul tiba - tiba kala diperlukan.

"Kapan kamu mau ke forensik lagi ? Katanya kemarin pagi ini," tanya Owain mengingat Alson mempunyai janji dengan Mateo pagi ini di pusat laboratorium forensik.

"Aku ada janji dengan orang lain pagi ini. Mateo pasti memakluminya. Paling nanti sore aku kesana lagi," jawab Alson.

Sarapan itu berakhir dalam 15 menit dan setelahnya Owain langsung bersiap untuk menuju markas utama karena ia memiliki janji dengan Hodgins. Sedangkan Alson-masih bersantai di kursi meja makan itu sembari mencari lagu - lagu bagus disalah satu platfrom musik.

"Wain! Aku pinjam gitar mu ya." Teriakan Alson begitu menggema dirumah yang hanya ditinggali oleh dua orang itu.

"Iya...ambil saja dikamar ku!" balas Owain juga berteriak mengingat posisi Alson di dapur, sedangkan dirinya berada di garasi.

Tak lama Owain pun pergi meninggalkan rumah menuju markas utama. Melihat rumah yang ia tinggali telah kosong, Alson mulai melangkah menuju kamar Owain untuk mengambil gitar. Sepertinya-dia telah menemukan lagu apa yang akan dia mainkan. Begitu sang gitar telah ada padanya, Alson membawa benda itu ke ruang tengah bersama dengan handpone ditangannya.

"You look beautiful tonight"
And I feel perfectly fine
But I miss screaming and fighting and kissing in the rain
And it's 2 a.m. and I'm cursing your name
So in love that you act insane
And that's the way I loved you
Breaking down and coming undone
It's a roller coaster kind of rush
And I never knew I could feel that much
And that's the way I loved you

Alson membawakan lagu milik Taylor Swift yang berjudul The Way I Loved You dengan iringan petikan gitar di pangkuannya.

Dari banyaknya orang - orang yang kenal dekat dengan Alson, sedikit dari mereka yang tau kalau dia bisa bermain gitar. Sebenarnya bukan hanya gitar, bermain piano pun bisa karena ketika dia masih di sekolah menengah, dia pernah mengikuti kelas khusus piano. Kalau untuk urusan suara, terdengar sama seperti pria pada umumnya-berat dan serak.

ALSON : Genius In 113Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang