CHAPTER 4 : Great Idea

91 34 56
                                    

"Satu vote dari readers sangat berhrga bagi author."

Original image of Felixstowe Port

Source from pinterest

***


Setelah lamanya perjalanan, akhirnya Stella dan Alson sampai di pelabuhan. Alson sekali lagi mengamati foto Darwin Lau, yang merupakan target mereka hari ini. Tanpa berlama - lama lagi, mereka berdua turun dari mobil dan mencoba untuk mencari Darwin.

"Apa rencana yang akan kita lakukan ? Apakah kita akan membawanya begitu saja kehadapan orang itu ?" Tanya Alson yang kini mengintai dibalik kontainer yang berderet di pelabuhan.

"Kita akan menghajarnya hingga dia mau-" ucapan Stella terpotong oleh Alson.

"Tidak, itu bukan ide bagus Stella. Mungkin jika kita menggunakan rencana ku itu lebih baik," ujar Alson cepat.

"Lalu apa rencana mu ?" Tanya Stella lagi.

"Kita akan-" Alson tiba - tiba menghentikan perkataannya ketika dia menyadari ada seseorang yang nyaris mengetahui keberadaan mereka berdua.

Alson lalu memilih untuk berpindah tempat sembari memberikan kode pada Stella. Keduanya kini menuju tempat yang mereka duga targetnya berada disana. Tempat itu bukan sembarang tempat, semua sisi telah dijaga oleh sosok orang - orang suruhan Darwin.

"Kita harus membereskan orang - orang itu," ujar Stella sembari mengawasi komplotan Darwin yang terjaga di dekat kontainer lain.

"Tidak, kau tetap disini !" Ujar Alson.

Sontak Stella menatap serius mata Alson, "Hah...kau gila ? Kau itu anak baru-" ucapnya yang lagi - lagi terpotong oleh Alson.

"Sudah ku katakan, jangan meragukan ku. Aku sudah cukup berpengalaman dalam hal seperti ini," kata Alson serius lalu pergi meninggalkan Stella dibalik kontainer itu.

"Bisa - bisanya dia..." gumam Stella. "Semoga berhasil, Rye."

Sementara itu, Alson menyusup bagian belakang pertahanan mereka. Dia berhasil melumpuhkan dua penjaga disana. Sebagai penyamaran, Alson sengaja menukar pakaian yang dia kenakan dengan salah satu penjaga yang sedang tak sadarkan diri. Lantas, dia kemudian bisa lolos dari beberapa penjaga lainnya. Dari balik sebuah kontainer, terlihat sosok Darwin Lau bersama 4 rekannya sedang mengurusi beberapa benda produksi pabriknya. Benda yang dimaksud ialah beberapa jenis narkoba.

"Arghh...bagaimana caranya mengalihkan perhatian keempat serangga itu ?" Tanya Alson pada dirinya sendiri. Benaknya pun tertuju pada Stella yang masih bersantai di luar. Alson kemudian menelpon wanita itu untuk menyampaikan susunan rencananyanya.

Karena dia tak punya banyak waktu untuk memikirkan semua strategi ini, Alson langsung saja bergerak tanpa memikirkan hal - hal disekitarnya. Dia kemudian berjalan menuju area dimana Darwin ada di lingkupnya.

"Pak Darwin, ada yang ingin bertemu dengan mu diluar. Katanya dia ada perlu dengan anda," ujar Alson.

Seketika kelimanya memandang kearah Alson. "Siapa ?" Tanya Darwin dengan suara beratnya. Pikiran pria itu kini hanya tertuju pada seorang Stout yang datang padanya.

"Dia wanita, tapi aku kurang tau siapa namanya. Wajahnya terlihat tidak asing, kurasa dia pernah mengunjungi anda sebelumnya," sahut Alson dengan santai.

"Baiklah, dimana dia sekarang ?"

"Dia menunggu di jalur sebelah barat. Mari, biar saya antarkan anda kesana."

Darwin terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya dia menerima ajakan Alson. Pria paruh baya itu meminta keempat rekannya tetap menunggu disana sampai dirinya kembali.
Dalam perjalanan menuju jebakan yang telah disiapkan, Alson terus berada di belakang Darwin. Dia selalu dalam posisi siap jika suatu hal yang tak diinginkan tiba - tiba terjadi.

Sampailah mereka berdua di jalur barat. Langsung saja Stella menyergap Darwin dari sebelah kirinya. Wanita itu dengan cepat menyekap saluran pernafasan Darwin dengan sapu tangan yang telah dilumuri cairan berbahan kimia. Darwin pun berhasil tak sadarkan diri. Dengan sigap, Alson mengangkut pria itu kedalam mobil yang letaknya tak jauh dari sana. Tentu dengan mudah Alson mengangkutnya karena tubuh Darwin lebih kecil dari tubuhnya sendiri. Dengan keadaan diikat dan mulutkan ditutup dengan plester hitam, Darwin diletakkan oleh kedua orang itu didalam bagasi mobil. Terlihat agak kasar, tapi itu pantas dia dapatkan. Mobil yang dikendarai Alson saat itu melaju dengan cepat menuju markas organisasi.

"Boleh juga strategi mu," ucap Stella yang terlihat ragu. Namun, pada dasarnya Alson menyadari bahwa wanita disampingnya ini tampah menunjukkan kekaguman di wajahnya.

Alson mengangkat kedua alisnya sembari tersenyum simpul, "Yahh...itu tadi baru permulaan. Ge-" dia menahan kalimat yang hampir membocorkan identitas aslinya.

"Ge apa ?" Tanya Stella yang sempat mendengar perkataan Alson tadi.

"Ge apa ya ? Ah lupa," jawab Alson yang mencoba menormalkan keadaan. Melihatnya, hanya membuat Stella menghela nafas.

Alson melaju semakin cepat, hingga setelah menempuh perjalanan 1 setengah jam mereka tiba di markas. Saat Stella dan Alson membuka bagasi mobil, Darwin tampak sudah sadar kembali. Pria paruh baya itu masih tidak mudah menyerah. Dia terus berusaha memberontak melawan Alson dan Stella. Namun ternyata nyalinya tidak sebesar yang mereka kira. Saat Alson menodongkan pistol tepat ke dahi Darwin, dia hanya terdiam dan sekujur tubuhnya dipenuhi keringat dingin. Tanpa basa-basi, keduanya membawa Darwin ke kamar "Orang Itu".

Sesampai mereka didalam sana, terlihat sudah ada Big Bos sendiri yang menunggu bersama Stout. Keduanya tampak menanti kehadiran pria itu. Big Bos berdiri dihadapan pria bernama Darwin, dengan perasaan emosi yang begitu sulit dipadamkan.

"Kalian berdua keluar !" Perintah Big Bos pada Stella dan Alson. Tanpa berlama - lama lagi, keduanya pun hengkang dari sana.

Melihat Alson dan Stella sudah keluar, Big Bos melanjutkan tujuan utamanya. Dia menarik kerah baju Darwin yang berdiri dihadapannya.

"M-Maafkan aku Bos. Kita bisa bicarakan ini baik - baik, secarakan kita sudah kenal lama," ucap Darwin memohon.

"Kau benar, kita sudah kenal lama...seharusnya kau tau bagaimana aku. DAMN !" Ujar Big Bos, lalu menghempaskan Darwin hingga jatuh kelantai. "Stout, seperti biasa," sambungnya.

"A-ampunn Bos, tolong berikan aku kesempatan," Darwin terus memohon pada Orang itu, tapi tetap saja dia selalu diabaikan.

Tanpa ada rasa kasihan sedikit pun, Stout kemudian menarik Darwin dan membawanya ke tempat dimana biasanya tugas yang diberikan untuknya selesai. Tempat pengeksekusian tepatnya.

Setibanya disana, Stout menyerahkan pria itu pada Raki untuk amankan terebih dulu. Kedua tangan pria itu diikat kebelakang di sebuah tiang, sebelum akhirnya Stout membuatnya pergi ke alam baka dengan meninggalkan peluru yang bersarang dijantung dan perutnya. Setelah dibunuh, Raki dibantu oleh anggota organisasi yang lain, membuang tubuh tak bernyawa milik Darwin ke perairan laut di dekat sana.

Alson yang mengetahui kejadian ini, langsung mengabarkannya pada sang atasan di markas Inteligent. Selama berada di organisasi, Alson memilih untuk membiarkan mereka menghabisi sesama kriminal. Menurutnya, hal itu sama saja seperti mengurangi jumlah kriminal di wilayah ini. Saat ini yang menjadi prioritas Alson hanya menjaga identitasnya dan melaporkan informasi mengenai organisasi. Selebihnya hanyalah formalitas belaka.




Bersambung...


ALSON : Genius In 113Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang