027

45 8 0
                                    

"Lo makin hari makin cantik aja ya Ay," Kenan menopang dagunya seraya menatap dalam Ayana yang saat ini sedang makan nasi goreng darinya, ralat, maksudnya dari mamahnya.

Uhukkk

Kenan segera menuangkan air ke gelas, setelah itu memberikannya kepada Ayana.

"Ganggu gue lagi sarapan aja lo," cibir Ayana.

Saat ini Kenan berada di rumah Ayana, karena Ayana tinggal sendiri di rumahnya, Kenan pun tiap pagi ke rumah Ayana untuk memberikan sarapan ke Ayana dan menjemput Ayana sekolah.

"Gue mau dong," tanpa menunggu jawaban dari Ayana, Kenan langsung mengambil alih piring berisi nasi goreng tersebut, dan kemudian memakannya.

"Kebiasaan dah, sebenarnya lo tuh dikasih makan nggak sih sama Tante Sherin?" Tanya Ayana.

"Ya dikasih, lo kan tau sendiri nasi goreng buatan nyokap gue tuh enak, makannya gue juga ikut makan punya lo, soalnya kurang," cerocos Kenan ditengah makannya.

Ayana berdecak sebal. "Cepetan ih makannya, takut telat nih gue,"

"Iyah princes nya Kenan," goda Kenan, dan Ayana berdecak sebal.
-
-
-
-
-
"Reza tungguin ih," Sesil memegang tangan Reza.

Reza berdecak sebal, Sesil  menunggunya di parkiran, bahkan sekarang Sesil tengah mengikuti nya saat ia akan masuk ke kelas.

"Apa sih jauh-jauh lo," ujar Reza.

Sesil mendekatkan mulutnya ke telinga Reza. "I love you," bisiknya.

Reza refleks mendorong Sesil, hingga membuat Sesil hampir jatuh ke lantai, beruntung nya di belakang Sesil ada Nino, dan Nino menahan tubuh Sesil agar tidak jatuh.

Reza meringis kecil. "Kalian cocok," setelah itu ia pergi berlalu.

Sesil segera mendorong tubuh Nino. "Ganggu aja lo," ia pun pergi berlalu.

"Kebaikan dibalas kejahatan, kalian semua gila," ujar Nino sambil menggelengkan kepalanya.
-
-
-
-
Ayana saat ini sedang hormat di tiang bendera, tadi pagi ia lupa membawa tugas sekolahnya, dan berakhirlah dirinya yang dihukum akibat kelalaian nya.

"Eh lo berdua duluan aja ke lapangan basketnya," ujar Kenan menghentikan langkahnya saat melihat seseorang yang begitu familiar sedang berada di lapangan upacara.

"Ngapain sih anjirt?" Tanya Nino.

"Kepo lo kaya Dora," jawab Kenan.

"Dia kan monyet nya Dora," lanjut Reza.

"Mulut lo kalau ngomong etdah busett," cibir Nino.

"Udahlah gue cabut dulu," Kenan pergi meninggalkan kedua sahabatnya itu.

Nino menggandeng tangan Reza. "Ayok sayang kita langsung aja ke KUA," ujarnya manja.

Reza menepis tangan Nino. "Najis," setelah itu ia pergi menuju lapangan basket, dan Nino pun mengikutinya.
-
-
-
-
"Katanya kalau kepanasan tuh minum," ujar Kenan seraya memberikan minuman dingin ke Ayana.

Ayana pun menerimanya dan langsung membukanya. "Hampir dehidrasi nih gue," ujar Ayana.

Kenan terkekeh, ia mengelap dahi Ayana dengan tissue. "Kenapa bisa dihukum hmm?" Tanyanya.

"Lupa bawa buku tadi," jawab Ayana.

Nino menghampiri keduanya. "Gue juga mau dong dielapin keringatnya mas," goda Nino.

Kenan berdecak sebal. "Ngapain sih lo?" tanyanya.

"Cepetan ke lapangan basket, pak kereta api udah nungguin lo," jawab Nino.

"Kereta api?" tanya Ayana, yang dirinya tau di sekolah ini tidak ada nama guru tersebut.

Nino menganggukkan kepalanya. "Pak kereta api alias pak Thomas," Ayana hanya ber oh ria.

"Ay gue duluan ya, nih si monyet minta ditemenin ke ragunan katanya," pamit Kenan seraya menarik kerah seragam Nino, sedangkan Nino hanya memasang muka datar.

Ayana tertawa melihat tingkah keduanya itu, ia merasa beruntung bisa kenal dengan Kenan, Kenan selalu saja ada cara untuk membuatnya tersenyum.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang