16. Adopsi

141 15 2
                                    

***

Keesokan harinya, sosok penolong berambut hijau itu tetap ada di samping Ele saat anak itu membuka matanya. Berbeda dengan ruangan temaram, kali ini berada di ruangan berbuansa cokelat yang hangat dengan ukiran emas dan putih di berbagai sudut.

Wanita cantik semalam nyatanya menjadi berkali-kali lipat lebih cantik saat siang hari. Membuat Ele memujinya. Wanita ini, mungkin adalah wanita tercantik yang pernah ditemuinya selama ini.

"Bagaimana kabarmu, Ruby? Bagaimana kalau mandi terlebih dahulu?"

Ele mengangguk. Tak hanya merasa lengket di badan, ia juga merasa dari tubuhnya menguar bau-bau kurang sedap yang seumur hidup, belum pernah terjadi padanya. Tentu saja sebagai seorang putri kerajaan, ia selalu menjaga kebersihan tubuhnya. Bahkan saat sakit sekalipun.

"Biar aku saja yang membantunya mandi, Marchioness!" sahut pelayan yang langsung maju begitu melihat Marchioness membantu Ruby duduk.

Marchioness mengangkat tangan dan menyuruhnya mundur. "Aku yang akan melakukannya sendiri, Odet!"

"Tapi, Marchioness. Dia itu ...."

Marchioness tampaknya tidak peduli pada larangan Odet dan asik bercengkrama dengan Ruby. "Dia bernama Odet, pelayan pribadiku."

Ele mencoba mengangguk dan memberi salam dengan sopan. Odet tampaknya masih kesal karena majikannya seolah menjadi pelayan bagi anak itu hanya bisa membalas salam Ele dengan setengah hati.

Marchioness yang memang sudah terbiasa merawat pasien sejak menjadi helaer tampak membantu Ele tanpa canggung. Ele yang biasa dilayani juga jadi tidak canggung dan malah merasa senang karena perlakuan Marchioness yang begitu lembut padanya.

"Apakah Anda seorang Marchioness?" tanya Ele hati-hati.

"Ya! sebelum menjadi seorang Marchioness aku juga seorang healer kerajaan. Sebelum menjadi healer, aku adalah seorang putri duke."

Ele tersentak mendengarnya. Nyonya yang merawatnya ternyata bukanlah bangsawan sembarangan. Dengan cepat, Ele langsung menjauh dari jangkauan tangan Marchioness dan berjongkok di dalam bak.

"Kenapa dengan sikap yang berubah tiba-tiba ini? padahal kamu tidak masalah jika aku seorang Marchioness, tapi kenapa menjadi masalah jika aku seorang putri duke?"

"Anda pasti tahu siapa aku."

"Hm, kurang lebih!"

Wajah Ele berubah murung. "Apakah anda akan menyerahkanku, Marchioness?" tanyanya.

"Tidak! karena kamu adalah pasienku. Aku akan melindungimu sampai kamu sembuh."

"Jika aku sudah sembuh?"

"Itu tergantung pada apa yang melatarbelakangi kedatanganmu ke kawasanku."

Ele terkesiap. Tampaknya tidak ada artinya ia dirawat sampai sejauh ini. Akhir hidupnya sudah tergambar dengan sangat jelas.

"Suamiku mungkin tidak akan semurah hati itu pada penyusup. Berbeda denganku. Aku bisa mempertimbangkannya tergantung bagaimana ceritamu membawamu," ucap Marchioness. Nadanya jelas namun tegas.

Mendengar itu, Ele langsung menangis sesenggukan. Tanpa bisa ditahan, ia pun menceritakan semuanya. Dari A hingga Z. Toh, jika ia menyembunyikannya, orang sekelas Marchioness yang dulunya adalah putri duke akan dengan mudah mengonfirmasi jika ada satu saja ceritanya yang tidak benar. Jadi, buat apa membuang-buang waktu untuk mengarang cerita bohong? Mungkin, ia hanya akan melewatkan cerita soal Duke Muda Zachary karena pemuda itu tidak ada hubungannya dengan ini.

Marchioness mendengarnya tanpa menyela. Ia juga tidak berhenti membantu Ele membersihkan diri. Mulai dari menggosok tubuh, membilasnya, ia juga membantu mengeringkan tubuh dan membantu berganti pakaian Ruby. Terakhir, ia mengusap air mata di pipi Ele dan memeluknya.

DUKE WILLBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang