season2(9)

184 38 16
                                    

Denis melihat rain yang terbaring tidak sadarkan diri, kemudian mata nya bergerak menelusuri setiap sudut kamar rain.

Dia bisa melihat ada mahluk astral yang berdiri di depan pintu kamar mandi, mahluk itu berbadan besar, berbulu dan memiliki mata merah menyala.

Denis tidak mengatakan apapun, dia hanya melihat mahluk astral itu dengan menggerakkan tongkat nya dan tindakan kecil nya itu membuat mahluk astral itu menghilang.

"Rain, bangun dek!"

Reni menangis sambil mengusap kepala rain untuk membangunkan nya.

"Eungh"

Rain melenguh dan perlahan membuka mata nya, dia melihat reni dengan mata sayup.

"Bunda" panggil reni lirih dan reni langsung menyaut.

"Iya sayang, bunda di sini" kata reni dan menghapus air mata nya.

"Sakit, badan rain sakit semua" keluh rain.

"Gimana nggak sakit? Orang di lempar, di tendang, bentur tembok lagi" kata anton pelan dan mendapat lirikan dari denis.

"Nyindir gue lo ya?" tanya denis dan anton menggeleng sebagai jawaban.

"Kamu baru aja sembuh sayang, maafin bunda, ayah sama abang ya karena nggak tahu kalau kamu kerasukan" kata reni sambil mengusap kepala rain.

Rain mengangguk, dia mengernyit saat merasakan sakit di seluruh tubuh nya.

"Rain" gumam andre saat melihat rain mengembungkan pipi nya.

Awan langsung lari ke kamar mandi untuk mengambil wadah sebagai tempat rain muntah.

"Muntah di sini aja rain!" titah awan sambil memegang ember.

Huek ~ uhuk ~ akh

Rain kembali berbaring dengan kasar setelah muntah.

"Rain, minum teh ya?" tawar temmy, tapi rain menggeleng sebagai jawaban.

Hukhh

Rain kembali mengembungkan pipi nya dan kembali muntah, dia terus muntah sampai lemas.

"Wan, tolong ambilin air putih ya!" pinta denis dan awan mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu haus lagi?" tanya reni dan denis langsung menggeleng.

"Enggak tante, sekarang air nya buat rain" jawab denis dan reni mengangguk mendengarnya.

Denis pergi ke kamar mandi untuk wudhu, kemudian berjalan mendekati rain.

"Permisi tante, pindah dulu ya!" usir denis dan reni mengangguk.

Denis duduk di sisi ranjang, kemudian tangan kanan nya menekan perut bagian atas rain sambil membacakan sesuatu.

"Akh"

Rain yang merasakan sakit berusaha menyingkirkan tangan denis, tapi temmy menahan tangan rain.

Denis menekan ulu hati rain dengan dua jari dan berhenti saat rain tiba tiba muntah.

"Anjir, eh astagfirullah kaget gue" kata denis sambil menghindar agar tidak kena muntahan rain.

"Si peak, sempet sempet nya bilang anjir" gumam anton dan tertawa kecil bersama andre.

"Ini air nya, den"

Awan yang baru datang memberikan segelas air putih pada denis.

"Makasih wan"

Denis mengambil gelas berisi air putih dari tangan awan, kemudian dia membaca doa dengan mata memejam. Setelahnya dia membantu rain untuk minum.

"Nggak mau" tolak rain, tapi denis  tetap menempelkan gelas ke mulut rain.

"Minum!" titah denis dan rain minum dengan terpaksa.

Rain minum sampai habis, setelahnya dia kembali berbaring dengan mata yang perlahan memejam.

"Rain, kenapa anak saya pingsan lagi?" tanya reni dengan khawatir.

"Nggak papa tante, nanti juga bangun. Dia pingsan karena lemes aja" sahut denis, kemudian meletakan gelas nya di meja.

"Makasih ya nak, kamu udah sembuhin rain dari kerasukan" kata temmy dan denis mengangguk sebagai jawaban.

"Wan, kita ngobrol di luar yok!"

Ajak denis dan awan mengangguk.

"Ayah, bunda, awan sama temen temen keluar dulu ya?" kata awan dan pergi setelah mendapat jawaban dari kedua orang tua nya.
.
.
.
.

Awan mengajak denis, anton dan andre ke kamar nya.

"Untung aja ada lo den, jadi adek gue ketahuan kalau kerasukan" kata awan yang baru masuk kamar.

"Kebetulan sih, tapi ya ada untungnya juga" sahut denis, kemudian duduk di kursi belajar.

Anton dan andre duduk di tempat tidur bersama awan.

"Wan, kalau bisa lo tidur bareng adek lo aja!"- denis.

"Kenapa? Kok lo nyuruh gitu?" - awan

"Adek lo itu bisa lihat mahluk halus kan?" tanya denis.

"Iya, emang kenapa?"- awan

"Biasanya yang bisa melihat mahluk halus itu lebih kuat, dia bisa nolak energi negatif yang mau masuk ke badan nya.

"Gue nggak tau apa yang terjadi sama adek lo, tapi adek lo lemah wan. Energi dia bener bener lemah dan nggak akan kuat nahan energi negatif yang mau masuk ke badan nya.

"Lo harus bisa jagain adek lo sampe kondisi nya bener bener fit" jelas denis.

"Selemah itu emang adek nya awan?" tanya anton dan denis mengangguk sebagai jawaban.

"Gue ngerasa rain di incer mahluk Halus, cuma tadi gue cari cari nggak ada. Tapi gue rasa energinya kuat banget" kata denis, membuat awan bingung mendengarnya.

"Di incer gimana maksud lo?" tanya awan penasaran.

"Adek lo di sukai sama mahluk halus" jawab denis.

"Serius lo den? Nggak usah nakutin lah" - andre

"Serius gue, tapi semoga aja nggak bener sih. Kalau sampe bener bisa bahaya sih rain" jawab denis dan melihat awan.

"Perhatiin sikap nya! Kalau ada yang aneh, lo bilang gue aja" kata denis dan awan hanya mengangguk.
.
.
.
.

Temmy dan reni melihat rain yang masih belum sadar dengan sendu. Baru pertama kali mereka melihat rain kerasukan dan kondisi nya sampai selemah itu.

"Jangan jangan yang makan daging mentah di kulkas itu rain" tabak reni.

"Bisa jadi bun" sahut temmy.

"Ya allah, anak bunda makan daging mentah" kata reni sambil menggenggam tangan rain dengan erat.

Reni dan temmy langsung melihat ke atas saat lampu tiba tiba saja mati.

"Bocah wangi ~~~~"

Suara lirih yang terbawa bersama angin terdengar jelas di telinga rain.

"Ra-tu" gumam rain lirih tanpa membuka mata nya.

Reni mendekap rain ke pangkuan nya, sementara temmy membaca ayat ayat suci alquran saat merasakan sensasi merinding dan bau bunga yang menyengat. Mereka berdua bergumam membaca ayat kursi tanpa meninggalkan rain sampai lampu kembali menyala.

 Mereka berdua bergumam membaca ayat kursi tanpa meninggalkan rain sampai lampu kembali menyala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pulang✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang