Ayana berjalan santai mengelilingi koridor rumah sakit, tadi Kenan izin untuk pulang karena harus mengambil sesuatu, karena merasa bosen ia pun memutuskan untuk mencari angin diluar sambil membawa alat infusnya.
Ayana mengikuti seorang pria yang begitu familiar yang berlari dengan terburu-buru. "Kak Andito mau kemana," gumamnya seraya mengikuti Andito.
Andito berhenti diruang ICU dan segera masuk ke ruangan tersebut. Tadinya ia akan mencari Ayana ke sekolahnya, namun baru setengah perjalanan ia mendapat telepon kalau Rini Anfal, dan ia langsung bergegas ke rumah sakit.
Samar-samar dari kaca yang ada di ruangan tersebut Ayana melihat perempuan yang sedang terbaring lemah di brankar, dengan alat-alat yang membantunya. "Kak Rini," secara tiba-tiba air mata Ayana turun begitu saja saat melihat tubuh Rini yang penuh dengan alat medis.
"Siapa kamu?" Ayana terlonjak kaget dan menghadap kebelakang disana sudah ada wanita yang mungkin usianya sama seperti ibunya.
"Oh maaf tan, saya tadi tidak sengaja lewat dan melihat pasien itu," Ayana menunjuk ruangan Rini dirawat.
Wanita itu langsung menatap teduh mata Ayana. "Dia Rini putri saya," ujarnya.
"Sekarang dia lagi Anfal, Tante minta doanya ya supaya putri Tante bisa ngelewatin semuanya,"
"Iya Tante saya doain supaya putri Tante cepat sehat kembali,"
"Ngomong-ngomong kamu sendiri sakit apa?"
"Ayana!"
Ayana menatap Kenan yang berjalan menghampirinya.
"Disini rupanya, ayok dokter mau ngecek keadaan lo," setelah berpamitan dengan Gita Ayana pun langsung pergi berlalu bersama Kenan.
Andito yang berada didalam, ia langsung keluar begitu mendengar nama gadis yang begitu ia kenali.
"Kenapa Dit?" Tanya gina.
"Owh nggak apa-apa Tan," setelah itu ia pamit pergi, karena dirinya harus bekerja.
Setelah selesai dengan pemeriksaan Ayana, akhirnya dokter mengizinkan Ayana untuk pulang, dan setelah itu Kenan mengantar Ayana untuk kembali ke rumahnya dengan mobilnya.
-
-
-
-
-
"Lo serius nggak mau gue anterin sampai kedalam?" Tanya Kenan, saat dirinya akan ikut mengantar Ayana kedalam, namun dengan cepat gadis itu langsung menolaknya."Udah gue nggak papa, udah sana lo pulang aja,"
"Ay gue khawatir banget sama lo," Kenan sudah mengetahui kalau Prita sering menyiksa Ayana, itu semua dari mamahnya.
"Gue nggak apa-apa Kenan,"
"Lo harus janji, kalau terjadi sesuatu sama lo, lo harus segera telepon gue,"
"Iya, udah sana lo pulang,"
Kenan menggelengkan kepalanya. "Lo dulu sana masuk,"
Karena tidak ingin berdebat, akhirnya Ayana lebih dulu masuk kedalam rumahnya, Kenan pun masuk ke mobilnya setelah itu melajukan mobilnya.
Saat akan menuju ke kamarnya, Ayana langsung didorong begitu saja oleh mamahnya.
"Mulai berani kamu! Seharian nggak pulang! Habis jadi budak nafsu siapa?!"
Plak
"Ayana nggak kaya gitu mah," lirihnya, seraya memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan mamahnya.
"Sini kamu!" Prita menarik tangan Ayana, Ayana pun hanya pasrah saat dirinya ditarik paksa oleh Prita.
Byur
Dengan tega nya, Prita menceburkan Ayana kedalam kolam renang yang ada di rumahnya.
"Ini hukuman buat kamu!" Prita terus saja menenggelamkan kepala Ayana, saat gadis itu menyembulkan kepalanya untuk mengambil nafas.
"M-mah," lirih Ayana.
"Kalau kamu mati pun saya nggak bakalan perduli,"
"Tto tolong mm mah,"
Prita tidak mengindahkan ucapan Ayana. Setelah puas dengan aksinya, Prita meninggalkan Ayana yang saat ini sedang berusaha untuk naik ke permukaan.
Setelah berhasil naik ke permukaan, Ayana langsung mengambil nafas sebanyak mungkin.
Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Setetes Kebahagiaan (End)
Teen FictionTentang Ayana ayundia Prita, gadis cantik yang selalu diabaikan oleh mamahnya, selalu di bandingkan dengan kembarannya. Banyak umpatan dan kekerasan fisik yang ia dapatkan, siapa sangka ditengah penderitaan yang dirinya dapatkan, semuanya sedikit te...