35. Titik Pencarian

40 5 0
                                    

***

"Ayah! Katakan sejujurnya, anak itu adalah Eleanor, kan? Tidak! ayah tidak perlu menjawabnya karena aku sendiri yang akan datang ke sana untuk mengecek sendiri. Aku akan memastikan bahwa anak itu adalah Eleanor. Aku akan menyelamatkannya dan membawanya pergi dari sana!"

Semburat mentari pagi mulai muncul di ufuk timur begitu Zachary beranjak bangun dari tempatnya. Mimik wajahnya penuh tekad. Seolah tidak ada yang bisa menghentikannya dari niatnya menjemput Eleanor.

"Aku masih belum selesai berbicara, Zachary!" ucap Duke Willbar. Nadanya tegas dan dalam.

Namun, tidak seperti sebelumnya, Zachary tidak kembali duduk. Pemuda itu tak bergeming dari tempatnya dan berdiri dengan siaga. Ia bahkan telah menyiagakan axio supaya bisa kabur kapan saja dari sana.

Hah!

Duke Willbar menghela napas panjang. Kelakuan putranya membuatnya agak sedikit frustrasi.

"Kau tidak berpikir untuk pergi ke sana tanpa persiapan, kan?" tanya Duke Willbar.

Zachary mencelos. Ucapan ayahnya tepat sasaran.

"Jangan lakukan itu."

"Ayah tidak bisa menghentikanku! Ayah sendiri sudah janji akan membiarkanku pergi setelah mendengar cerita ayah."

"Ya, aku memang berkata demikian. Masalahnya, aku belum selesai bercerita!"

"Kalau begitu, cepat ceritakan! Ayah terlalu bertele-tele!"

"Ya Ampun! anak ini!" keluh Duke Willbar. Anaknya begitu keras kepala.

"...."

Melihat anaknya hanya mematung, tanpa merespons membuat Duke Willbar tidal lagi bisa menunda pembicaraan ini lebih lama lagi.

"Begini .... Kondisi putri angkat Matthew tidak dalam kondisi yang baik. Jika kamu datang begitu saja tanpa persiapan malah akan membuat situasinya memburuk. Buruk bagi pertemanan ayah dengan Matthew dan bagi Eleanor. Seperti yang kamu tahu, Matthew meminta bantuan ayah untuk membuat ramuan khusus bagi putri angkatnya dan ramuan itu adalah barang yang paling dibutuhkan Eleanor untuk saat ini."

"Kalau begitu, berikan ramuan itu, aku yang akan mengantarnya!"

"Nah, itu masalahnya. Ramuan itu ada pada ibumu! Jadi, ya ... mari kita pulang bersama untuk mengambilnya."

"Hah! Astaga!" Zachary mengacak-acak rambutnya dengan frustrasi. "Ide siapa ini? apa ini ide ayah?"

"Mana mungkin! Tentu saja ini ide ibumu!"

"Ya, tidak mungkin ayah akan memikirkan ide yang sangat tidak efektif ini! tapi, ini sungguh luar biasa cerdas! Aku sampai kesulitan berkata-kata."

Duke Willbar tersenyum simpul. Yah, istrinya adalah orang yang seperti itu. Dia memperhitungkan semuanya.

"Pulanglah, ibumu merindukanmu."

"Kenapa Ayah tidak membawa ramuannya sekarang," keluh Zachary.

"Ramuan itu belum selesai sepenuhnya saat ayah berangkat. Kalau sekarang mungkin sudah!"

"Ish, apa boleh buat!"

"Saran ayah, sebaiknya kamu ikut pulang. Jika kamu ingin menemui anak itu, ayah rasa kamu perlu membersihkan diri dan sedikit berdandan. Bukannya kamu kurang tampan, karena aku tahu bahwa ketampananmu di atas rata-rata—seperti yang diharapkan dari putraku satu-satunya—hanya saja, kamu terlihat berantakan."

Zachary pun melihat ke arah dirinya. Ia mungkin lebih bersih dari sebelumnya karena semalam ia sudah sempat mandi, tapi melihat bulu-bulu rambut tidak beraturan di wajahnya juga pakaiannya yang kusut, kotor, dan tidak rapi membuatnya jelas terlihat berantakan. Penampilannya mungkin terlihat bagus bagi orang biasa, tapi bagi bangsawan tampilan seperti ini jelas sangat buruk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUKE WILLBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang