Kayla bersenandung kecil, ia memenangkan olimpiade nya, tangannya membawa piala yang akan dirinya berikan ke kembarannya, ngomong-ngomong ia juga sudah mendengar kabar tentang meninggalnya sahabat Ayana.
"Kangen Ayana," ujarnya.
Prita melirik Kayla yang duduk di sampingnya. "Pak pulang ke apartemen ya," perintahnya ke supir pribadinya.
Kayla menatap mamahnya. "mah.. Kayla mohon, kali ini aja, Kayla pengen banget ketemu Ayana,"
Prita menghembuskan nafasnya kasar. "Langsung menuju rumah,"
Kayla memeluk mamahnya. "makasih mah," ujarnya.
Mata Kayla berbinar saat melihat bangunan rumah yang begitu ia rindukan, ah tidak, lebih tepatnya dia merindukan penghuninya, siapa lagi kalau bukan kembarannya, dengan cepat Kayla turun dari mobilnya dengan terburu-buru.
"Pelan-pelan sayang!" Teriak Prita saat melihat putri kesayangannya lari masuk ke rumahnya, ia pun mengikuti Kayla.
Kayla berdiri di pintu kamar Ayana. "Ayana lo di dalam kan? Gue masuk ya," Kayla membuka pintu tersebut, ia hampir jatuh jika saja Prita tidak menahan tubuhnya. Bagaimana tidak, ia melihat sendiri kembarannya yang tergeletak tak berdaya dengan pisau yang masih tertancap di perutnya, dan darah yang terus mengalir dari perutnya.
Kayla menjatuhkan piala yang sedari tadi ia pegang, kemudian ia menghampiri Ayana, sementara Prita segera menelpon supirnya untuk membantunya mengangkat tubuh Ayana.
Sepertinya tuhan mendengarkan doa Ayana, yang ingin bertemu dengan papah dan Kenan, saat perjalanan ke rumah sakit, Ayana menghembuskan napas terakhirnya.
Kayla terus saja mengunci dirinya di kamarnya, ia tak kuasa melihat jenazah kembarannya. "Lo jahat Ay, hiks kenapa lo tinggalin gue, hiks," Kayla menatap bingkai foto berukuran 10R yang disitu menampilkan foto dirinya dan Ayana mengenakan seragam biru putih, keduanya tersenyum sangat manis di depan kamera.
Pemakaman Ayana sudah selesai, namun mereka enggan meninggalkan makam tersebut, kecuali Prita yang langsung pulang setelah proses pemakaman selesai.
"Semoga kamu tenang ya disana sayang, kamu pasti bahagia sudah bertemu dengan Kenan dan papah kamu," Sherin terus saja menaburi bunga di makam Ayana.
"Sayang, ayok pulang, satu jam lagi kita harus terbang ke Hongkong," ujar Renhard. Mereka berdua pun pamit pulang.
"Anak bunda.." Dira berjongkok mengelus pusara Ayana. "Semuanya udah berakhir, tidak ada lagi penderitaan yang kamu rasakan, husnul khatimah yah sayang," sama seperti kedua orang tua Kenan, Dira pun pamit pulang.
"Makasih Ayana, udah jadi sahabat gue, gue nggak akan lupain hal-hal yang pernah kita lalui bersama.." Sesil tidak mampu melanjutkan ucapannya, dia begitu terpukul saat mendengar sahabatnya meninggal, tubuh dia hampir limbung kalau saja Reza tidak menahannya.
"Husnul khatimah ya Ay, walaupun kita baru berteman sebentar, tapi bagi gue lo udah seperti saudara gue," ujar Nino.
"Terimakasih pernah hadir di tengah-tengah kita Ay, bahagia selalu disana," sambung Reza.
Sesil, Reza, dan Nino pun pamit pulang. Hanya ada Andito yang saat ini sedang menatap kosong makam Ayana.
"Lo sayang banget ya Ay sama Kenan, sampai-sampai lo nyusul dia, gue marah Ay, kenapa lo pergi begitu saja, gue minta maaf nggak bisa jadi pendengar yang baik buat lo, gue sayang lo, bahagia selalu Ayana, mungkin ini takdir yang terbaik buat lo." Sebelum pergi, Andito mencium pusara Ayana.
-
-
-
-
-
Ayana perlahan membuka matanya bau obat yang sangat menyengat tercium oleh Indra pencium nya."Ayana," panggil Kayla saat melihat Ayana menatapnya dengan tatapan senduh.
Ayana menghembuskan nafasnya lirih, ternyata tadi hanyalah mimpi buruknya, ah bukan, mungkin bagi Ayana tadi adalah mimpi indahnya, karena dia bisa menyusul dua pria yang sangat berharga dalam hidupnya, papahnya dan Kenan.
"Kenapa gue nggak mati aja," lirihnya dengan tatapan kosong.
Kayla menahan air matanya yang hampir saja jatuh. "Jangan Ay, gue nggak siap buat kehilangan lo, sudah cukup buat gue kehilangan papah,"
Ayana menatap lirih kembarannya. "Sorry Kay, tinggalin gue sendiri," Kayla yang mengerti akan ucapan Ayana, akhirnya dia pun memilih keluar dari ruangan tersebut.
-
-
-
-
-
Kayla berjalan menghampiri mamahnya. "Ayana rapuh mah," ujarnya seraya duduk di sebelah Prita yang saat ini duduk di kursi tunggu."Karma buat dia," ujar Prita dengan santainya.
"Mamah kenapa nggak bisa berhenti buat benci Ayana?" tanya Kayla, bagaimana pun juga dia tidak suka melihat keluarganya yang berantakan seperti ini.
"Tidak ada alasan untuk mamah buat berhenti membenci dia," setelah mengucapkan kalimat seperti itu, Prita pun berdiri dan pergi berlalu.
Kayla menghembuskan nafasnya pasrah. Sampai tiba-tiba datang pria yang sangat dirinya kenali menghampirinya.
"Gimana keadaan Ayana?" Tanya Andito, tadi saat Ayana dilarikan ke rumah sakit, Kayla menelpon dirinya.
"Udah siuman, Kakak kalau mau masuk, masuk aja," saat mendengar jawaban dari Kayla, dengan buru-buru Andito pun masuk ke ruangan Ayana.
-
-
-
-
-
Ayana tersadar akan kehadiran Andito. "Nggak ada alasan lagi buat gue hidup di dunia ini," ujarnya saat melihat langkah Andito yang mulai mendekat."Lo mau coba bunuh diri?" Tanya Andito, saat ia mendengar kabar dari Kayla, kalau Ayana dengan sengaja menusuk perutnya dengan pisau, Kayla mengetahui hal tersebut, karena saat dirinya berangkat olimpiade, ia sempat memasang cctv di kamar Ayana, karena takut hal yang tidak di inginkan terjadi.
"Ayok hidup lebih lama lagi, banyak ujian yang belum lo lewatin, tuhan masih memberi kesempatan lo buat hidup, karena tuhan ingin lo melewatin semua ujian yang tuhan berikan sama lo, jangan lemah Ayana karena lo masih punya dua tangan dan dua kaki buat lo ngejalanin semuanya," ujar Andito.
Ayana terisak mendengar ucapan Andito, Andito memegang tangan Ayana. "Tidak ada hidup tanpa cobaan. Mengeluh itu wajar, lelah pun wajar, namun bunuh diri bukan hal yang baik untuk mengakhiri semuanya, jangan akhiri hidup lo hanya karena lo sudah capek dengan kehidupan yang lo jalani,"
Ayana menganggukan kepalanya, sepertinya yang di ucapkan Andito ada benarnya, kenapa dirinya harus memilih mengakhiri hidupnya, sedangkan banyak di luaran sana yang sedang berjuang untuk hidup lebih lama lagi.
"Renungi semua kesalahan lo, ingat Ayana, tuhan nggak bakalan kasih cobaan diluar batas kemampuan kita." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Andito keluar dari ruangan tersebut.
End end end
Maaf ya kalau ending nya tidak sesuai ekspektasi
KAMU SEDANG MEMBACA
Setetes Kebahagiaan (End)
Teen FictionTentang Ayana ayundia Prita, gadis cantik yang selalu diabaikan oleh mamahnya, selalu di bandingkan dengan kembarannya. Banyak umpatan dan kekerasan fisik yang ia dapatkan, siapa sangka ditengah penderitaan yang dirinya dapatkan, semuanya sedikit te...