9. Selamat tinggal, Kakak!

203 24 0
                                    

***

Sosok kurus yang berdiri canggung di tengah balairung itu tampak ragu sejenak. Akan tetapi, Madeline tampak mendekatinya untuk memberinya kekuatan. Dengan sebuah anggukan tanda setuju, sosok kurus itu lantas membuka tudung kepalanya.

Perlahan rambut merah menyala pun terlihat. Rambut itu sangat panjang hingga menjuntai ke mata kaki. Warnanya begitu merah menyilaukan sehingga membuat mereka yang ada di sana tidak mampu membuka mulutnya untuk mengucapkan bantahan. Saking merahnya rambut gadis itu, hingga rasanya rambut merah Eleanor hanya tampak seperti merah muda. Melihat yang seperti ini membuatnya terlihat seperti barang asli sementara Eleanor hanya sebuah tiruan murah.

Belum lagi saat mereka melihat wajahnya. Gadis yang berdiri di tengah-tengah meraka ini mempunyai wajah yang nyaris sama seperti Jason. Hampir seperti pinang dibelah dua. Mustahil jika mengatakan bahwa putri yang ada di depan mereka tidak memiliki hubungan darah dengan putra mahkota. Jika dibanding Putri Eleanor yang selama ini mereka kenal, semua sepakat bahwa putri di depan mereka adalah putri yang asli.

Begitu melihat wajah sang putri Ratu Martha langsung pingsan di tempat. Sang raja sibuk menjaganya sementara putra mahkota hanya menatap gadis yang katanya adalah saudaranya itu dengan mata berkaca-kaca. Ada rasa tidak percaya, ada lega, dan ada juga rasa sedih. Semua terpancar di matanya.

Gadis itu menatap ke arah keluarganya dengan ekspresinya yang tenang. Dengan lembut dia menunduk untuk mengucap salam pemghormatan.

Zackary pun tergelitik mengujinya dengan sihir untuk melihat apakah ada tipuan di sini. Akan tetapi, ia pun dibuat terkejut dengan hasilnya. Ia tidak menemukan jejak sihir maupun ramuan di sini. Mau tidak mau ia pun harus mengakui bahwa gadis di depannya adalah benar sang putri. Namun, jika hanya karena ini mereka lantas menganggap bahwa Putri Eleanor bukanlah sang putri, itu terdengar sangat tidak masuk akal. Bukankah Putri Eleanor lebih berhak atas tahta karena dia adalah keturunan dari putra mahkota terdahulu?

"Siapa namamu?" tanya Zackary.

"Aku tidak punya nama!" jawabnya singkat.

Zackary menatapnya tajam.

Tahu jika jawabannya tidak memuaskan, gadis itu kembali melanjutkan. "Namaku telah diambil oleh orang lain, jadi sampai namaku kembali aku tidak akan memakai nama yang lain. Lebih baik tidak bernama daripada harus hidup kehilangan identitasku."

Gadis ini sama kritisnya dengan Jason, pikir Zackary. Tak heran, mereka adalah saudara. Sungguh sangat berbeda dengan gadis polosnya. Wanitanya.

"Aku akan mengembalikannya!" seru sebuah suara.

Semua orang spontan berbalik ke sumber suara. Dan mereka semua terkejut saat melihat Eleanor telah berdiri di antara meraka. Rupanya sang putri telah ada di sana tanpa mereka sadari.

"Ele!" seru Jason. Ia yang tadi tenang langsung panik dan dengan cepat berdiri dari kursinya. Tanpa sadar ia berjalan ke arah adiknya. Jason yang begitu menyayangi adiknya tentu menyadari bahwa dibanding mereka semua, yang paling tersakiti tentu saja Eleanor.

Eleanor mengangkat tangan untuk menghentikan kakaknya. "Berhenti di sana!" serunya. Suaranya bergetar penuh emosi. Emosinya tengah berkecamuk saat ini. Ia tidak tahu harus melampiaskan amarahnya pada siapa.

Tak seperti Eleanor yang emosional, putri yang lain itu terlihat tenang. "Akhirnya aku bisa melihatmu dengan jelas, Sepupuku!" sapanya sembari mendekat selangkah ke arah Eleanor.

"Menyakitkan melihatmu dari kejauhan tanpa bisa menjangkaumu," lanjutnya.

Eleanor menggeleng. Matanya memanas oleh air mata saat melihat gadis ini terlihat sama persis dengan kakaknya.

DUKE WILLBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang