season2(15)

141 30 4
                                    

Setelah mengetahui tentang rain dari denis, anton merasa tidak tenang dan mengajak andre untuk bicara empat mata. Menurut nya di saat seperti ini andre adalah orang yang tepat untuk di ajak mencari solusi. Seperti sekarang, andre dan anton berada di dekat rumah sakit untuk membahas tentang rain.

"Jadi denis ngomong gitu?" tanya andre dan anton mengangguk.

"Gue bingung harus gimana ndre, gue tuh percaya nggak percaya dengan hal hal kayak gitu, tapi yang di bilang denis itu masuk akal" jawab anton.

"Gue juga ngerasa ada yang aneh sih sama si rain" kata andre dan melihat anton.

"Gimana kalau kita kasih tahu orang tua nya awan aja?" tanya andre.

"Tapi awan gimana?" tanya anton tanpa menjawab pertanyaan andre.

"Biarin aja, lagian semua keputusan itu ada di orang tua nya kan? Bukan awan" jawab andre dan anton mengangguk setuju.
.
.
.
.

"Rain~~~~~ bangun nak!"

Suara reni yang memanggil rain di sertai tangisan membuat rain membuka mata nya.

"Bunda"

Ucap rain lemah, dia bingung saat berada di atas tempat tidur.

"Dimana ini?"

Rain turun dari tempat tidur untuk pergi, tapi karena lemas dia jatuh dengan posisi merangkak.

"Mau kemana?"

Suara wanita yang baru datang membuat rain melihat ke arah nya.

"Ratu" ucap rain dan berdiri dengan susah payah.

Rain mendekati ratu dengan langkah pelan.

"Ratu, aku mau pulang. Aku nggak mau di sini, bunda nungguin aku ratu" kata rain dengan lemah.

"Tidak bisa, tempat mu di sini karena kamu akan menjadi pengantin ku"

Jawaban dari ratu membuat rain bingung.

"Pengantin? A- aku?" tanya rain dan ratu mengangguk sebagai jawaban.

"Nggak mau, aku nggak mau jadi pengantin, aku nggak mau"

Rain menggeleng dengan nafas berat, kemudian buru buru melangkah untuk pergi meninggalkan ratu, tapi ratu menahan tangan nya.

"Kamu tidak akan bisa pergi, karena tempat mu di sini" 

Kata ratu, membuat rain takut dan  berusaha melepaskan tangan nya, tapi ratu langsung mengambil energi rain sampai dia kembali tidak sadarkan diri.
.
.
.
.
.

Denis menemui ayah nya yang baru selesai sholat.

"Assalamualaikum abi"

Denis duduk di samping ayah nya yang baru selesai sholat magrib dengan sopan.

"Walaikumsalam, kenapa kak?" tanya wira setelah posisi nya berhadapan dengan denis.

"Abi, ada yang mau denis tanyain ke abi" - denis

"Tanya apa?"- wira

"Gini bi, adik teman Denis tuh sakit yang berhubungan dengan mistis gitu. Dia sakit, tapi semua hasil pemeriksaan dokter normal" kata denis dan wira mengangguk mengerti.

"Terus kamu mau ngapain? Mau bantuin dia?" tanya wira dan denis mengangguk sebagai jawaban.

"Jangan kak, bahaya. Jangan suka ikut campur urusan seperti itu! Kamu mungkin bisa masuk ke dunia ghoib, tapi belum tentu kamu bisa kembali.

"Abi nggak mau kehilangan anak abi, jadi abi melarang kamu untuk ikut campur!" kata wira dengan nada biasa tapi terdengar tegas.

"Tapi bi~ " denis menghentikan ucapan nya saat melihat tatapan wira yang tajam.

"Iya bi"

Hanya kata itu yang akhirnya denis katakan dan wira mengangguk.

"Udah sholat?" tanya wira

"Belum bi" - denis

"Sholat dulu!" titah wira dan mengambil alquran untuk dia baca.

"Iya bi" jawab denis dan pergi untuk mengambil wudhu.
.
.
.
.
.

Rumah sakit.

Temmy, reni dan awan melihat andre dan anton yang duduk di depan mereka.

"Kalian mau ngomong apa sih?" tanya awan.

"Iya. Tadi katanya ada yang mau di omongin, kok sekarang diem aja?" tanya reni.

Ngomong aja, nggak usah takut!" sambung temmy.

Andre menyenggol anton untuk mengatakan apa yang dia ketahui.

"Begini om, kita kesini mau ngasih tahu tentang kondisi rain dari informasi yang denis kasih" kata anton, membuat mereka bertiga penasaran.

"Memang nya denis bilang apa?" tanya reni.

"Kata denis sakit nya rain itu karena mistis, roh nya rain itu ada di dunia ghoib, dia di gangguin sama mahluk halus di sana om, tante.

"Denis juga bilang kalau roh rain harus di bawa pulang dalam waktu tujuh hari atau sepuluh hari" jawab anton.

"Nggak usah ngarang deh ton, nggak mungkin lah ada hal kayak gitu~ "- awan

"Terserah lo mau percaya atau enggak wan, gue cuma ngasih tau apa yang gue tahu. Seenggak nya kalau ada apa apa gue udah ngasih tahu" sela anton.

"Kalau dalam waktu tujuh hari atau sepuluh hari rain nggak di ambil, apa yang akan terjadi?" tanya temy.

"Denis bilang roh rain nggak akan bisa kembali ke raga nya dan bisa menyebabkan meninggal dunia" jawab anton.

Temmy, reni dan awan terdiam mendengar jawaban anton, bahkan reni menangis saking takut nya.

"Wan, sebagai sahabat lo dari SMA gue cuma mau kasih saran aja wan, tolong kali ini lo percaya sama yang denis bilang.

"Secara logika mungkin nggak masuk akal, tapi kalau sampai yang di bilang denis itu bener, apa lo nggak nyesel?" tanya andre.

"Apa lo mau pastiin dulu sampai sepuluh hari buat mastiin yang denis bilang itu bener apa nggak?" lanjut andre

"Ayah, kita bawa rain pulang aja. Kita tanya sama denis untuk masalah rain, siapa tahu denis mau bantu" kata reni di sela tangis nya dan temmy mengangguk setuju.

"Maaf om, tante, tapi kayaknya denis nggak mau bantuin" - anton.

"Kenapa? Bukannya dia yang kasih saran supaya rain di bawa pulang?" tanya reni.

"Kata denis resiko nya gede tante, bisa jadi dia juga celaka kalau bantuin" anton melihat awan yang masih diem.

"Selain itu ~ denis juga udah kesel sama sikap awan yang nggak percaya sama dia" lanjut anton.

"Lo tahu sendiri kan denis gimana wan? Kalau dia udah males dan nggak mau, ya dia akan lakuin itu" kata andre sambil melihat awan.

Awan berdecak kesal mendengar perkataan andre dan anton.

"Kayak bocah banget sih denis. Kayak gitu doang marah" kata awan dan kembali berdecak setelahnya.

 Kayak gitu doang marah" kata awan dan kembali berdecak setelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pulang✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang