22. 7 koordinat teleportasi

25 2 0
                                    

***

Jason tidak sepenuhnya tidak tahu. Persis seperti perkataan Zachary. Hanya saja, ia tidak mempercayai pria ini. Ia sudah membuat satu kali kesalahan dan ia bertekad untuk tidak melakukannya lagi.

"Tolong biarkan adikku bebas, Lord Zachary. Ele pasti telah berada di tempat yang lebih aman sekarang. Jika kamu menyukainya, pasti kamu lebih suka dia menjalani hidupnya tanpa terbebani oleh urusan kerajaan yang tidak ada habisnya."

Ha!

Zachary mendengus keras.

"Kamu bodoh atau bagaimana, Hah? Kamu pikir di luar sana lebih aman? Apakah kamu bisa membayangkan situasi yang dihadapi Ele di luar sana. Gadis yang seumur hidupnya tidak pernah menginjakkan kaki di luar tembok istana. Gadis yang seumur hidupnya dilayani. Apakah menurutmu dia akan baik-baik saja di luar sana tanpa ada yang menemani?"

Aksa Jason terbeliak. Mulutnya menganga sebagai bentuk keterkejutan yang nyata. Jelas terlihat bahwa ia tidak pernah membayangkan sejauh ini. Apa yang dikatakan Zachary cukup masuk akal. Dan jika benar Ele menghadapi semua skenario itu maka sungguh tidak akan ada harapan adiknya akan baik-baik saja.

"Sekarang kamu sudah sadar betapa bodohnya kamu?" ujar Zachary sarkas.

Di luar dugaan, Jason mengangguk menyetujui ucapan Zachary. Ia sungguh bodoh. Benar-benar kakak yang bodoh.

Sudut bibir Zachary sedikit terangkat. Ada sedikit rasa lega karena telah berhasil meluluhkan kekeras-kepalaan Jason. Dan ia tidak akan melewatkan keberhasilan itu.

Dengan hati-hati, Zachary mengajukan pertanyaan.

"Sekarang ceritakan padaku apa saja yang kamu ketahui mengenai menghilangnya Ele. Sekecil apa pun informasi itu tidak masalah."

"Jika aku memberitahumu, bisakah kamu memastikan untuk membawanya kembali?"

"Ya, aku berjanji akan menemukannya dan membawanya kembali. Biar ia sendiri yang menentukan hukuman untuk kakaknya yang bodoh ini. Kakak yang memilih gadis lain sebagai adik padahal telah menghabiskan 15 tahun bersamanya. Kakak bodoh yang malah mengirimnya di tempat antah berantah seorang diri."

Jason langsung menangis. Ia mengaku bersalah. Ia bersalah pada Eleanor. Terlepas bahwa putri lain itu benar adiknya atau tidak, yang jelas Ele adalah adiknya yang telah ia kenal selama 15 tahun. Tidak sepatutnya ia mengabaikan adiknya seperti itu.

"Hiks ... Ele ... hiks!"

"Sekarang adalah waktu yang tepat untuk setidaknya menebus kebodohan sikapmu itu!"

Mungkin jika itu situasi biasa, maka Jason tidak akan terima dengan pernyataan Zachary yang telah memanggilnya bodoh. Itu bisa berakhir dengan duel penghabisan demi mempertahankan harga diri. Namun, rasa penyesalan di hati Jason rupanya lebih tinggi daripada harga dirinya.

"Ya ... ya ... kamu benar. Mungkin hanya ini yang bisa aku lakukan sebagai kakaknya. Aku akan memberitahukan padamu semuanya yang kutahu meski itu tidak banyak."

Zachary mengangguk dengan tidak sabar. Jason membuang terlalu banyak waktunya. Ia hanya bisa berharap informasi yang diberikan sebanding dengan kesabarannya mengulik informasi dari sang pangeran.

"Ada satu informasi yang masih kuingat dengan jelas soal teleportasi itu. Bahwa setiap koordinat satu dan yang lainnya, berjarak 1 hari perjalanan tanpa henti. Setiap titik koordinasi menggambarkan landscape yang berbeda. Seingatku diantaranya ada air terjun, tempat peribadatan, hutan, padang sabana, tanah pertanian, danau, dan kota. Aku tidak tahu pasti di mana air terjun itu, di mana hutan itu, di mana kota itu, aku tidak tahu pastinya. Aku pun tidak yakin Ele akan melanjutkan semua rutenya atau berhenti di salah satunya. Maaf! Hanya itu yang aku tahu."

"..."

Zachary tidak merespon. Dan itu membuat Jason khawatir. Apakah keputusannya tepat. Jangan-jangan ia telah membocorkan informasi penting ini pada orang yang salah.

"Duke Muda?" panggil Jason.

Zachary tidak menjawab. Bukan ia tidak mendengarnya, hanya saja ia tengah sibuk mentransfer informasi yang diberikan oleh Jason pada Axio.

"Zachary?" panggil Jason sekali lagi. Ia khawatir ditinggalkan sendirian di ketinggian sementara Zachary sibuk mencari keberadaan Ele.

Hening tidak ada jawaban. Hanya terdengar deru angin di ketinggian. Bahkan burung pun tidak terbang setinggi ini.

"Kau masih di sana? katakan sesuatu. Jangan membuatku menyesal telah mengatakan semuanya. Kalau sampai terjadi apa-apa dengan adikku maka aku tidak akan mengampunimu. Bahkan meski di dalam kubur pun aku akan mengejarmu."

"Aku mendengarmu," desis Zachary setelah beberapa saat. "Kamu tahu, aku akan memaafkan sumpah serapahmu itu karena aku sekarang sibuk."

Zachary tampaknya masih sibuk mengoneksikan sambungan mana miliknya yang tersebar. Jarak yang jauh membuatnya harus ekstra berkonsentrasi. Jika apa yang diungkapkan Jason benar bahwa setiap koordinat berjarak 1 hari perjalanan maka ia hanya bisa melakukannya dalam radius seperempat lingkaran dari tempatnya berada.

Waktu paling cepat untuk mengakses seperempat lingkaran adalah satu hari. Jika ia sukses menemukan jejaknya dalam satu kali maka ia akan menghemat 3 hari. Tapi, jika ia gagal menemukan dalam percobaan pertama dan sampai percobaan keempat maka ia harus menghabiskan 4 hari penuh. Belum lagi ia harus istirahat di sela waktu itu agar mana-nya tetap stabil.

Kalau ditotal itu akan menghabiskan 1 bulan lebih. Dan dalam jarak segitu, apa pun bisa terjadi pada Eleanor. Jika ia beruntung, ia akan menemukannya tanpa cela, tapi jika tidak entah apa yang akan ia dapatkan.

"Kamu sungguh akan menemukan adikku?" tanya Jason dalam keheningan panjang.

"Ya!"

"Terima kasih!"

"Jangan ucapkan terima kasih dengan mulutmu itu. Jika kamu tidak melakukan tindakan bodoh seperti memilih putri lain ketimbang Ele maka ini tidak akan terjadi. Dan aku benar-benar marah padamu karena itu. Jadi, demi kebaikan bersama, aku akan mengirimmu ke hutan kabut. Jika kamu bisa keluar dari sana hidup-hidup maka aku akan memaafkanmu."

"Apa!" jerit Jason. Bukan ia tidak sanggup berada di sana, tapi waktunya sungguh tidak tepat. Kerajaannya sedang berada di ujung tanduk. Tanpa keberadaannya, kerajaan Beril bisa hilang dari peta.

Hutan kabut adalah salah satu dari hutan larangan yang biasa digunakan oleh prajurit untuk berlatih. Ada banyak monster dan tanaman yang bermutasi yang bisa saja berbahaya tergantung bagaimana skill masing-masing orang.

Bagi Jason, hutan kabut bukanlah hambatan sama sekali karena merupakan hutan larangan level pertama. Dengan kemampuannya, ia akan baik-baik berada di sana meski sendirian. Ia juga percaya diri untuk kembali hidup-hidup. Sekali lagi bukan ketakutan karena dikirim ke sana sendirian, tapi waktunya sungguh tidak tepat.

"Aku harus membereskan kerajaanku terlebih dahulu," tawar Jason. "Aku akan dengan senang hati menerima hukumanku jika waktunya tepat. Dan aku juga tidak bisa membiarkanmu mencari Ele sendirian. Akan lebih bermanfaat jika aku membantumu dibanding jika aku berada di hutan kabut."

Alis Zachary bertaut. Tawaran Jason terdengar masuk akal.

"Kalau begitu baiklah! Dan jika kamu melarikan diri maka kamu akan tahu kekejamanku yang sesungguhnya!"

"Ya!" jawab Jason cepat. Syukurlah jika ia bisa meyakinkan Zachary. Asal tidak berada di tengah hutan antah berantah, ia yakin bisa mengurus kerajaannya. Dan yang paling penting dari segala hal, kakinya sudah mulai kram karena telah digantung di ketinggian dalam waktu lama. Jika lebih lama lagi maka bisa dipastikan, ia tidak akan bisa merasakan kakinya lagi.

Setelah kesepakatan dibuat, Zachary lantas menarik Jason mendekat ke arahnya. Mana ungu pekat itu lantas membungkus keduanya dan dalam hitungan detik keduanya menghilang dari sana.

Sejurus kemudian, Jason telah kembali ke tempatnya berada. Namun, ia hanya sendirian. Tidak ada sosok Zachary di sekelilingnya. Kepalanya langsung tertunduk. Rupanya ia telah gagal meyakinkan Zachary untuk membawanya.

Itulah terakhir Zachary terlihat di antara orang-orang. Ia telah pergi mengejar sesuatu, yang untuk kali pertama dalam hidupnya, sangat diimpikannya.

*** 

DUKE WILLBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang