030

40 6 0
                                    

Sherin dan Renhard terus saja berdoa agar putranya baik-baik saja, sekarang Kenan berada di ruang ICU dan dokter sedang berusaha untuk menyelamatkannya.

"Gimana keadaan putra saya dok? Putra saya baik-baik saja kan?" Tanya Sherin, saat melihat dokter tersebut keluar dari ruan ICU.

"Untuk saat ini pasien mengalami koma, banyak luka serius yang dialami pasien akibat kecelakaan tersebut, tangan kanan pasien harus diamputasi karena takut terjadinya pembusukan," jawab sang dokter.

Sherin menangis di pelukan Renhard, ia tak kuasa melihat keadaan putranya, tangan kanan Kenan rusak parah, dan akhirnya harus di amputasi serta seluruh wajah harus ditutupin perban akibat benturan keras tersebut.

"Kenan anak kuat mah, papah yakin Kenan bisa melewati masa kritisnya, kita sama-sama berdoa ya mah," Renhard mencoba menenangkan istrinya, walaupun ia sendiri sangat terpukul melihat keadaan putra semata wayangnya.

Setelah mendengar kabar bahwa Kenan kecelakaan, setelah pulang sekolah Reza dan Nino langsung menjenguk sahabatnya itu.

"Bangun bro, lo nggak boleh lemah, lo kuat," ujar Nino, ia merasa iba ketika melihat keadaan sahabatnya yang terbaring lemah di brankar dengan bantuan banyaknya alat medis.

Reza melihat Renhard yang duduk di sofa sambil menenangkan Sherin yang sedang menangis.

"Lo nggak kasihan sama nyokap bokap lo?" Tanya Reza, walaupun sebenarnya ia tau tak akan ada jawaban dari pertanyaan nya itu.

Setelah lamanya di rumah sakit, akhirnya Reza dan Nino memutuskan untuk pulang, karena udah larut malam juga.
-
-
-
-
-
"Ada yang aneh nggak sih sama semuanya?" Tanya Nino.

"Maksud lo apa?" Reza balik bertanya.

"Kenan kecalakaan sendiri, seharusnya dengan Ayana kan? Bukannya waktu itu dia pulang bareng Ayana?"

Reza menganggukkan kepalanya setuju. "Lo coba telepon Ayana,"

Nino langsung menelpon Ayana, sudah keempat kalinya ia menelpon Ayana, namun tak kunjung ada jawaban.

"Nomornya nggak aktif," ujar Nino.

"Yaudah kita pulang aja dulu, siapa tau besok di sekolah ketemu Ayana," usul Reza

Setelah itu Reza dan Nino pergi meninggalkan rumah sakit, dengan motornya masing-masing.
-
-
-
-
-
Windi berdecak sebal saat ia melihat Ayana yang sedang menatapnya dengan tatapan memohon.

"Kenapa lo nggak mati aja sih nyusahin banget tau nggak?!" Windi mengambil tongkat baseball berbahan logam tersebut.

"J-jangann gu-gue mohon," lirih Ayana dengan terbata-bata.

Bugh

Ia memukul perut Ayana dengan tongkat tersebut.

"Ss- sakit," lirih Ayana.

Bugh

Windi kembali memukul Ayana di bagian pundaknya.

"Udah deh lanjut nanti aja, gue mau balik ke rumah dulu, mau tidur nyenyak." setelah itu ia pergi berlalu.

"Kenan lo dimana, tolong gue, gue kangen sama lo," lirih Ayana.
-
-
-
-
-
"Ini sebenarnya ada apa? Ayana menghilang tidak ada kabar, bukannya kemarin Kenan sama Ayana kan?" tanya Sesil.

"Kita juga nggak tau, Kenan kecelakaan tapi dia sendiri tidak dengan Ayana," jawab Nino.

"Lo tau alamat rumah Ayana?" tanya Reza.

Sesil menganggukkan kepalanya.

"Pulang sekolah lo kesana cari dia," setelah itu Reza pergi berlalu, dan Nino mengikutinya.

Sementara Sesil ia masih berdiri di koridor sekolah. "Lo dimana Ay," gumamnya.
-
-
-
-
-
"Sakittt," Ayana terus saja memegang dadanya, sepertinya penyakit jantungnya kambuh.

"Papah sakit, Ayana mau ikut papah, Ayana capek, Kenan jemput aku, Ayana mau dipeluk mamah," lirih Ayana, setelah itu ia benar-benar memejamkan matanya.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang