005

52 16 1
                                    

"Ayana!" Ayana terlonjak kaget saat Sesil menepuk pundaknya, saat ini dirinya sedang mencuci tangan di wastafel.

"Sorry bikin lo kaget, tapi lo harus liat ini deh," Sesil memberikan ponselnya ke Ayana.

Ayana mengambilnya disana terpampang jelas foto Andito dengan seorang perempuan yang mukanya tertutup stiker love, sehingga dirinya tidak bisa melihat muka wanita itu.

"Ini lo dapat darimana?" Tanya Ayana.

"Jadi tuh cewek Kakak sepupuh gue, dia kirim foto itu ke gue, katanya sih dia tuh dekat gitu sama kak Andito," jawab Sesil.

Ayana menganggukkan kepalanya.

"Terus hubungan lo sama kak Andito apa Ay?" Tanya Sesil dengan penasarannya.

"Gue nggak tau," jawab Ayana seadanya.

Jujur saja memang untuk saat ini dirinya dan Andito tidak mempunyai hubungan spesial apapun, tapi Ayana sudah menganggap Andito lebih dari segalanya, karena Andito yang selalu ngehibur dia dikala ia sedang hancur, dan Andito yang selalu ada disaat dia membutuhkannya.

"Lo jangan mau digantung gitu ay," ujar Sesil.

"Udah ah gue mau ke ruang musik, mau latihan,"

"Gue ikut! Gue mau lihat lo,"

"Bilang aja lo mau lihat Reza,"

"Itu point utamanya,"
-
-
-
-
-
"Menurut gue sih lebih baik kita bawain lagu yang happy aja," usul Nino.

"Contohnya?" Tanya Kenan.

"Sikok bagi duo," Nino menaikan sebelah alisnya.

"Beneran?" Tanya Ayana dengan polosnya.

"Gue congkel juga mata lo Nin," cibir Reza.

Sesil tertawa mendengar ucapan Reza.

"Kamu dan kenangan aja deh," usul Kenan.

"Setuju," jawab Reza dengan antusias.

"Bentar gue hapalin dulu petikan gitarnya," ujar Nino.

"Awas aja kalo lama gue ganti gitarisnya," ancam Kenan.

"Mas nya kok tega gitu sih sama pangeran tampan ini," ujar Nino sambil terkekeh.

Kenan beralih menatap Ayana. "Lo hafal nggak lagunya?" Tanyanya.

Ayana menggelengkan kepalanya. "Gue hafalin dulu ya," jawab Ayana.

"Yaudah oke, sekarang kalian berdua boleh meninggalkan ruang musik ini, lo hafalin dulu liriknya, baru besok udah mulai latihan." Ayana menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Kenan.

Setelah berpamitan Ayana dan Sesil pun keluar dari ruangan musik tersebut.
-
-
-
-
-
"Mana sih kak Andito, ditelpon nggak diangkat di chat nggak dibalas, tau gitu gue bawa motor sendiri aja, udah sekolah mulai sepi gini,"

"Mbaknya udah ngocehnya?" Tanya seseorang.

"Ngagetin aja lo," Ayana menatap tajam Kenan, karena tiba-tiba saja Kenan sudah berada di sampingnya.

Kenan terkekeh. "Kenapa lo belum pulang?" Tanyanya.

"Lagi nungguin jemputan,"

"Mau bareng aja sama gue?"

"Nggak usah bentar lagi juga datang jemputan gue,"

Kenan menganggukkan kepalanya.

Sepuluh menit berlalu, namun Kenan masih saja berdiri disamping Ayana.

"Lo ngapain masih disini?" Tanya Ayana.

"Sekolah udah sepi, nggak mungkin gue biarin cewek sendirian disini bahaya,"

Lima menit berlalu.

"Yakin nih nggak mau bareng, gue mau pulang soalnya mau nge-band di kafe,"

Ayana menggelengkan kepalanya.

"Ok gue duluan," Kenan pergi berlalu untuk mengambil motornya.

Ayana masih berusaha menghubungi Andito, tapi hasilnya nihil.

Kenan kembali menghampiri Ayana, namun kali ini dirinya sudah memakai helm dan sudah berada diatas motor besarnya.

"Cepetan bareng aja, tenang aja gue anak baik kok," ujarnya.

Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya Ayana pun naik ke motor Kenan.

"Sorry gue nggak ada helm dua," ujar Kenan.

"Iya nggak papa kok,"

Setelah itu Kenan melajukan motornya untuk mengantar Ayana pulang.
-
-
-
-
-
Ayana langsung turun dari motor Kenan.
Kenan memberikan ponselnya ke Ayana.

"Apa?" tanya Ayana.

"Gue belum punya kontak lo, catet di hp gue," jawab Kenan.

Ayana pun mengambil ponsel tersebut dan mencatat nomor telepon dirinya.

"Ok thanks," setelah itu Kenan kembali melajukan motornya.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang