"DASAR GA BECUS KALIAN!"
Stout hanya bisa tertunduk mendengar sentakan Big Bos yang tengah marah besar padanya. Wajar, sebab pria dengan jabatan tertinggi nomor 2 itu gagal menjalankan tugasnya dengan baik. Justru bisa dibilang gagal total dan lagi - lagi merugikan organisasi.
"Seharusnya aku sadar, sejak kau yang membantu ku menjalankan bisnis ini, kita tidak pernah mendapatkan keuntungan besar," tegas Big Bos. "Bahkan dalam bulan ini, kita mencetak rugi sebesar 80.000 pound. Damn Stout! "
"Masih ada lagi bos." Stout menelan liurnya, "Raki berhasil tertangkap oleh mereka. Stella juga sepertinya sudah tau yang sebenarnya tentang Zergan."
Big Bos membuka topeng yang selama ini terus menjadi penghalang cahaya masuk ke wajahnya. Ia lalu bangkit dari tempat duduknya kemudian melangkah dengan tenang kearah Stout yang telah mati kutu, ketakutan, dan tubuhnya yang telah di penuhi keringat dingin walau ruangan itu dilengkapi dengan AC.
Dia menyentuh kerah kemeja Stout lalu mengusapnya pelan. "Apa kau mau bernasib seperti Zergan ?" tanya pelan dan tenang tapi sorot matanya menatap tajam Stout dingin.
Stout kembali menelan liurnya kasar sembari mengelengkan kepalanya.
Big bos hanya berdengus dan melepaskan sentuhan tangannya dari kerah Stout. Tangan kanannya terlihat mulai membentuk sebuah kepalan. Dalam beberapa detik, kepalan itu langsung melayang kearah pipi kiri Stout dan menghantamnya.
"Aku beri kau kesempatan satu kali lagi. Jika kau gagal, aku tak akan segan - segan menghabisi mu dengan tangan ku sendiri." Big bos memberikan tawaran untuk yang terakhir kalinya pada Stout.
"Ba-baiklah..." ucap Stout terjeda karena dia lagi - lagi berusaha menelan liurnya dan menarik nafasnya yang terasa engap. "Katakan—apa yang harus ku lakukan untuk mu ?"
"Bawa Stella dan Rye kehadapan ku, lalu lenyapkan mereka!"
"Oke—beri aku waktu 2 hari bos."
"2 hari lagi, di tanggal yang sama dengan kematian Zergan, Jum'at 13 Februari—aku ingin kau melenyapkan kedua penghianat itu. Jika kau sampai gagal, aku akan melenyapkan mu terlebih dulu sebelum mereka berdua," jelas Big Bos sembari berjalan menuju kursi kerjanya lagi. "PERGILAH!"
"Siap Bos," ujar Stout kemudian buru - buru keluar dari ruangan Big Bos sambil sesekali mengusap wajahnya yang terkena hantaman tangan ibarat batu.
***
Sepulang dari Newcastle Upon Tyne dan berpisah dari Stella, Alson langsung menuju pusat laboratorium forensik di London untuk menyerahkan bukti revolver yang ada padanya. Kebetulan di laboratorium itu, Alson memiliki kenalan yang bisa membantunya dalam waktu cepat.
"Kira - kira kapan hasilnya bisa keluar?" tanya Alson pada seorang dokter forensik bernama Mateo Winston.
Mateo menggeleng pelan. "Paling lambat mungkin besok pagi. Aku akan usahakan secepatnya untuk mu."
Mateo Winston—teman sekolah menengah Alson, tidak—bukan hanya sebagai teman, keduanya sudah terlihat seperti kakak dan adik karena kedekatan diantara keduanya.
Sama seperti Alson, Mateo juga tertarik dengan hal - hal berbau kasus - kasus kriminal dan gila akan penyelidikan. Itulah mengapa kini keduanya mengambil profesi yang berkaitan dengan hal tersebut.
"Baiklah, kalau begitu besok pagi saja aku akan kembali kesini. Tidak perlu mengabari ku lewat telepon karena handpone ku rusak. Terima kasih atas bantuannya Yo," ujar Alson sembari menepuk bahu Mateo kemudian keluar dari ruang laboratorium.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSON : Genius In 113
ActionMenjadi agen badan inteligen negara bukanlah pekerjaan yang bisa disepelehkan. Begitulah Alson, agen MI6 yang tinggal di rumah dengan nomor 113 itu dikatakan sebagai lelaki jenius sehingga di juluki dengan Genius In113. Suatu ketika, dia diharuskan...