33. Ayah?

14 2 0
                                    

***

"Sebenarnya ini adalah rahasia. Ayahku selalu berpesan padaku untuk merahasiakannya, tetapi karena Paman Will sudah sangat baik, jadi aku memutuskan untuk memberitahu Paman."

"Benarkah! Aku akan senang mendengarnya. Tenang saja aku tidak akan memberitahu ayahmu mengenai ini jadi rahasia ini akan tetap aman. Jadi, katakan padaku bagaimana pertemuanmu dengan malaikat cantik itu?" tanya Zachary. Kali ini ia langsung mengeluarkan mana dalam dosis besar agar Hans bisa leluasa untuk menceritakannya sedetail mungkin.

Dosis mana yang besar sebenarnya tidak dianjurkan penggunaannya karena akan membawa efek samping, tapi Zachary tampaknya tidak peduli. Ia tidak sanggup menunggu lagi.

Hans yang sudah mendapatkan imbuhan mana langsung bereaksi seperti keinginan pemberi mana. Ia menceritakan semua dengan detail seolah tengah menggambarkannya di saat kejadian. Hans juga menceritakan soal kalung dan di mana posisi kalung itu berada sekarang.

"Ayah menjualnya ke kota. Di sebuah gedung dengan banyak kaca. Orang yang membelinya memakai kacamata sebelah dan matanya terlihat besar di balik kaca mata, jadi itu cukup menakutkan. Aku tidak mau kembali ke sana."

Zachary sudah mendapat apa yang dia inginkan, tapi staminanya cukup lemah jika harus berteleportasi ke kota. Sepertinya ia tidak punya pilihan selain beristirahat di gubug ini untuk pemulihan dan pergi sebelum matahari muncul di pagi hari.

Semakin dekat ke gubug, aroma makanan semakin jelas tercium. Tampaknya kelinci itu sudah selesai dimasak.

Hans berteriak memanggil ayahnya untuk menunjukkan ikan tangkapan Zachary.

"Besok kita akan makan ikan bakar, Ayah. Itu bagus untuk kesehatan ibu karena mengandung banyak vitamin."

Kakek tua itu hanya melihat Zachary sekilas melalui sudut matanya. Ia tidak lagi bertanya bagaimana Hans bisa mendapatkan ikan itu. Karena menurutnya itu percuma. Sebagai seorang mantan pemburu, pria tua itu mempunyai firasat bahwa Zachary bukanlah orang biasa, jadi menganggap semua ini bukanlah apa-apa adalah jalan terbaik. Ia tidak ingin membahayakan keselamatan keluarganya hanya karena rasa penasarannya. Menurutnya sudah cukup jika Zachary tidak punya niat yang buruk pada keluarganya. Malahan keluarganya mendapatkan bantuan bahan makanan berharga yang jika diuangkan akan sangat mahal.

Pria tua itu memanggang dua ekor kelinci utuh. Satu disajikan untuk Zachary dan satu lagi untuk keluarganya.

Roti yang sedianya tadi untuk makan malam, sudah menjadi dingin. Tapi, kakek tua itu cukup kreatif. Ia mengolahnya lagi dengan butter dan membumbuinya dengan aneka rempah sehingga roti itu kembali hangat dan cocok untuk disajikan dengan kelinci panggang. Terakhir, untuk menghormati tamu, kakek itu mengeluarkan bir koleksinya dan menyajikannya untuk tamunya.

Zachary tahu betapa berharganya bir bagi warga biasa, jadi ia tahu betapa baiknya kakek ini menghargai tamunya.

Hans sama sekali tidak protes melihat piring Zachary lebih mewah dan banyak, ia malah terlihat bersyukur dengan momen ini. Hans banyak tertawa dan bercerita. Sang ayah menanggapinya dan sang ibu memujinya. Melihat pemandangan itu mengingatkan Zachary akan keluarganya.

Berita mengenainya pasti sudah sampai di telinga orang tuanya. Kendati usianya sudah menginjak 23 tahun, tapi bagi keluarganya, selamanya ia tetaplah anak-anak. Mereka pasti khawatir, batin Zachary. Ia berhutang penjelasan pada mereka, tapi penjelasan itu bisa menunggu karena yang terpenting adalah melacak Eleanor. Jika Eleanor telah ditemukan, maka ia akan siap menanggung hukuman dan konsekuensi apa pun yang mungkin diterimanya.

Zachary tidak banyak bicara. Ia makan dengan tenang dan elegan khas bangsawan. Selesai makan ia mengucapkan terima kasih dan berpamitan untuk istirahat di bilik yang disediakan.

Bagi Zachary yang seumur hidup menjadi Duke muda dengan segala kemewahannya, bilik yang disediakan tentu tidak tidak lebih baik dari kandang kuda di mansionnya, tapi pria itu tidak mengekuh. Selama bantal, sprei, dan selimutnya bersih, ia tidak masalah dengan itu. Lagipula ia menghargai bahwa fasilitas yang diterimanya sekarang adalah yang terbaik yang bisa diberikan oleh tuan rumah.

Tak ingin melewatkan waktu istirahat yang berharga, Zachary pun memejamkan mata dan memasrahkan dirinya pada pelukan mimpi. Besar harapannya saat membuka mata nanti, kekuatannya bisa kembali sehingga ia bisa menemukan gadis pujaannya.

***

Tepat jam 4 pagi. Saat langit masih gelap. Zachary telah selesai melipat selimut dan merapikan bantal. Ia telah siap meninggalkan rumah untuk mendapatkan satu-satunya benda peninggalan Eleanor. Ia berharap mendapat jejak sihir yang bisa dilacak dan memberinya petunjuk untuk menemukan Eleanor.

Zachary mengeluarkan beberapa keping emas dan meletakkannya di atas meja yang ada di biliknya. Itu sebagai ungkapan terima kasih pada keluarga ini karena telah memberinya tempat untuk beristirahat.

Semua tampak baik-baik saja bagi Zachary, sampai ia keluar dari rumah itu.

Begitu ia melangkah keluar dan melepas penyamarannya, indranya langsung mendeteksi sesuatu yang tidak biasa. Zachary langsung menyebar mana untuk melihat situasi di sekeliling. Pemuda itu langsung waspada begitu mana-nya mendeteksi beberapa orang telah mengepungnya.

Ini mengejutkan. Ada tak kurang dari 10 kesatria telah mengepungnya. Keberadaan kesatria yang cukup banyak cukup mengejutkannya, tapi ia lebih terkejut karena ia sama sekali tidak mendeteksi keberadaan para kesatria tersebeut, dan hal itu hanya bisa memungkinkan jika mereka menggunakan mode penyamaran.

Namun, bukan sembarang mode penyamaran yang mampu mengelabuhi indranya kecuali dia adalah seorang sword master level 1. Ada banyak level atau tingkatan swordmaster, tapi level 1 adalah yang tertinggi. Hanya tingkatan keluarga kerajaan dan pemimpin keluarga yang sampai tahap ini. Jumlahnya juga bisa dihitung jari. Dan dari sedikitnya swordmaster level 1, yang bisa mengelabuhinya bahkan lebih sedikit lagi. Kalau bukan anggota kerajaan, apa itu ayahnya?

"Ayah?" Panggil Zachary.

Jelas masih ada keraguan tersirat dari nadanya memanggil. Ia sedikit tidak yakin. Mana mungkin ayahnya sampai sini? tapi kalau bukan ayahnya apakah itu pangeran? Tidak mungkin pangeran akan berkeliaran hanya demi menangkapnya yang lalai meninggalkan tugas?

Sesosok pria muncul dari kegelapan. Posturnya tinggi, tegap, dengan wajah yang tampan terlepas dari usianya yang sudah matang. Rambutnya pekat, sepekat malam dan pupilnya yang menggelap menatap teduh pada Zachary. Sosok itu adalah Duke Willbar, ayah Zachary.

"Ba—bagaimana bisa?" tanya Zachary.

Duke Willbar hanya mengangkat bahu. "Seorang ayah akan selalu menemukan jalan untuk bertemu putranya."

Zachary hanya melengos. Kata-kata ayahnya tepat menusuk kalbu.

"Jadi, bisakah kita mencari tempat untuk berbicara. Kamu tidak ingin penghuni rumah terbangun karena kita, bukan?"

"Tapi, aku harus pergi. Aku harus menemukan seseorang. Aku tidak punya waktu untuk perbincangan ini."

"Kau yakin?" tanya Duke Willbar. Ia lantas mengeluarkan sesuatu dari kantong jasnya.

Sesuatu yang berkilau di tangan Duke Willbar sukses membuat Zachary terbeliak. Itu adalah kalung yang dihancurkan Eleanor. Kalung yang harus didapatkannya, bagaimanapun caranya. Bagaimana itu bisa ada di tangan ayahnya?

"Dari mana ayah mendapatkan itu?" tanya Zachary setengah mendesak.

Duke Willbar mengulas senyum tipis. Tampaknya umpan yang ia lempar sukses menggaet minat putranya.

"Jadi, bagaimana? haruskah kita mencari tempat untuk berbicara?"

Sepertinya Zachary tidak punya pilihan lain. "Uh, baiklah!"

*** 

DUKE WILLBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang