17. Aku Bersedia

124 17 0
                                    

***

"Aku terpaku oleh ceritanya, simpati pada nasibnya, dan keberadaannya membangkitkan sisi keibuanku yang telah lama hilang semenjak Daniel tumbuh dewasa."

Remy dan Odet langsung terdiam. Sungguh malang nasib majikannya, rahimnya rusak saat perang besar terjadi. Diculik oleh pihak musuh untuk menyembuhkan putra mahkota mereka, karena Marchioness tidak mampu menyembuhkan penyakitnya, mereka pun melukai Marchioness dan membuatnya mandul. Perbuatan buruk musuh itu membuat pihak kekaisaran delphinium mengerahkan 100% kekuatan militer mereka dan menghapus negara itu dari peta. Dalam proses itu, Marchioness bertemu dengan marquise. Hubungan mereka pun berlanjut hingga pernikahan.

Baik Remy maupun Odet paham betul jika urusan anak adalah hal sensitif bagi Marchioness. Dan jika itu adalah keinginan Marchioness maka mustahil bagi marquise untuk menolaknya. Dan jikapun marquise menyetujuinya maka pasti akan ada syarat dan ketentuan yang berlaku.

"Jangan khawatir, aku sudah memikirkan masak-masak mengenai apa yang aku lakukan. Sembari menunggu kedatangan Mattehw, aku juga akan merayu Ruby agar bersedia menjadi putri angkatku."

Remy dan Odet hanya bisa saling berpandangan. Tampaknya pendapat mereka tidak akan berarti apa-apa ketika Marchioness sudah membuat keputusan.

Sayangnya waktu berpikir yang dijanjikan Marchioness tampaknya tidak berlangsung lama. Tepat dini hari, Eleanor dibangunkan dari tidurnya oleh Odet.

"Ada apa?" tanya Eleanor ketakutan. Rasanya seperti de ja vu. Ia pernah mengalami pagi yang seperti ini. Pagi ini persis sama seperti pagi tepat hari saat Kerajaan Delphinium melakukan penyerangan.

Odet hanya menjawab dengan gumaman dalam bahasa Delphinium yang tidak Ele pahami. Odet membantu Ele berpakaian dan terakhir menutupi rambut merahnya menggunakan mantel lalu menggiringnya ke ruangan lain. Jaraknya tidak terlalu jauh dari kamar tempat Ele berada. Tapi, suasananya tampak tegang. Di selasar ada sangat banyak prajurit. Pakaian para prajurit itu tampak lusuh seperti wajah-wajah mereka. Terlihat sekali bahwa mereka semua baru saja tiba dari perjalanan.

Ele sama sekali tidak bisa menebak apa yang terjadi sampai ia mendengar suara orang berdebar dari balik pintu besar tempat mereka berdiri di depannya. Suara Marchioness sayup-sayup terdengar dan suara lain menimpali. Mendengarnya, Ele langsung tahu bahwa marquise sudah tiba dari perburuannya. Dan itu artinya nasibnya akan ditentukan sekarang.

Odet tampak mengetuk pintu. Ia mengetuk beberapa kali sampai orang di dalam ruangan menyadari keberadaannya. Segera perdebatan itu pun berakhir dan pintu mendadak terbuka. Seorang pria tua berpakaian resmi muncul dari balik pintu. Ia memandang Odet dan Ele dengan wajah datar. Dengan wajah datarnya itu, ia memberi isyarat bahwa hanya Ele yang dapat memasuki ruangan. Odet mengangguk mengerti dan mendorong Ele masuk ke ruangan. Segera pintu kembali tertutup.

Pria tua tadi mengarahkan Ele ke tengah ruangan di mana semua orang berkumpul di sana. Tapi, bukan Ele namanya jika ia hanya menunduk diam sembari ketakutan. Bagaimanapun juga ia dibesarkan sebagai anggota kerajaan yang tidak pernah menunduk pada siapapun kecuali ayah dan ibunya. Dengan berani, Ele menatap setiap orang yang ada di sana. Yang tentunya masing-masing dari mereka balas menatapnya. Mengevaluasinya.

Dari mulai yang terdekat dari posisi Ele. Ada seorang pria berambut pirang panjang. Wajahnya terlihat muda, tapi ekspresinya memperlihatkan bahwa sepertinya usianya lebih tua dari itu.

Tak jauh dari pria tadi tampak Marchioness yang tengah duduk dengan wajah kesal. Rambutnya tampak berantakan mengingat mereka berkumpul di pagi hari dan dengan masih mengenakan baju tidur, yah, meski hanya Marchioness dan Ele yang demikian karena selain keduanya mereka semua memakai jubah resmi yang tampak lusuh oleh debu dan noda darah yang mengering.

Duduk di hadapan Marchioness seorang pemuda tampan berambut cokelat. Usianya mungkin di pertengahan 30-an. Tampak tenang dan berwibawa.

Di dekat pemuda tampan itu ada pemuda lain yang tengah berdiri dekat dengan kursi pemimpin keluarga. Ia terlihat masih muda dan tampak terpelajar.

Dan terakhir, tatapan mata Ele pun mengarah pada sosok yang duduk di kursi pemimpin keluarga. Saat pandangan mata mereka berserobok, saat itulah mata Ele bergetar. Sosok di hadapannya bukanlah main-main. Pantas saja Marchioness memperingatkannya untuk menyetujui idenya karena orang yang disinyalir sebagai marquise ini benar-benar di luar bayangannya.

Meski dengan duduk, Ele bisa melihat bahwa marquise adalah orang yang berpostur tinggi dan besar. Lengannya besar, pundaknya besar, dan wajahnya juga besar. Jambangnya sangat lebat. Meski semua rambut cokelatnya mulai memutih, tapi itu malah membangkitkan aura tidak biasa yang bisa membuat siapapun keder melihatnya. Tak terkecuali Ele. Dalam hitungan detik, ia langsung menciut dan menatap lantai. sepertinya apa yang dikatakan Marchioness benar adanya, marquise tampaknya bukan orang yang bisa untuk diajak berdiskusi.

"Perkenalkan dirimu, Ele!" perintah Marchioness lembut.

Ele pun melepas penutup kepalanya dan berbicara dalam bahasa Delphinium yang kaku. "Aku adalah putri tak bernama dari Kerajaan Beril," ucap Ele dengan napas tertahan. "Marchioness memberiku nama Ruby," lanjutnya.

Ele terdiam menunggu orang-orang merespons, tapi ternyata tidak ada yang menyahut jadi ia pun melanjutkan ucapannya. "Aku bersedia menjadi putrinya dengan menghapus semua masa lalu-ku dengan mantra memori."

Kali ini Ele menunggu komentar, tapi lagi-lagi tidak ada yang berbicara. Ia pun kebingungan dan menatap iba ke arah Marchioness.

Marquise menghela napas panjang sebelum berbicara. "Linda, kumohon sekali ini saja dengarkan aku," ucapnya. Kali ini suaranya terdengar begitu lembut. Sangat berbeda dengan teriakan nyaring yang Ele dengar sewaktu berada di depan pintu.

"Tapi, ia tidak punya siapa-siapa, Mattehw! Bahkan nama pun tidak."

"Aku juga kasihan padanya, tapi itu tidak berarti kita harus mengadopsi buronan kerajaan."

Ele membeku di tempat. Buronan kerajaan? Apakah menghilangnya dia menjadi begitu penting sehingga ia disebut sebagai buronan?

"Jangan mengatakan itu di depan Ele, Mattehw!"

"Bagaimana tidak, duke muda Zachary Willbar sendiri yang mengumumkannya bahwa siapapun yang menemukannya akan diberi imbalan yang mahal dan siapa yang menyembunyikannya maka akan mendapat hukuman. Apakah kamu masih akan melindungi anak ini jika sesuatu terjadi pada March Langdon nanti?"

"Aku akan menggunakan token hadiah dari Kerajaan untuk menebus anak ini," jawab Marchioness mantap. Sebagai imbalan pernah berjasa membantu menyembuhkan anggota kerajaan, Marchioness pernah mendapatkan token permintaan. Dan ia berencana menggunkanan itu jika sesuatu yang buruk terjadi ke depannya.

Marques tampak gusar, ia tidak bisa apa-apa untuk melarang istri tercintanya. Linda cenderung keras kepala, namun itulah yang justru menjadi pesonanya.

Marquise tampaknya menyerah untuk menggoyahkan pendirian istrinya sehingga ia beralih ke Eleanor. Kali ini nadanya berubah dingin.

"Kamu tahu sendiri jika keberadaanmu membawa bencana untuk kami. Jadi, apa nilai-mu sehingga kami harus mengadipsimu alih-alih menyerahkanmu ke kerajaan?"

Ele tahu jika pertanyaan ini akan datang. Ia sudah memikirkan ini seharian hingga tidak bisa istirahat dengan benar. Ia harus memikirkan nilai jual yang dimilikinya agar marqus dan Marchioness mau mengadopsinya dan ia mempunyai itu. Ia bisa mewujudkan satu hal yang tidak bisa dimiliki oleh kedua pasangan ini.

"Aku bisa membuat Marchioness memiliki anak!"

Semua orang terkesiap. Dan semuanya dengan jelas menunjukkan wajha ketidak percayaan mereka. Dari sekian banyak orang tentu saja Marchioness adalah orang yang paling tidak percaya karena tentu saja sebagai seorang healer, ia tahu betul kondisi tubuhnya. Dan darimana Ele mengetahui informasi ini? apakah Marchioness sendiri yang mengatakannya? bergitu banyak pertanyaan berkecamuk di kepala orang-orang.

"Mustahil!" sergah pria berambut pirang panjang yang duduk di tempat yang paling dekat dengan Ele.

Semua orang pun menoleh ke arahnya. Dan tampaknya semua orang, tanpa keberatan, setuju jika pria berambut pirang panjang ini yang akan mewakili mereka untuk menjelaskan panjang lebar kenapa hal itu dibilang mustahil.

***

DUKE WILLBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang