022

42 11 0
                                    

Baru beberapa langkah Ayana memasuki rumahnya, Prita langsung menarik tangan Ayana dan mendorong Ayana, sampai gadis itu menahan sakit di kedua lututnya, karena terjatuh.

"Ampun mah," lirih Ayana.

Prita tidak mengindahkan permintaan Ayana, lantas dirinya kembali menarik Ayana untuk berdiri, setelah itu ia mendorongnya kembali, pipi Ayana tergores ujung meja yang lancip, sehingga mengeluarkan darah.

"Mah sakit," lirih Ayana.

"Saya udah nyerah buat urus kamu, anak bodoh! Lebih baik sekarang juga kamu pergi dari rumah ini!"

Prita berniat menjambak rambut panjang Ayana, namun terhenti karena Kayla datang dan memeluk Prita dari belakang.

"Udah mah, kasihan Ayana," lirih Kayla.

"Saya bilang pergi dari rumah ini Ayana!"

"Mah plisss..." Kayla terisak, sambil menggenggam kedua tangan Prita.

Prita yang melihat putri kesayangannya menangis, langsung memeluknya.

Ayana menatap lirih keduanya. "Aku juga ingin dipeluk," gumamnya sangat kecil, sehingga Kayla maupun Prita tidak mendengarnya.

"Jangan usir Ayana ya mah, Kayla mohon," Kayla hampir saja berlutut di depan Prita, namun Prita menahannya.

"Sana masuk ke kamar kamu!" Tegas Prita seraya menatap tajam wajah Ayana.
-
-
-
-
Keesokan harinya Ayana berangkat pagi sekali ke sekolah hanya untuk menghindari mamahnya, Prita bilang dia muak melihat wajah Ayana, akhirnya ia memutuskan untuk berangkat lebih pagi.

"Ayana?"

Ayana menghentikan langkahnya dan menatap pria yang baru saja menghentikan motornya tepat di depannya, Ayana bisa menebak siapa cowok itu, cowok yang sempat membuatnya terbang tinggi, setelah itu menjatuhkannya begitu saja.

"Mau bareng?" Tanya cowok itu dengan ragu.

Ayana terdiam, jujur saja saat ini dirinya merasa canggung dengan Andito. "Nggak usah," jawabnya.

Andito memegang pipi Ayana yang terbalut plester, dengan sigap Ayana langsung menjauhkan tangan Andito. "Ini kenapa?" Tanya Andito.

"Nggak apa-apa," jawab Ayana.

"Maaf," ujar Andito dengan tiba-tiba.

Ayana tersenyum tipis. "Nggak apa-apa lagipula gue nggak berhak marah sama lo, to gue juga bukan siapa-siapa nya lo," ujarnya.

Andito meneguk ludahnya susah payah. "Lo sahabat gue Ay,"

Ayana menundukkan kepalanya, sampai akhirnya ada pengendara motor yang menghampiri keduanya, Ayana bernafas lega setelah mengetahui siapa pengendara tersebut.

"Tadi gue ke rumah lo, tapi kata Kayla lo udah jalan, dan sekarang gue ketemu lo, yaudah bareng yuk," Kenan menyerahkan helm ke Ayana.

Ayana menerimanya, kemudian memakainya. "Gue duluan," ujar Ayana ke Andito setelah dirinya sudah menaiki motor Kenan. Kenan pun melakukan motornya.

Andito menatap nanar kepergian Ayana, setelah itu ia pun pergi setelah ponselnya menerima pesan dari seseorang.
-
-
-
-
-
Saat Ayana akan memasuki sekolahnya, Kenan langsung menggenggam tangan Ayana.

Ayana berdecak kesal. "Apalagi?" tanyanya.

"Pipi lo kenapa Ay?" tanyanya.

"Dicium gajah," jawab Ayana asal.

Kenan terkekeh. "Jokes lo," setelah itu ia mengacak surai panjang Ayana.

Ayana tersenyum mendapat perlakuan dari Kenan. "Tangan lo ih," kesalnya, setelah itu menjauhkan tangan Kenan yang berada di kepalanya.

"Iya gajah nya sang pangeran Kenan Wismansyah Renhard," celetuk Nino yang baru saja sampai dan menerobos ditengah Kenan dan Ayana, sehingga genggaman tangan Kenan ke Ayana terlepas.

"Dih apaansih lo, sotoy!" Ayana menatap tajam Nino.

Kenan menganggukkan kepalanya. "Lagian kalau gue cium Ayana ya pasti langsung ke bibir lah biar ada rasanya gitu,"setelah mengucapkan seperti itu Kenan langsung berlari memasuki sekolah, sebelum dirinya kena amuk Ayana.

"Kenan bangsat!" umpat Ayana.

Nino menahan tawanya, Ayana yang mengetahuinya ia pun langsung menatap tajam Nino. "Mau pake pisau/samurai?" tanyanya.

Nino membulatkan kedua matanya ngeri. "Ngilu ih sumpah," setelah itu ia pergi berlalu.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang