(Season 2) 10. Kejadian Tidak Terduga

178 21 0
                                    

***

Eleanor menatap orang-orang yang dikasihinya dengan berurai air mata. Ia menyayangi mereka, tapi sepertinya ia tidak lagi dibutuhkan di sini. Putri yang asli sudah ada di sana. Dan dia hanya bayangan masa lalu dari pewaris tahta yang dilengserkan. Ia tidak seharusnya ada di sini. Apa lebih baik aku menghilang saja?

Sebuah niatan untuk menghilang spontan memenuhi otak Eleanor begitu putri yang lain itu memprofokasinya. Namun, ia mencoba bertahan dengan menggantungkan harapan bahwa kakaknya akan memilihnya. Akan tetapi, kenyataan pahit langsung menghantamnya begitu ia melihat bahwa kakaknya, yang ia kenal selama 15 tahun itu, lebih memilih putri yang lain dibanding dirinya.

Seketika air mata tumpah di pipinya. Rasa sakit menjalar di hatinya seolah ia baru saja ditikam oleh sebilah belati yang tidak terlihat. Sementara saat ia kesakitan seorang diri semua orang kompak bertepuk tangan memberi ucapan selamat atas reuni dua bersaudara itu.

Seketika kakinya langsung lemas. Tak sanggup menopang tubuhnya, ia pun merosot di lantai balairung yang keras. Sang putri menoleh ke arah sekitar dan hatinya begitu sakit saat melihat semua orang berbahagia kecuali dia. Ia sendirian.

Namun, tak lama, mata Eleanor menatap sesuatu yang tidak biasa. matanya lurus menatap ke arah satu-satunya sosok yang tidak ikut bertepuk tangan. Dia adalah Zackary.

Sepasang mata hitam yang beberapa saat yang lalu menatapanya hangat itu, balas menatapnya. Eleanor balas menatapnya dengan tatapan sedih. Apakah Zackary sedang merasa bersyukur sekarang karena ia belum memberi jawaban atas lamarannya? Ya, pria itu pasti bersyukur karena ia tidak harus terjebak dengan putri yang salah.

Kendati begitu, Eleanor tidak kuasa untuk tidak berandai-andai. Mungkin, andaikata ia menerima lamaran Zackary tadi, pasti saat ini ia masih punya seseorang yang berpihak padanya. Ia membutuhkan setidaknya satu orang yang berada di pihaknya. Hanya saja nasi telah menjadi bubur. Ia sendirian sekarang. Sendirian dan tidak diinginkan. Kalau memang ia tidak diinginkan, ia akan pergi. Ia akan pergi sejauh-jauhnya agar semua orang bisa berbahagia.

Perlahan Eleanor bangkit dari tempatnya. Ia menatap lurus ke arah kakaknya yang sekarang tengah memeluk putri yang lain itu. Melihat mereka berdiri bersandingan dengan wajah yang serupa membuat gadis itu yakin akan keputusannya. Ia memang tidak seharusnya ada di antara mereka. Mendadak gadis itu tertawa begitu keras. Sangat keras sehingga semua orang yang ada di sana berfokus ke arahnya.

"Eleanor!" panggil Jason. Ekspresinya jelas terlihat khawatir.

"Jangan memanggilku seperti itu. Karena aku bukanlah Eleanor. Aku tidak mempunyai nama. Aku bukanlah siapa-siapa."

Putri yang lain itu menunjuk tepat ke arah Eleanor. "Ya! kamu bukanlah siapa-siapa! kamu hanya anak dari pengkhianat yang membunuh ayahnya sendiri."

Semua langsung senyap. Sudah menjadi rahasia umum, Pangeran Arshil digulingkan dari posisinya sebagai penerus raja karena terbukti telah membunuh raja terdahulu yang juga ayahnya sendiri. Meski telah terbukti membunuh, tapi mengingat trah kebangsawanan yang mengalir dalam darahnya, hukuman yang harus dijalani bukanlah hukaman pancung.

Jika mendengar bahwa hukumannya bukanlah hukuman pancung, rasanya itu terdengar seperti sebuah pengampunan, namun nyatanya hukumannya lebih menyakitkan dari itu. Bayangkan Pangeran Arshil harus meminum racun dalam dosis kecil setiap hari selama mungkin sampai tubuhnya rusak dan meninggal secara alami. Bisa dibayangkan bagaimana Pangeran Arshil harus menanggung semua rasa sakit saat semua organ tubuhnya rusak perlahan. Mulanya itu hanya dimulai dengan sakit kepala, lalu merembet kepada nyeri perut, kulit yang rusak, penglihatan yang buruk, bahkan sampai dikatakan bahwa ketika beliau meninggal, tidak ada satupun rambutnya yang tersisa yang menempel di kulit kepalanya. Semuanya rontok tak bersisa.

Hukuman itu dipilih karena memang tidak ada hukum yang bisa menghakimi keluarga kerajaan. Semua orang mungkin menganggap hukuman itu terlalu ringan untuknya, akan tetapi, dampak dari hukuman yang tampaknya ringan itu ternyata sangat mengerikan dan tidak manusiawi. Dan semua itu baru terungkap setelah pangeran meninggal. Semua baru sadar bahwa hukuman itu ternyata sangat tidak manusiawi saat mereka melihat jasad pangeran yang tak ubahnya seperti rakyat jelata. tidak—tidak! Bahkan kondisi jasad rakyat jelata pun rasanya pasti akan lebih baik daripada itu.

Itu adalah akhir yang buruk bagi sang pangeran yang seumur hidupnya tidak pernah melakukan kesalahan. Hal itu membuat sebagian orang mulai mempertanyakan benarkah tuduhan pengkhianatan itu. Akan tetapi, tidak ada yang berani mengatakannya keras-keras karena siapapun itu akan menyadari bahwa pembunuhan raja sebelumnya tidaklah sesederhana itu. Namun, mereka semua tentu tidak menyangka bahwa hal itu akan diungkit kembali tepat di tengah balairung istana.

Eleanor yang baru bisa berdiri terlihat terguncang. Tubuhnya sedikit oleng. Hampir saja ia kembali terjatuh. Ucapan itu begitu pedas di telinganya dan melukai hatinya. Meski begitu, ia tetap mengusahakan dirinya untuk tersenyum. Karena berkat ucapan putri itu, keputusannya untuk pergi telah bulat sekarang.

Tangan Eleanor menyusup ke lehernya dan menarik rantai kalung yang dikenakannya untuk mengeluarkan liontin bermata rubi yang dikenakannya. Itu adalah kalung khusus yang dibuat oleh kakaknya dan tim menara sihir sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-15. Kalung itu memiliki kemampuan untuk teleportasi dan memungkinkan penggunanya untuk berpindah tempat dengan radius yang sangat jauh. Dengan jarak tempuh terjauhnya adalah 7 hari perjalanan tanpa henti. Tak hanya itu, kalung tersebut juga memungkinkan penggunanya untuk berpindah tempat dengan aman tanpa terlacak karena mantra berlapis yang digunakannya. Pendek kata, itu adalah item yang sempurna untuk melarikan diri.

Melihat apa yang dilakukan Eleanor, mata Jason langsung membulat sempurna. Sial! Jason menghadiahkannya pada Eleanor tentu untuk situasi penting yang tidak terduga seperti menyelamatkan nyawa. Yah, meski beberapa waktu yang lalu ia lupa bahwa ia telah menghadiahi adiknya kalung tersebut dan malah berencana membunuh Ele agar tidak dinodai Zackary. Tapi, apa pentingnya itu sekarang ketika adiknya malah berencana menghilang tepat di depan matanya.

Ele menatap kakaknya sembari berujar, "Kakak! Selamat tinggal!"

"Tidak! Ele! Jangan lakukan!" teriak Jason.

Eleanor hanya bisa tersenyum. Bibirnya mengulas senyum sementara matanya bersimbah air mata.

Wajah Jason memucat. Pikirannya langsung kacau hingga membuatnya tak sempat merapal mantra. Yang ia tahu, kakinya telah melangkah ke arah adiknya untuk menghalanginya. Meski menghalangi itu mustahil saking kuatnya efek mantra sihir itu, paling tidak, ia harus ada di radius satu meter agar bisa berteleportasi bersama adiknya itu. Namun, sayang jarak mereka terpaut jauh karena posisinya tepat berada di samping putri yang lain.

Secepat kilat, cahaya terang menyinari tempat Eleanor berada. Hanya dalam hitungan detik cahaya itu hilang secepat kedatangannya. Dan posisi yang tadinya berisi Eleanor sekarang kosong tak ada siapa-siapa.

Zackary yang tadi hanya mengamati dari tempat duduknya dengan cepat melesat ke tempat Eleanor berada tadinya. Dengan cepat ia berkonsentrasi untuk menganalisis formula sihir yang digunakan oleh Eleanor, tapi setelah beberapa saat, ia pun berseru, "Tidak mungkin!" serunya marah. "Bagaimana sihir itu begitu sempurna tanpa meninggalkan bekas?"

Jason mengucap lirih. "Itu adalah sihir khusus yang dibuat untuk melarikan diri. Mantranya dibuat berlapis sehingga tidak meninggalkan jejak dan tidak bisa ditelusur karena setiap formulanya didesign untuk menghapus formula sebelumnya sehingga tidak bisa dianalisis."

Mendengar itu, Zackary semakin marah. "Carson!" serunya.

"Siap!" jawab Carson. Tangannya langsung sigap menghunus pedang di tangan. Dengan sebuah seruan nyaring semua bawahannya menghunuskan pedang bersamanya.

"Musnahkan semuanya hingga tidak tersisa!" ucapnya tegas.

Hanya dengan satu aba-aba, pemusnahan masal pun dimulai. Mulai detik itu, Kerajaan Beril pun hilang dari peta. Habis hingga tidak tersisa.

Sementara situasi berkecamuk, Zackary memanggil Axioo dan menghilang bersamanya.

***

DUKE WILLBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang