021

31 11 1
                                    

"gimana enak nggak popcorn nya?" Tanya Andito.

Saat ini ia sedang mengajak Rini untuk jalan-jalan ke pasar malam yang ada di kawasan Jakarta.

Ia menatap gemas Rini yang sedang menikmati popcorn nya dengan lahap.

Rini menyuapkan popcorn tersebut kemulut Andito, dan Andito pun  menerimanya. "Kurang manis dikit sih, yakan?" Tanya Rini.

Andito menggelengkan kepalanya. "Ini gue makan di depan lo, rasanya manis banget, lebih dari manis kalau kata gue sih," Rini berdengus kesal. Sejak kapan Andito seperti itu. Pikirnya.

Rini menghentikan aktivitas makannya. "Lo ada hubungan apa sama Ayana?" Tanya Rini sangat hati-hati, pasalnya ia takut pertanyaannya menyinggung Andito.

Andito menggelengkan kepalanya. "Tidak ada hubungan apa-apa," jawabnya.

Rini menghembuskan nafasnya pelan. "Gue emang baru sebentar kenal lo, tapi gue tau gelagat lo kalau lo lagi bohong, jujur aja Andito,"

"Dia sahabat gue, tapi gue pergi tinggalin dia karena--" Andito menggantungkan kalimatnya, tidak mungkin jika dia jawab kalau dia jauhin Ayana karena Rini, bisa-bisa gadis itu akan sangat merasa bersalah.

"Karena apa Dit?" Tanya Rini penasaran.

"Udahlah nggak penting," jawab Andito.

"Ayana rapuh," lirih Rini.

"Gue lebih tau tentang Ayana," setelah mengucapkan seperti itu, Andito lantas merangkul Rini, untuk kembali berjalan.

'gue tau ada yang lo sembunyiin Andito,' ujar Rini dalam hati.
-
-
-
-
-
Jam menunjukkan pukul 8 malam, saat ini Ayana sedang menemani Kenan perfom di kafe.

"Gimana suara gue bagus kan?" Tanya Kenan, seraya duduk di kursi yang berhadapan dengan Ayana.

Ayana yang sedang menikmati dessert keju dari Kenan hanya menganggukkan kepalanya. "Selalu bagus,"

"Bilangin sama teman lo, jangan deketin gue," ujar Reza ketika sudah duduk di kursi sebelah Kenan.

"Mana bisa dih kaya gitu," ujar Ayana, seraya menatap sebal Reza.

"Lo homo ya Za? Cewek secantik Sesil tapi lo tolak," tebak Kenan, dan hampir membuat Ayana tertawa.

"Berisik nyet," cibir Reza.

Nino yang baru sampai langsung duduk di kursi sebelah Ayana. "Lega banget gue," ujarnya.

"Habis ngapain lo?" Tanya Kenan, karena tadi pas selesai perfom si Nino langsung lari meninggalkan panggung.

"Panggilan alam lah biasa," jawabnya. Nino menatap Ayana yang sedang makan dessert keju nya. "Ay kapan lo jadian sama Kenan?" Tanyanya.

"Apaansih nggak jelas lo," jawab Ayana tidak suka.

Nino yang melihat perubahan wajah Ayana, lantas ia mencolek dagu Ayana. "Yaelah bercanda gue Ay,"

Kenan menatap tajam Nino. "Singkirin tangan lo bodoh," ujarnya.

"Tuh kan si Kenan tuh suka sama lo," Nino terkekeh menatap Kenan yang saat ini sedang menatap dirinya dengan tatapan membunuh.

"Udah malam, Ken ayok anter gue pulang," Ayana berdiri, lalu menarik tangan Kenan.

Setelah berpamitan dengan kedua sahabatnya Kenan pun mengantar Ayana pulang.
-
-
-
-
-
Sesampainya di rumah, Ayana bisa melihat kehadiran mamahnya karena ada mobil mamahnya, Kenan dapat melihat wajah Ayana yang sepertinya ketakutan.

"Gue anter lo sampai kedalam," ujarnya.

"Kalau lo lakuin itu, gue bakal benci banget sama lo, cepat sana pulang,"

"Tapi Ay gue--"

"Gue bilang pulang Kenan!"

Kenan memegang tangan Ayana. "Gue mohon, jika terjadi sesuatu segera telepon gue," pintahnya.

"Pulang Kenan!"

Karena tidak mau melihat Ayana marah, akhirnya Kenan pulang, setelah memastikan Kenan sudah pergi, Ayana pun memasuki rumahnya.

Hay Hay Hay semoga like yaa sama cerita yang aku buat, dan semuanya murni hasil pemikiran saya sendiri, tanpa menjiplak karya siapapun 🤗

Setetes Kebahagiaan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang