032

42 6 0
                                    

Keesokan harinya, keadaan Kenan kembali memburuk, dokter dan beberapa suster sedang berusaha keras untuk kesembuhan Kenan.

"Mah yang sabar, kita berdoa supaya Kenan bisa melewati masa kritisnya," Sherin terus saja menangis di pelukan Renhard.

Reza dan Nino pun ada disitu, saat tahu keadaan Kenan kembali memburuk, keduanya izin pulang sekolah untuk melihat keadaan sahabatnya itu.

Satu jam berlalu, dan Dokter yang menangani Kenan pun keluar dari ruangan tersebut.

Sherin langsung mendekat ke dokter tersebut. "Putra saya sehat kan dok? Putra saya udah sadar kan? Putra saya bisa ngelawan masa kritisnya kan dok?" Tanpa jeda sedikitpun, Sherin terus saja menanyakan bertubi-tubi keadaan putranya.

Dokter tersebut membuang nafasnya pelan. "Maaf kami tidak bisa menyelamatkan putra anda, luka nya begitu serius dan kami sendiri sudah berusaha semampu kami, tapi putra anda tidak bisa kami selamatkan, sekali lagi kami minta maaf," ujar dokter tersebut.

Sherin memukul lengan dokter tersebut. "Nggak mungkin, dokter lemah, payah, putra saya itu kuat!" lirihnya, dan detik berikutnya ia langsung pingsan, Renhard langsung menggendong tubuh istrinya, dan membawanya ke salah satu ruangan disana.

Dokter tersebut menghampiri Reza dan Nino yang masih mematung. "Sebelum pasien menghembuskan nafas terakhirnya ia berpesan untuk mendonorkan jantungnya untuk gadis yang bernama Ayana, dan ini ada titipan untuk Ayana," dokter tersebut menyerahkan flashdisk ke Reza.

Reza dan Nino segera memasuki ruangan Kenan.

"Lo lemah, kenapa lo nggak berusaha ngelawan rasa sakit lo itu, Kenan.." ujar Nino sambil terisak.

"Bangun, minggu depan kita mau tampil, lo juga kan mau duet sama Ayana, itu kan yang lo tunggu?" Reza juga ikut terisak.

Reza meraih kertas yang ada di dekat jenazah Kenan. Kemudian ia membuka dan membacanya.

Jaga Ayana ya kematian gue udah takdir dari Tuhan, gue bucin banget sama Ayana sampai² gue titipin jantung gue ke Ayana, bilang ke Ayana ya gue tuh beneran cinta sama dia, habisnya dia nggak percayaan mulu sama gue, bilang juga ke nyokap bokap gue, anaknya ini udah bahagia di surga, jadi jangan nangisin gue.

Reza berdecak kesal, kemudian ia meremat surat tersebut, ia tidak menyangka secepat itu ia harus kehilangan sahabatnya.

"Maaf pasien harus segera dibawa ke ruang jenazah," ujar seorang suster.

"Kenann!!" Sherin berlari dan memeluk jenazah Kenan.

"Jangan hiks jangan bawa putra saya, hiks dia harus tetap hidup,"

"Mah sudah mah, Kenan pasti sedih lihat mamah nangisin dia," Renhard mencoba menenangkan istrinya, walaupun sebenarnya dia juga sangat sakit atas kepergian putra semata wayangnya.
-
-
-
-
-
Tiga hari setelah kematian Kenan, Ayana pun sudah sadar dan operasi jantung nya berjalan lancar.

"Gue nggak sabar mau ketemu Kenan, pasti Kenan bakalan marah nih sama gue gara-gara gue absen terus latihannya," cerocos Ayana, Ayana sendiri sudah melupakan kejadian dirinya yang disiksa saat diculik.

Andito, Reza, Nino, dan Sesil. Hanya diam tidak ada yang berani ngomong apapun.

"Kalian kenapa nggak ada yang kabarin Kenan kalau gue lagi dirawat? Kenan pasti bakalan marah, terutama sama lo berdua, Reza Nino, seharusnya lo bilang kalau gue lagi sakit, Terus siapa orang baik yang donorin jantungnya buat gue?" tanyanya menatap keempat orang tersebut.

"Ay?" Panggil Reza.

Ayana menatap Reza. "Kenapa?"

"Janji sama gue setelah lo mengetahui semuanya, lo tidak boleh merasa bersalah ataupun menyesal,"

"Ini sebenarnya ada apa?" tanya Ayana, setelah melihat tatapan Reza yang sulit diartikan.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang