023

47 9 0
                                    

Saat ini Andito sedang berada dirumah sakit, dan kondisi Rini semakin memburuk, gadis itu sekarang koma.

Andito menggenggam tangan Rini. "Gue mohon lo kuat, jangan nyerah gitu aja, lo nggak kasihan lihat nyokap lo sendirian?" Ujar Andito.

Jujur saja dirinya sangat mengkhawatirkan keadaan sahabatnya itu, namun ia merasa bodoh karena tidak bisa melakukan apapun selain berdoa.

"Tante,"

Andito melihat kearah gadis berseragam SMA yang saat ini sedang berpelukan dengan Gita.

"Maaf Tante, Sesil tadi udah cek ginjal Sesil, tapi ginjal Sesil tidak cocok dengan kak Rini," ujar Sesil.

"Tidak apa-apa sayang, kamu doain aja kak Rini supaya kembali sehat seperti semula," setelah itu Gita izin keluar dari ruangan tersebut.

Sesil menghampiri Andito yang sedang menggenggam tangan Rini.

"Lo sesayang itu sama kak Rini?" Tanyanya.

Andito menaikkan satu alisnya seolah bertanya 'lo siapa?'

"Owh iya gue Sesil sepupunya kak Rini dan gue juga sahabat Ayana," ujar Sesil.

Andito menganggukkan kepalanya, ternyata dia yang pernah Ayana ceritain.

"Ayana baik-baik aja?" Tanya Andito dengan hati-hati.

"Lo brengsek, lo cinta sama kak Rini, tapi lo masih kasih harapan ke Ayana,"

"Apa maksud ucapan lo?" Tanya Andito.

"Nggak usah pura-pura nggak tau deh, akhir-akhir ini Ayana jarang banget cerita tentang lo ke gue, biasanya dia selalu excited bercerita tentang diri lo, tentang lo yang baik banget, tentang lo yang selalu ada buat dia, tapi akhir-akhir ini jika gue tanya tentang lo, pasti dia jawab dengan gelengan kepala, lo jahat,"

Andito menundukkan kepalanya, ia sudah menduganya, ia sebenarnya tau jika Ayana menyukainya, hanya saja ia masih ragu dengan perasaannya sendiri, apakah dirinya menyukai gadis itu atau cuman rasa empati semata.

"Gue berterimakasih sama lo, karena lo itu alasan kak Rini semangat banget untuk sembuh, tapi kenapa lo harus nyakitin perasaan Ayana? Dia sahabat gue kak..."

Andito diam saja ia bingung harus menanggapi dengan apa yang diucapkan oleh Sesil.

Sesil yang kesal, akhirnya dia pun memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut.
-
-
-
-
-
Hari ini latihan libur, Ayana berjalan ke koridor untuk menuju ke kantin, seharusnya dia pergi dengan Sesil, namun sahabatnya itu izin karena ada keperluan mendadak.

Ayana menghentikan langkahnya saat merasakan jantungnya berdegup kencang dan itu membuat dirinya harus menahan sakit yang luar biasa, ia terus memegangi jantungnya.

"Kenapa sesakit ini, perasaan kemarin-kemarin baik-baik aja," lirihnya masih mencoba menahan rasa sakitnya.

Kenan berlari menghampiri Ayana.

"Ay?"

"Sakit," lirih Ayana seraya memegang dadanya.

Kenan langsung memapah tubuh Ayana menuju UKS.

Ia segera menidurkan Ayana di kasur UKS, "gue cabut dulu bentar,"

Empat menit kemudian Kenan kembali dengan membawa obat dan juga air mineral. "Diminum dulu Ay, ini pereda nyeri jantung," Ayana meminumnya. Benar saja rasa sakit Ayana sedikit berkurang.

"Gimana?"

"Udah mendingan,"

"Syukurlah, ngomong-ngomong lo jangan sampai tidak meminum obat yang dari rumah sakit ya,"

Ayana menganggukkan kepalanya, ia lupa tadi malam tidak meminum obat dari rumah sakit tersebut.

"Lo juga sakit jantung?" Tanya Ayana, karena yang ia tau, kalau obat tersebut hanya untuk orang yang mengidap penyakit jantung.

Kenan menggelengkan kepalanya. "Tidak, ini gue beli saat gue mengetahui kalau lo sakit jantung, kan takut lo kambuh terus lo nggak bawa obatnya jadi ada punya gue,"

Jujur saja saat ini Ayana merasa terharu mendengar jawaban dari Kenan, ternyata ada orang sebaik Kenan, padahal ia baru mengenal Kenan belum lama, tapi cowok itu benar-benar menjaganya.

"Kalau gitu gue ke kelas duluan ya, jam istirahat juga udah berakhir, lo nggak usah ke kelas, istirahat disini aja, gue udah izinin lo, dan ini buat lo," Kenan memberikan kotak makan berisi sandwich. "Ini bikinan mamah katanya khusus buat lo,"

"Makasih lo baik banget,"

"Dari dulu gue baik sayang," ujarnya seraya mengelus rambut panjang Ayana.

"Gue pergi, kalau ada sesuatu telepon gue," setelah itu Kenan pergi berlalu.
-
-
-
"Dari dulu gue baik sayang," ujar Nino menirukan ucapan Kenan tadi.

Kenan terkejut saat mendapati Nino berdiri di depan UKS, Kenan buru-buru menutup pintu UKS dan membawa Nino menjauh dari UKS.

"Dari kapan lo disini?" Tanya Kenan.

Nino terkekeh. "Dari yang pas lo kasih sandwich tuh, romantis banget sih ayang,"

Kenan bernapas lega, untungnya Nino tidak mendengar pembicaraan tentang penyakit Ayana.

"Kalau suka tembak sayang," Nino menatap menggoda kearah Kenan.

"Udah tai,"

"Terus gimana?" tanya Nino penasaran.

"Ditolak," jawab Kenan dengan muka datarnya.

"Hahaha mampus,"

"Bangsat," Kenan menoyor kepala Nino.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗



Setetes Kebahagiaan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang