006

54 15 0
                                    

Ayana saat ini sedang berada di kafe tempat Andito bekerja, saat ia akan masuk ke kafe tersebut, ia urungkan saat melihat Andito yang sedang asik mengobrol dengan seorang wanita, namun ia tidak bisa melihat jelas siapa wanita itu.

"Kayaknya mereka dekat banget deh, ini kenapa hati gue sakit sih, padahal gue sama kak Andito kan nggak ada hubungan apapun," setelah itu Ayana memilih untuk pergi dari kafe tersebut.

"Makasih ya Dit lo udah ajak gue buat keliling Jakarta," ujar Arini Stevia Angela gadis yang akrab disapa Rini, dia adalah teman Andito saat SMA dulu.

"Santai aja kali, lo kaya sama siapa aja," balas Andito sambil terkekeh.

Andito melihat hidung Rini yang mengeluarkan darah, dengan telaten ia membersihkan darah tersebut dengan tissue.

"Gue anter lo pulang yah, lo udah capek banget," Rini pun mengangguk sebagai jawaban.
-
-
-
-
-
"Hebat banget ya kamu Ayana, jam segini baru pulang, bisa nggak sih kamu seperti Kayla, pulang sekolah langsung belajar, bukannya keluyuran nggak jelas kaya kamu!" Sesil menatap tajam Ayana.

"Tadi Ayana ada urusan mah," ujar Ayana.

"Siniin kunci motor kamu!"

"Tapi mah--"

"Saya bilang siniin Ayana! tuli kamu?!"

Dengan amat terpaksa Ayana pun menyerahkan kunci motor tersebut ke mamahnya.

"Sana ke dapur! Cuci semua piring kotor yang ada disana!"

"Aku mau makan dulu mah,"

"Sekarang! Lagipula disini nggak ada makanan buat kamu, tadi saya sama Kayla makan diluar," setelah itu Prita berlalu menuju kamarnya.

Saat Ayana sedang sibuk mencuci piring, Kayla yang melihat itu pun ia langsung menghampiri kembarannya.

"Buat lo," Kayla menyodorkan satu biji roti coklat ke Ayana.

"Nggak usah sok peduli, nanti ujungnya gue lagi yang disalahin sama mamah, bersikap biasa aja sama gue, Kayla,"

"Lo kembaran gue Ay, gue nggak mau liat lo kelaparan,"

Ayana pun langsung mengambil roti tersebut dan segera memakannya.

Kayla tersenyum. "Apapun yang terjadi, lo jangan pernah ngebenci mamah yah?"

Ayana tersenyum tipis. "Gue nggak tau Kay, tapi gue rasa mamah yang benci sama gue, bukan gue yang benci sama mamah,"

"Yang sab--"

"Ayana!"

Plak

Prita menampar pipi Ayana.

"Pasti kamu mau nyuruh Kayla cuci piring yah?!

Ayana menggelengkan kepalanya. "Enggak mah," jawab Ayana.

"Mah Kayla kesini cuman mau cuci tangan,"

"Masuk ke kamar kamu Kayla, istirahat ini sudah malem," dengan berat hati, Kayla pun meninggalkan Ayana.

"Awas aja kalo kamu berulah macam-macam,"

"Tapi Ayana tidak ngapa-ngapain mah,"

"Nggak usah ngejawab, cepet selesaikan tugas kamu!" Setelah itu Prita pergi berlalu.
-
-
-
-
-
"Gue kira lo lupa sama gue kak," ujar Ayana saat melihat Andito yang sudah berdiri di halaman rumahnya.

"Nggak lah, gue kemarin sibuk nggak sempet juga buat buka hp,"

Ayana hanya menganggukkan kepalanya, padahal ia tau Andito sedang berbohong namun ia pura-pura tidak mengetahui apapun.

"Motor gue disita sama mamah," lirih Ayana.

"Kenapa bisa disita?"

"Biasalah," Ayana mengedikkan bahunya.

Andito menganggukkan kepalanya. "Udah tenang aja kan ada gue, kapanpun lo butuh gue, gue selalu ada buat lo,"

Ayana menatap Andito remeh. "yakin banget bakalan kaya gitu kak?" Tanyanya.

Andito menganggukkan kepalanya mantap, setelah itu ia memasangkan helm ke kepala Ayana. "Ayok bentar lagi terlambat," setelah itu ia memasang helm untuk dirinya sendiri dan melajukan motornya.
-
-
-
-
-
"Nih Ay, gue udah bawain es teh manis buat lo," saat Ayana akan mengambil es teh dari tangan Sesil, dengan cepat Kenan menarik tangan Ayana.

"Kenapa?" tanya Ayana.

"Jangan kebanyakan minum es Ay, nggak baik buat suara lo," jawab Kenan.

"Dih terus gue minum apaan? Seret nih tenggorokan gue,"

Kenan mengambil botol minum miliknya. "Minum ini, ini adalah air lemon, tiap hari nyokap gue buatin ini supaya suara gue tetap stabil," Ayana pun mengambilnya dan langsung meminumnya.

"Terus nih es teh buat siapa? mana gue udah beli dua lagi," ujar Sesil melihat satu es teh nya yang nganggur.

Nino yang sedang memegang gitarnya, ia langsung menaruh gitarnya dan menghampiri Sesil. "Buat gue aja dah," ujarnya.

Sesil menggelengkan kepalanya. "Mending buat Reza aja,"

Reza yang sedang memainkan ponselnya, ia langsung menatap Sesil. "Gue nggak minum es," ujarnya.

"Sini buat gue," pintahnya.

Akhirnya Sesil pun menyerahkan es teh tersebut ke Nino.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang