014

44 11 0
                                    

Keadaan Ayana sangat tidak memungkinkan untuk bersekolah, namun ia memaksakan dirinya untuk bersekolah.

"Gue nggak boleh bolos lagi, hari ini gue bakal latihan supaya hari h nanti mamah nggak kecewa dan puas mendengar suara gue," ujarnya.

Ayana turun dari lantai dua rumahnya, dan ia melihat keadaan rumah yang sudah kosong, Ayana pun memutuskan untuk keluar dari rumahnya, ia terkejut saat melihat Kenan yang sudah berdiri disamping motornya.

Kenan tersenyum melihat kedatangan Ayana. "Lo baik-baik aja kan?" Tanyanya.

"Baik kok," jawab Ayana.

"Kemarin kemana nggak sekolah? Kalau terjadi sesuatu kabarin gue, lo udah save nomor gue kan? Tapi kenapa lo nggak ada chat gue gitu? Gue khawatir banget sama lo Ay,"

"Bawel lo, lo kesini mau jemput gue kan?" Kenan menganggukkan kepalanya. "Yaudah ayok berangkat," ujar Ayana.

"Tumben banget lo nggak nolak, owh ya gue kemarin beli helm baru khusus buat lo," Kenan menyodorkan helm berwarna biru muda ke Ayana.

Ayana menerima helm tersebut. "Dih yakin banget lo kalau tiap hari gue bakalan nebeng sama lo?"

"Jelas yakin dong, cepat pake helm nya." Ayana memakai helm yang diberikan Kenan, setelah memastikan Ayana sudah naik ke motornya, Kenan pun melajukan motornya.
-
-
-
-
-
"Itu siapa?" Tanya Ayana saat melihat foto Sesil bersama dengan seorang perempuan yang ia kenal.

"Ini sepupuh gue, yang dulu pernah gue ceritain ke lo kalau dia dekat sama kak Andito,"

Ayana menganggukkan kepalanya, ia masih menunggu Sesil untuk menceritakan tentang Rini.

"Dia lagi berjuang demi menghilangkan penyakitnya, lo tau nggak setiap hari kak Andito tuh temenin ka Rini buat cuci darah, eh tapi lo nggak cemburu kan?"

Ayana tersenyum tipis. "Gue sama ka Andito, hanya sebatas sahabat," jawabnya.

"Lo bilang tiap hari sepupuh lo cuci darah?" Tanya Ayana, karena yang ia ketahui cuci darah itu sakit, apalagi dilakukan tiap hari.

"Iya, gila nggak sih?"

"Emang tidak ada pengobatan lain?"

"Yang sepupuh gue butuhin tuh cuman satu, ia butuh donor ginjal, tapi untuk saat ini belum ada ginjal yang cocok," guru mata pelajaran datang, Ayana dan Sesil pun menghentikan obrolan mereka.
-
-
-
-
-
"Ay tiap hari lo makan apasih? Bagus banget suara lo?" Tanya Nino, saat ini golden boys, Ayana dan Sesil, sedang berada di ruang musik.

"Makan jantung lo," jawab Ayana asal.

"Ngeri banget njirt," Nino bergidik ngeri.

"Muka lo pucet banget," ujar Reza menatap Ayana.

"Lah iya nggak biasanya, lo sakit Ay?" Tanya Nino.

"Perasaan pas gue jemput lo, muka lo nggak sepucet ini dah," ujar Kenan.

"Ay lo yakin lo baik-baik aja?" Tanya Sesil.

"Kalian apaansih, gue baik-baik aja lah, mungkin ini efek karena tadi gue bernyanyi sangat menghayati,"

"Unik yah, ngefeknya ke muka," ujar Nino dengan cringe nya.

Baru saja Ayana akan berdiri, tiba-tiba tubuhnya ambruk begitu saja, Kenan yang berada disamping Ayana langsung menahan tubuh Ayana, beruntung tubuh Ayana tidak ambruk dibawah lantai.

"Bawa ke UKS," ujar Sesil.

"Langsung ke rumah sakit aja," ujar Reza, yang mungkin sudah paham dengan keadaan Ayana.

"Yaudan nih pake mobil gue, tapi gue tidak bisa ikut, gue masih ada ulangan," Sesil menyerahkan kunci mobilnya ke Kenan.

Kenan menerimanya, ia pun mengangkat tubuh Ayana ala bridal style, Nino dan Reza mengikuti Kenan dari belakang, sementara Sesil menuju ke ruang guru, untuk meminta surat izin.

Banyak seluruh murid yang menyaksikan kejadian tersebut, karena kebetulan waktu jam istirahat.
-
-
-
-
-
Reza buru-buru membuka pintu belakang mobil Sesil. Kenan pun langsung memasuki tubuh Ayana. Setelah itu dirinya masuk di kursi kemudi. "Izinin gue," setelah itu ia melajukan mobil tersebut.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang