020

42 11 0
                                    

Malam ini Ayana dirumah sendirian, dia dapet kabar dari Kayla kalau dirinya dan mamahnya menginap di apartemen.

Ayana membuka lemarinya dan mengambil album foto, disitu banyak sekali kenangan-kenangan foto dirinya saat baru lahir dan sampai sekarang ini, Ayana meneteskan air matanya saat melihat foto seorang dua anak kecil berusia empat tahun yang sedang digendong oleh pasangan suami istri.

"Dulu mamah sesayang itu ya sama aku," ujarnya saat melihat di foto itu dirinya digendong oleh mamahnya, sementara Kayla di gendong oleh papahnya.

Kemudian ia membuka foto satu tahun yang lalu, dua remaja yang berbeda kelamin yang berfoto dibawah senja. Itu adalah foto dirinya dan Andito, hari itu dimana hari ulangtahun nya yang ke 16 tahun dan Andito mengajaknya ke pantai untuk melihat senja.

"Gue sebenernya kangen sama lo, tapi gue nggak mau rebut lo dari kak Rini, dan sepertinya kak Rini jauh lebih butuh lo daripada gue," ujarnya.
-
-
-
-
Ayana sudah bersiap dengan seragam sekolahnya, ia membuka pintu rumahnya, namun ia dikejutkan dengan kehadiran Kenan yang kini sudah duduk di kursi teras sambil memainkan ponselnya.

"Morning sweety girl,"

Ayana bergidik ngeri. "Jijik bangsat," umpatnya.

"Ayok sekolah, oh ya nih sarapan dulu tadi mamah titip ini buat lo, katanya nyokap lo lagi nggak ada dirumah, kan?"

Ayana menganggukkan kepalanya setelah ia menerimanya kotak bekal yang berisi nasgor tersebut. "Ayok jalan,"

"Lo sarapan dulu aja disini, lagipula ini masih kepagian," Ayana pun menuruti perintah Kenan.
-
-
-
-
-
Andito terus saja melayani beberapa pelanggan yang memesan makanan, namun pikirannya terus saja kemana-mana. Akibatnya ia terus saja kena komplenan pelanggan karena terus saja salah saat menaruh pesenan.

"Udah deh lo duduk dulu aja, biar gue yang layanin pelanggan," ujar Fathir.

Dia pun menghandle semua pekerjaan Andito, setelah selesai ia menghampiri Andito.

"Kali ini tentang siapa? Ayana atau Rini?" Tanyanya, ia sudah berteman lama dengan Andito, jadi ia tahu masalah yang dihadapi temannya itu.

"Gue bingung, nggak tau sumpah gue lagi kepikiran siapa,"

"Lo cowok yang nggak punya pendirian sama sekali, kalau lo terus seperti ini lo bakalan terus nyakitin Ayana,"

"Gue tau, tapi kalau gue berhenti buat perduliin Rini, gue takut terjadi sesuatu sama dia,"

"Bukan gitu maksud gue goblok, lo dari awal sudah salah ambil langkah, lo tidak seharusnya ngejauhi Ayana,"

"Tapi nyatanya sekarang Ayana juga udah ngebenci gue,"

"Ya itu karena keputusan lo sendiri, udahlah pusing gue, banyak bener beban lo," lantas Fathir berdiri karena ada pengunjung yang datang.
-
-
-
-
-
"Ay, lo dipanggil guru BK tuh," ujar Inggit teman sekelas Ayana.

Sesil menatap Ayana. "Mau gue anter nggak?" Tanyanya karena dia tau kalau Ayana sering dipanggil guru BK karena nilai Ayana yang dibawah KKM.

Ayana tersenyum. "Nggak usah elah," setelah itu ia pergi.
-
-
-
"Kamu nggak ada niatan mau berubah? Ibu nggak tega kalau kamu harus lulus dengan nilai merah Ayana," ujar Bu Indri selaku guru BK.

Ayana terdiam belum membuka suara apapun.

"Ibu dengar kembaran kamu itu salah satu peserta olimpiade internasional, tapi kamu kok..." Bu Indri menggantungkan kalimatnya.

"Ibu nggak berhak bandingin saya dengan kembaran saya,"

"Saya tidak bandingin Ayana, hanya saja saya mau kamu bisa seperti kembaran kamu,"

Ayana menghembuskan nafasnya pelan. "Ibu cuman mau ngomongin nilai doang kan? Ini juga udah selesai, kalau begitu saya pamit, permisi." Ayana keluar dari ruangan tersebut.

Ayana terkejut saat dirinya keluar dari ruangan BK ia melihat kehadiran Kenan yang berdiri di depan pintu.

"Nguping lo?" Tanya Ayana menatap Kenan intens.

"Sensi amat elah," Kenan emang mendengar semua ucapan Bu Indri dan Ayana, tapi dia mencoba untuk tidak mengetahui apapun.

"Ayok latihan, tadi gue dari kelas lo, terus kata Sesil lo di ruang BK, lo juga hari ini jamkos kan?" tanya Kenan dan Ayana mengangguk sebagai jawaban. "Yaudah lebih baik waktunya dibuat buat latihan, Nino dan Reza sudah di ruang musik," kemudian Ayana dan Kenan berlalu dengan tangan Kenan yang menggenggam tangan Ayana.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang