12. Titik teleportasi terakhir

177 17 0
                                    

***

Sementara itu, Ele sudah berada di koordinat yang keempat. Hari sudah malam saat ia tiba di sana. Meski perjalanan menggunakan teleportasi hanya berpaut 5 menit, tapi tampaknya perbedaan waktu telah menunjukkan bahwa posisinya sekarang berada, terpaut jarak yang cukup jauh dari koordinat sebelumnya.

Kali ini ia berada di sebuah gazebo di samping lahan pertanian. Karena Ele tidak pernah berada di luar istana, ia jadi tidak tahu apa nama tanaman yang saat ini ada di hadapannya.

"Aku tidak melihatmu datang, apakah kamu hanya singgah sebentar?" tanya sebuah suara di samping Ele.

Tidak seperti di awal-awal, ia tidak begitu terkejut mendengar suara seseorang yang tiba-tiba menyapanya.

"Ya, aku hanya singgah sebentar," jawab Ele. Sekilas ia melirik pada orang yang mengajaknya bicara. Dari sudut matanya, ia bisa melihat seorang pria tua yang tengah duduk menghadap hamparan sawah yang berlatar langit malam dengan smeburat kemerahan di ufuk. Di samping pria itu tampak seorang wanita tua yang tengah terlelap.

"Dia istriku," ucap pria itu seakan menjawab tatapan Ele.

Ele mengangguk. Dalam hati memuji betapa beruntungnya pasangan ini karena tetap romantis di usia pernikahan yang telah berumur.

Pria tua itu lantas mengambil selimut dan beberapa makanan lalu memberikannya kepada Ele. "Aku tidak tahu apa yang kamu butuhkan, tapi setidaknya ini bisa membuatmu tetap hangat dan penuh. Jika perut kenyang dan tubuh hangat, semua masalah jadi terasa ringan. Pikiran menjadi terbuka sehingga kamu bisa memikirkan beberapa solusi dengan baik."

"Terima kasih," jawab Ele. Ia menerima pemberian itu dengan rasa terima kasih. Kendati selimut itu terasa keras di kulitnya, tapi itu tidak mengurasi rasa syukurnya karena bertemu dengan orang baik yang dengan tulus memberinya bantuan. Tanpa peduli ia siapa dan tanpa mengharap apa-apa.

Ele pun melingkarkan selimut itu di tubuhnya dan memeluk erat makanan yang diberikan padanya. Rasa hangatnya membuat gadis itu kembali ingin menangis. Untungnya, ia tidak perlu menunjukkan air matanya pada pasangan tua ini karena beberapa detik kemudian ia telah berteleportasi ke koordinat selanjutnya.

Tampaknya berteleportasi selama 4 kali berturut-turut bukanlah hal yang mudah. Saat kakinya menjejak di tanah, tubuh Ele pun oleng. Sensasi ledakan sihir membuat mana dalam tubuhnya terguncang.

Ele tidak tahu di mana ia berada saat ini karena ia sama sekali tidak memandang sekeliling untuk mencari tahu. Gadis itu tertunduk ke tanah dan memuntahkan apa yang ada di perutnya. Tak banyak makanan yang keluar dari mulutnya karena memang ia tidak makan banyak hari ini.

Waktu paginya terganggu oleh penyerangan Negara Delphinium, praktis ia melewatkan sarapan. Jika ada makanan yang masuk ke perutnya hanyalah teh dan sedikit kue saat ia bersama dengan Duke Willbar. Yang semua itu terasa sudah lama sekali meski kejadian sebenarnya baru berlalu beberapa jam yang lalu. Semua terasa seperti mimpi. Mimpi-mimpi itu terus berlanjut, yang sayangnya semuanya adalah mimpi buruk.

Pada koordinat berikutnya, mual dan muntah yang dirasakan oleh Ele semakin parah. Sekarang apa yang dikeluarkan dari mulutnya hanyalah cairan. Dan semala proses pengeluaran itu, seluruh perutnya terasa diperas sedemikian rupa. Belum lagi, kepalanya yang berkunang. Rasa-rasanya hanya tinggal menunggu waktu hingga gadis itu jatuh pingsan. Meski begitu, proses teleportasi itu terus berlanjut.

Di koordinat terakhir, Ele disambut oleh guyuran hujan yang sangat deras. Tubuh yang tadinya sudah sedikit lebih kering, sekarang kembali basah. Gadis itu lantas menyunggingkan tawa sedih. Bahkan langit pun tidak bersimpati kepadanya. Ia bukan hanya disambut dengan hujan saja, tapi juga petir dan badai. Sungguh penyambutan sempurna untuk manusia yang tidak diinginkan siapa pun juga.

DUKE WILLBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang