CHAPTER 27 : Pertimbangan Suatu Keputusan

91 19 64
                                    

Diharapkan membaca kembali bab 26 agar tidak lupa dengan alurnya karena kelamaan ga upload. Pastikan juga readers sedang memiliki waktu luang saat membacanya karena bab ini terdiri atas 2600 kata.

"Satu vote dari readers, sangat berharga bagi author."

***

Dua agen MI6 melangkah, memasuki ruangan yang hanya mempunyai sumber pencahayaan dari bohlam lampu nan redup. Pagar-pagar bergaris tegak lurus sejajar terlihat jelas ketika mereka tiba. Mereka baru saja memasuki penjara yang menampung para cecunguk The Vastator.

Di depan mereka, tepatnya Owain dan Ben---sudah ada Stout yang terkekang dibalik penjara dengan semua kepasrahan. Stout ditempatkan di kurungan yang sama dengan rekan seperjuangannya, Raki.

"Tempat ini terlebih lebih cocok untuk kalian dibanding sebuah gedung mewah bertingkat itu," sindir Owain tepat di depan sel mereka.

"Aku tidak butuh opini darimu," sahut Stout dingin.

Owain mengangguk-angguk.

"Alson bilang kau orang nomor dua di organisasi, tapi kelihatannya kau tidak pantas berada diposisi itu." Owain membolak-balik kertas di tangannya. "Tercatat sejak kau menjabat, keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan obat-obat terlarang produksi organisasi jadi menurun."

Stout tertawa prihatin, membuat Owain menoleh heran.

"Itu tidak ada apa-apanya dibanding menjadi penghianat organisasi," singgung Stout. "Setidaknya aku tidak pernah berniat menghianati organisasi ku sendiri."

Owain masih terdiam, berusaha menangkap arah pembicaraan Stout.

"Kalau saja Alson tidak punya pendirian seteguh itu, bisa jadi sekarang dia sudah menghianati kalian." Raki ikut menimpali.

"Kenapa kau berkata seperti itu hah?" Owain mengucapkan kalimatnya dengan sangat tegas.

Stout berdengus, menyeringai. "Dia menjalin hubungan dengan salah satu anggota kami. Aku tidak tahu apakah kalian sudah mendapat kabar mengenai ini, tapi tampaknya kau pun terkejut mendengarnya."

"Itu manusiawi, seseorang bisa menjalin hubungan siapa pun kalau dia mau. Tapi ini Alson. Banyak gadis yang sudah dia manfaatkan demi mencari keuntungan untuk keberhasilan suatu misi." Owain balas menyeringai, "Jujur aku tidak terkejut mendengarnya. Itu cara murahan yang paling mudah untuk dilakukan Alson---dengan hanya bermodalkan wajah tampannya dan caranya berkomunikasi dengan seseorang."

Stout memutuskan untuk tidak menyahut lagi. Percuma saja, mau dia membeberkan semua keburukan Alson, para agen yang ada disana tidak akan percaya sedikit pun. Justru mungkin Stout sendirilah yang akan dicap sebagai pembual di sel itu, mengatakan hal-hal buruk tentang agen andalan MI6.

***

Pukul satu malam, Iris masih menunggu di koridor rumah sakit. Menantikan Aidan datang membawakan orang yang bersedia mendonorkan darahnya untuk Alson. Dia termenung di atas kursi, air matanya terus mengalir walau tak begitu deras.

Hodgins tiba disana, menghampiri Iris. Perempuan itu buru-buru menyeka air matanya, memperbaiki penampilan, kemudian menyambut kedatangan sang atasan. Namun, ekspresi yang membekas dirautnya, mata sembab dan hidung merah padam itu tidak bisa berbohong.

"Bagaimana, Aidan belum tiba juga?" Hodgins bertanya, rautnya khawatir.

Iris menggeleng cepat. "Belum, Pak. Mungkin sebentar lagi," dia menjawab dengan suara serak.

ALSON : Genius In 113Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang