(Season 3) 21. Kemarahan Zachary

17 2 0
                                    

*** 

Suasana balairung Kerajaan Beril sangat kacau. Dan dibalik kekacauan itu kemarahan Zachary terlihat sangat nyata. Tanpa aba-aba, ia menyebarkan mana hitam miliknya yang membuat sebagaian besar orang tumbang tanpa sempat berbuat apa-apa.

Pria muda itu menjerit sekuat tenaga.

Mana hitam yang menyebar mulai memutar di sekitar tubuhnya dengan kepekatan yang nyata. Sangat tajam dan mengintimidasi. Jelas tidak ada perkelahian yang berarti saat ada kekuatan besar mendominasi.

Zachary memanggil makhluk hitamnya. Suaranya tajam dan menggelegar.

"Axio ...!"

Seolah mendapat perintah, mana yang mengelilinginya berputar dengan sangat cepat. Semua orang menjerit sambil meringkuk untuk menghindari murka Zachary. Tidak ada yang bisa mereka lakukan. Bisa saja nyawa mereka melayang tanpa mereka sadari.

Namun, tak disangka, detik berikutnya Zachary menghilang di balik kabut mana tersebut.

Bawahan Zachary, Carson, hanya bisa tertegun. Seumur hidup selama menemani Zachary, ia belum pernah melihat mana milik Zachary lepas kendali seperti ini. Ini menakjubkan sekaligus mengerikan. Siapa yang akan tahan terpapar mana mengerikan yang tak ubahnya seperti gas beracun itu?

Dan ia punya satu keluhan lagi. Sepertinya, atasannya kabur meninggalkannya tanpa berpamitan

***

Hal pertama yang dilakukan Zachary adalah mencari puncak tertinggi di kastil Kerajaan Beril. Ia akan mengamati arus mana yang mungkin tertinggal dari mantra yang ditinggalkan Eleanor.

Dan di sana, di puncak menara, berdirilah Zachary. Tubuhnya hanya muncul sebagian karena sebagaian yang lain berada di antara kabut mana berwarna ungu pekat.

Auranya gelap segelap ekspresi wajahnya. Tangannya yang mengepal tampak gemetar. Tampaknya pengalamannya di medan perang sama sekali tidak membantunya di situasi ini.

Mungkin karena untuk pertama kalinya ia benar-benar menginginkan sesuatu dan untuk pertama kalinya pula keinginan itu tidak bisa terwujud. Dan hal itu membuatnya, untuk kali pertama dalam hidupnya, tidak bisa mengendalikan emosi dalam dirinya.

"Axio ... lakukan untukku!" ucap Zachary memberi perintah. "Cari koordinat sihir yang digunakan Eleanor! cari keberadaannya!" suaranya bergetar menahan emosi yang tengah campur aduk.

Zachary jelas tidak mungkin melakukannya sendiri, karena jangankan berkonsentrasi, untuk menenangkan diri saja rasanya ia tidak sanggup.

Axio tampaknya sangat tahu apa yang menjadi keinginan tuannya, hingga tak menunggu waktu lama, perintah itu langsung dilaksanakan saat itu juga.

Perlahan, kabut mana di sekitar tubuh Zachary mulai merubah posisinya. Sebagian dari mereka memisahkan diri menjadi bagian kecil dan mulai menyebar, melesat menuju setiap penjuru mata angin.

Zachary menunggu proses itu dengan diam. Niat hati berkonsentrasi untuk membantu Axio menemukan lokasi Eleanor, tapi tubuhnya tidak berhenti bergetar.

"Sial! Sial! Sial!" umpatnya. Matanya memerah penuh bara amarah. Dibalik amarahnya otaknya berpikir keras. Ia harus menemukan Eleanor. Secepat yang ia bisa. Satu-satunya yang bisa membantunya hanya Axio. Apakah hanya Axio? Pria itu merenung keras. Ah, ada satu orang lagi yang bisa membantunya. Selain Axio, orang yang bisa dimintai tolong adalah Jason.

Masih di ketinggian puncak menara yang runcing tanpa apa pun untuk berpijak, Zachary dibantu kabut mana-nya berdiri di sana. Tangannya terulur ke depan.

Kabut mana segera berkumpul di sana. Karena banyak dari mana-nya yang bekerja, ia tidak punyak mana sekarang. Tapi, itu sudah cukup untuknya.

Di tempat mana itu berkumpul, perlahan gambaran punggung seseorang mulai tampak. Rambutnya yang merah membuatnya bisa menebak tanpa perlu banyak berpikir. Dia adalah Jason, orang yang sedang ia cari.

DUKE WILLBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang