019

29 11 1
                                    

Setelah sepulang sekolah, Kenan mengajak Ayana untuk menemaninya bernyanyi di kafe, Kenan sendiri sudah membawa baju ganti untuk perfom nya, dan sebelum ke kafe iya juga mengantar Ayana pulang untuk mengganti bajunya, kebetulan dirumah Ayana kosong, jadi Ayana berani untuk keluar rumah.

"Bang coklat panas satu sama dessert keju satu, antar ke meja nomor dua dua ya?" Setelah selesai memesan makanan untuk Ayana, Kenan naik keatas panggung yang disana sudah ada Nino dan Reza.

"Wah ternyata lo udah bucin ke Ayana nih," Nino mengejek sahabatnya itu.

"Fokus perfom aja sih," sinis Kenan.

"Elahh pms ya bang?" Sedangkan Kenan hanya berdecak kesal mendengar ucapan Nino.

Seorang waiters menghampiri meja Ayana. "Ini pesanannya kak,"

Ayana terlihat bingung, pasalnya dirinya belum memesan apapun, "saya belum pesan apapun mas," ujarnya.

"Dari Kenan, tadi dia yang pesan," setelah itu waiters tersebut pergi berlalu.

Ayana menatap Kenan yang kini sedang tersenyum kearahnya.

Kenan bersiap-siap untuk bernyanyi, begitupun dengan Nino dan Reza yang sudah bersiap dengan alat musiknya masing-masing. Para penonton begitu antusias untuk melihat penampilan mereka.

"Biarkan aku.. jadi sesuatu yang berarti untukmu tapi tidak sesaat. Biarkan aku.. jadi tempat untuk bersandar di saat kau terpuruk rapuh." Kali ini Kenan menyanyikan lagu dhyo haw ada aku disini.

"Jangan sampai kau lemah.. ku yakin kau pasti bisa bangkit, jangan anggap kau sendiri hadapi, ada aku disini..."

Kenan sangat menghayati lagu tersebut, begitupun para penonton yang sangat gembira menikmati suara Kenan.
Ayana sedari tadi tersenyum simpul saat mata Kenan di setiap menyanyikan lirik lagu tersebut selalu tertuju padanya.

"Walau dia kini telah lama di hidupmu, namun sampai kini tak bahagiakan kamu, lupakan semuanya oh tinggalkan saja percuma..."

"Bukalah matamu selebar dunia ini dan rasakan banyak orang yang perduli, jangan ingat lagi jangan kau sesali ada aku disini..."

Suara tepukan tangan dari para penonton begitu antusias, setelah selesai bernyanyi, buru-buru Kenan menghampiri Ayana.

"Itu lagu buat gue?" Tanya Ayana dengan berbisik.

"Bukan, tapi buat Ayana Ayundiya Prita," jawab Kenan.

Ayana memukul pelan lengan Kenan. "Ayok pulang," ajak Ayana.

"Bentar ya," Kenan berdiri untuk menghampiri kedua temannya.

"Gue cabut duluan ya,"

Reza menganggukkan kepalanya.

"Iya dah yang udah punya doi mah beda," ujar Nino.

"Cari dong ke ragunan." ujar Kenan terkekeh.

"Bangsat lo," cibir Nino.
-
-
-
-
Saat Kenan dan Ayana keluar dari kafe tersebut, mereka berdua papasan dengan Andito dan Rini yang baru saja akan memasuki kafe.

"Ayana? Hai!" apa Rini saat dirinya bertatapan dengan Ayana.

Ayana yang tadi menundukkan kepalanya ia segera menegakkan kepalanya dan tersenyum manis ke Rini. "Hay kak!" Serunya.

"Ayok cabut," Kenan langsung menarik tangan Ayana menjauhi mereka, bukannya tidak sopan, ia hanya tidak ingin melihat Ayana terluka.

"Kayaknya cowok Ayana kasar ya?" tebak Rini, sementara Andito hanya mengedikkan bahunya, setelah itu mereka memasuki kafe.
-
-
-
-
-
Sesampainya di rumah Ayana, Kenan menarik Ayana sebelum gadis itu masuk ke rumahnya.

"Sorry ya yang tadi, gue nggak bermaksud soalnya gue cuman nggak mau liat lo sakit hati,"

Ayana melebarkan matanya, ia tidak tau jika Kenan mengenal Andito. "Lo kenal Andito?" Tanya Ayana.

Kenan meruntuki kebodohannya sendiri, seharusnya ia pura-pura tidak tau, mana mungkin ia bilang kalau tadi pagi ia sempat bertemu Andito dan menghajar pria itu.

"Ah tidak, gue hanya nebak pasti lo ada perasaan kan sama cowok tadi?"

"Emang keliatan banget ya?"

Kenan terkekeh geli dengan ucapan Ayana. "Udah sana masuk," Ayana pun memasuki rumahnya, setelah itu Kenan pun pergi meninggalkan rumah Ayana.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang