18. Kasus yang Mustahil

141 16 0
                                    

***

"Sebagai seorang healer yang tahu seluk beluk anggota tubuh manusia lebih dari siapa pun, aku menyatakan bahwa kondisi Marchioness mustahil untuk disembuhkan. Kondisi uterus robek dengan robekan penuh yang mustahil untuk disambung kembali bahkan oleh healer kerajaan. Apakah menurutmu keluarga Marchioness yang disebut sebagai healer terbaik kerajaan tidak mencoba berbagai cara untuk menyatukan uterus itu? aku tak habis pikir bagaimana bisa anak muda yang belum cukup umur sepertimu berbicara panjang lebar tanpa berpikir? apakah kamu bahkan berhak bicara omong kosong pada orang yang seumur hidupnya tak pernah berhenti mengusahakan pengobatan, hah?"

"Aku tidak bicara omong kosong!" jawab Ele. Kali ini ia berbicara menggunakan Bahasa Beril saking kesalnya. Tentu saja karena ia tidak sepenuhnya paham perkataan pria berambut pirang panjang itu. Tapi, secara garis panjang ia paham jika paham jika pria itu tidak mempercayai ucapannya.

Marchioness menatap Ele dengan mata berkaca. "Benarkah itu, Ele?"

"Ya!"

"Apakah msih ada harapan untukku memiliki anak?" suaranya bergetar.

"Ya, aku yakin!" jawab Ele mantap.

"Ah!" Marchioness menganga tidak percaya. Mimpinya yang telah lama terkubur tampaknya belum benar-benar terkubur.

"Bagaimana kamu akan melakukannya?" tanya Marquise tiba-tiba. Pertanyaannya penuh selidik. Ia sudah sering mendengar bahwa rahim istrinya tidak mungkin bisa diperbaiki dan itu artinya istrinya tidak mungkin mengandung bayi mereka. Jadi atas dasar apa anak ingusan ini memberi mereka harapan? Ia tidak mau melihat istrinya menelan kekecewaan lagi setelah akhirnya bisa berdamai dengan masa lalu.

Eleanor menarik tapas panjang sebelum berbicara. Matanya lekat menatap satu persatu orang yang ada di sekitarnya. "Jika dalam ilmu pengobatan itu mustahil, sudahkah kalian mencoba alkimia?"

Semua yang ada di ruangan langsung terkesiap. Marchioness bahkan menjerit. Marquise hanya bisa menggeleng. Pria tampan di depan Marchioness hanya bisa saling pandang dengan pria muda yang berdiri di samping marquise.

"Dan menurutmu siapakah yang akan menjadi alkemis-nya?" tanya pria berambut pirang panjang itu.

Dengan berani Ele pun menunjuk dirinya. Ele lantas menghadap ke arah marquise. "Tolong beri suaka padaku sampai umurku 18 tahun. Sebagai imbalannya, aku akan mengobati rahim Marchioness dengan alkimia sehingga memungkinkannya untuk mengandung seorang anak."

Marquise menatap lurus ke arah Eleanor. "Bagaimana aku bisa mempercayai kata-katamu?" tanya marquise. Ia tidak ingin memberi harapan palsu pada istrinya. Sudah cukup banyak air mata yang mereka tumpahkan untuk masalah ini.

"Berikan aku pena!" pinta Ele.

Pria muda yang tadi berdiri di samping marquise bergegas mengambilkan alat tulis. Sementara itu, pria tua yang tadi membukakan pintu segera menyiapkan meja dan kursi untuk Ele.

Setelah semua siap, Ele pun mulai bekerja. Ia menulis banyak hal dan menggambar sesuatu. Semua orang mengawasi pekerjaan Ele dengan harap-harap cemas.

"Untuk melakukannya, aku membutuhkan bahan-bahan berikut dan ruangan dengan lantai rata untuk menggambar ini," ujar Eleanor.

Pria tua itu mengambil daftar dari Ele dan menyerahkan pada marquise. Marquise menerima daftar itu dan membacanya dengan saksama. Keningnya tampak mengernnyit setiap membaca baris demi baris.

"Kamu yakin kamu tidak sedang membuat ritual sesat dengan membutuhkan?"

"Jika semua bahannya tersedia, aku bisa memulainya kapan pun untuk membuktikannya!" tantang Ele. Ia memang belum pernah melakukannya sendirian, tapi ia yakin bisa melakukannya. Pendidikan ketat yang dijalaninya sebagai anggota keluarga kerajaan bukanlah kaleng-kaleng.

DUKE WILLBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang